Pertumbuhan Ekonomi NTB Satu-satunya yang Negatif di Kuartal II 2023, BPS Ungkap Penyebabnya

Bali dan Nusa Tenggara sumber pertumbuhan ekonomi didorong oleh penyediaan akomodasi dan makanan minum, transportasi dan pergudangan, dan jasa keuangan.

oleh Tira Santia diperbarui 07 Agu 2023, 14:25 WIB
Desa Tetebatu, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). (dok. Instagram @jobbaman/https://www.instagram.com/p/CQ3Q2PTlOAL/)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai satu-satunya wilayah yang pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal II-2023.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, mengungkapkan penyebabnya adalah menurunnya kegiatan pertambangan dan penggalian di NTB, khususnya produksi tembaga, serta kegiatan pertanian dan perhutanan.

"Kalau kita lihat, dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat yang terkontraksi di kuartal II 2023 ini adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian khususnya produksi tembaga serta kegiatan kehutanan dan pertanian khususnya produksi padi," kata Edy dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).

Bali dan Nusa Tenggara kontribusinya sebesar 2,77 persen. Adapun untuk keseluruhan pertumbuhan ekonominya Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,01 persen.

Untuk rincian dari 3,01 persen, diantaranya Bali pertumbuhannya 2,59 persen, Nusa Tenggara Timur 0,90 persen, dan Nusa Tenggara Barat 0,48 persen.

Edy mengatakan angka tersebut sangat jauh dengan struktur perekonomian Indonesia secara spesial , dimana di Pulau Jawa kontribusinya terhadap PDB sebesar 57,27 persen.

Lebih lanjut, di Bali dan Nusa Tenggara sumber pertumbuhan ekonominya didorong oleh penyediaan akomodasi dan makanan minum, transportasi dan pergudangan, dan jasa keuangan.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2023 terhadap triwulan II-2022 tumbuh sebesar 5,17 persen (y-on-y).

"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 bila dibandingkan dengan triwulan I-2023 secara qtq tumbuh sebesar 3,86 persen. Kemudian bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen," pungkasnya.

 


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tembus 5,17% di Kuartal II 2023

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Berdasarkan data Kementerian Investasi, ekonomi AS per kuartal III adalah 1,8%, sementara ekonomi Korea Selatan adalah 3,1%. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2023 mencapai 5,17%. Hal Ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas 5% dalam dalam 7 kuartal berturut-turut.

Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 3,86%. Dengan capaian ini, maka PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp 5.226,7 triliun.

"Bila dibandingkan dengan triwulan II 2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17%," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, Senin (7/8/2023).

Dia menjelaskan, di tengah perekonomian global yang melambat dan  menurunnya tren komoditas ekspor unggulan, ekonomi Indonesia tumbuh solid sebesar 5,17%.


Ekonomi Indonesia Kuartal II 2023 Diramal Turun

Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan (yoy), angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1-5,3 persen (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2023 diperkirakan menurun di kisaran 5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya 5,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut disampaikan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, sejalan Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2023 pada siang ini Senin (7/8/2023).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, kendati demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2023 tetap ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan net ekspor.

"Konsumsi rumah tangga diperkirakan berkisar 4,77 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,54 persen yoy," kata Josua kepada Liputan6.com, Senin (7/8/2023).

Konsumsi rumah tangga yang tetap solid tersebut didukung oleh tren penurunan inflasi ke level 3,5 persen yoy dan terindikasi dari beberapa indikator, seperti penjualan mobil yang tercatat tumbuh 5,79 persen yoy dan penjualan motor yang tercatat tumbuh 40 persen yoy.

Selain itu, penjualan eceran pada akhir kuartal II 2023 tercatat tumbuh 8,0 persen yoy dan NTP pada akhir kuartal II-2023 juga tercatat tumbuh 4,2 persen yoy.

"Konsumsi masyarakat cenderung solid mempertimbangkan konsumsi yang bertepatan dengan Ramadhan dan Idul Fitri yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal lainnya sepanjang tahun," katanya.

Disamping itu, Josua memprediksi investasi/PMTB pada kuartal II-2023 akan berkisar 4,4 persen yoy terindikasi dari pertumbuhan PMDN dan PMA masing-masing 17,6 persen yoy dan 10,7 persen yoy.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya