Dear Para Petani, Ini Cara Hadapi Kemarau Panjang saat El Nino

Petani harus siap menghadapi badai El Nino yang menyebabkan kemarau lebih extrem dari sebelumnya.

oleh Fauzan diperbarui 07 Agu 2023, 14:43 WIB
Ilustrasi kemarau dan kekeringan | unsplash.com/@danielcgold dan unsplash.com/@redcharlie

Liputan6.com, Makassar - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut 63 persen atau 439 Zona Musim (ZOM) sudah masuk musim kemarau dan terdampak El Nino atau kemarau panjang, puncaknya hingga bulan September nanti. Kemarau tersebut bisa menyebabkan kekeringan di berbagai daerah, sehingga dapat berdampak pada sektor pertanian.

Ketua Prodi Agronomi Fakultas Pertaninan Unhas, Abdul Haris Bahrun mengatakan, BMKG memprediksi puncak kemarau panjang terjadi pada bulan September hingga Oktober mendatang. 

"Prediksi Kemarau panjang itu diperkirakan sebetulnya bulan sembilan sampai bulan sepuluh, tapi tidak panjang sampai di November, kata Abdul Haris yang juga Kordinator bidang Pertanian dari Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Sulsel ini kepada media, Senin (7/8). 

Untuk di Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri, lanjut Abdul Haris, terbagi menjadi tiga curah hujan yang berbeda yaitu pantai barat, pantai timur dan peralihan. 

"Untuk pantai barat akan lebih cepat masuk musim kemarau, untuk yang lainnya tidak terlalu berdampak buruk karena masih ada curah hujan," jelasnya. 

Sedangkan sektor pertanian, kata Haris, khususnya para petani, langkah-langkah antisipasi yang telah disiapkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) sudah cukup baik, mulai dari pembangunan embung atau waduk, rehabilitasi irigasi, hibah pompa hingga asuransi pertanian. 

"Saya sarankan ikut, ya, kalau untuk Asuransi Pertanian, kemudian untuk langkah-langkah umum tadi, irigasi itu bagus," ungkap Haris. 

Selanjutnya, kata Haris, melihat kondisi saat ini yang masih ada curah hujannya, ia pun menyarankan kepada petani untuk mengatur pola tanah, sehingga para petani bisa memanfaatkan agar menanam lebih cepat. 

"Tapi tak kalah pentingnya adalah bagaimana mengatur pola tanah untuk bertanam lebih cepat, Jadikan sekarang ini masih ada sedikit hujan, kemudian memakai varietas yang tahan kering dan berumur pendek misalnya kacang hijau, kedelai yang cepat panen," paparnya. 

 


Antisipasi Kemarau Panjang

Ilustrasi - Sawah di musim kemarau. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sementara itu, di tempat terpisah, Dosen Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Dorothea Agnes Rampisela‬ mengatakan, untuk mengantisipasi kemarau panjang dirinya berpesan agar para petani dapat mengikuti program pemerintah yang telah disiapkan Kementan. 

"Tentu saja antisipasi jauh lebih penting dan belum terlambat memberikan bantuan seperti yang disebutkan (rehabilitasi irgasi, embung dan asuransi pertanian). Apalagi bantuan tersebut bukan solusi jangka pendek, misalnya embung, rehabilitasi irigasi dan sebagainya, sehingga pastilah bermanfaat bukan hanya di musim kering degan el Nino ini, tetapi bisa digunakan seterusnya," jelasnya.

Guru besar Unhas ini pun melanjutkan, selain memanfaatkan bantuan pemerintah, petani dapat juga menanam tanaman yang berumur pendek dan dapat dipanen pada umur tiga sampai lima minggu sehingga mengurangi resiko dampak kemarau panjang tersebut.

"Sebenarnya kemarau yang kering ini selain dampak negatif terhadap kekeringan, juga diharapkan meningkatksn produksi tanaman seperti kopi dan sagu," tutupnya. 

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan sesuai arahan Presiden Jokowi, dampak El Nino tidak bisa diprediksi namun upaya mengatasi dampak yang akan terjadi utamanya pada sektor pangan akan dilakukan sedini mungkin. Dengan begitu, kondisi ketersediaan pangan khususnya beras harus bisa dijamin secara maksimal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya