Polusi Udara Bikin Ibu Menyusui Was-Was, Pengaruhi Produksi ASI Enggak Ya?

Apakah polusi udara dapat memengaruhi produksi ASI ibu menyusui?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Agu 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi apakah polusi udara dapat memengaruhi produksi ASI ibu menyusui? Credit: pexels.com/Rodnae

Liputan6.com, Jakarta Polusi udara di Jakarta dalam dua bulan terakhir ini cukup membuat masyarakat khawatir, tak terkecuali para ibu menyusui yang sehari-hari bekerja ke luar. Pertanyaan menyeruak, apakah polusi udara dapat memengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI)?

Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Naomi Esthernita menjelaskan, bahwa polusi udara lebih berkaitan terhadap kesehatan ibu.

"Saya rasa kalau polusi udara tentu kaitannya dengan kesehatan ibu ya. Kalau ibunya tidak punya daya tahan tubuh yang cukup baik, siapapun bisa terpapar dengan polusi yang kurang baik," jelas Naomi saat 'Media Briefing Pekan ASI Sedunia 2023' pada Senin, 7 Agustus 2023.

"Apalagi si ibu kan dia harus berpikir, bukan hanya untuk dirinya sendiri, karena dia harus memberikan ASI."

Ibu Menyusui Bisa Sakit

Keterpaparan polusi udara, lanjut Naomi, bisa saja membuat ibu menyusui sakit. Meski begitu, bukan dianggap kontraindikasi sehingga tidak memberikan ASI untuk si kecil.

"Jadi, terpaparnya adalah dalam konteks ibunya yang mungkin terpapar polusi, ya dia bisa sakit. Kalau ibunya sakit, tentunya akan lebih sulit untuk memberikan ASI," katanya.

"Tetapi ibu menyusui yang sakit pun bukan kontraindikasi untuk tidak memberikan ASI ke anaknya."


Polusi Udara Menyerupai Kabut

Pada Juni 2023, beredar video yang menunjukkan polusi udara Jakarta yang menyerupai kabut viral di media sosial. Video ini diunggah oleh akun Instagram @pandemictalks yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta diselimuti oleh lapisan tebal kabut berwarna abu-abu gelap. 

Salah seorang warga Jakarta, Saskia (23), mengaku melihat partikel debu dengan jelas di apartemennya di kawasan Jakarta Barat, padahal ia tinggal di lantai 25. Ia merasa jendela di tempat tinggalnya itu lebih berdebu dibanding sebelumnya.

Bahkan jika matahari sedang terik, ia bisa melihat partikel-partikel debu berterbangan.

 

Gue sih baca headline yang sempat singgung Jakarta tingkat polusinya lagi tinggi-tinggi banget. Kayaknya beberapa bulan lalu deh," kata Saskia di Jakarta, Rabu (14/6/2023).

"Berasanya di meja kerja sama buku-buku gue. Kadang kalau mataharinya terik, gue bisa liat partikel debu berterbangan. Sorry lebay but it's true."

Tetap Pakai Masker

Oleh karena itu, Saskia memutuskan tetap menggunakan masker meskipun pemerintah sudah memperbolehkan berpergian tanpa masker.

"Gue cukup sensitif sama debu-debuan gitu. Terus gara-gara makin tinggi jadi takut sih gue. Ditambah muka gue kan sensitif, enggak bisa kena panas sama debu, jadi pake masker terus," ucapnya


Tambah Ruang Terbuka Hijau

Harapan kepada Pemprov DKI dapat membuat nyaman transportasi umum agar penggunaan kendaraan pribadi semakin berkurang guna menekan polusi udara di Ibu Kota. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Saskia berharap Pemprov DKI dapat membuat nyaman transportasi umum agar penggunaan kendaraan pribadi semakin berkurang guna menekan polusi udara di Ibu Kota.

"Kendaraan umum sudah oke banget bro sejak Pak Anies. Bagusin transportasi umum sampai orang betah dan mau pindah dari kendaraan pribadi ke umum, sistemnya sama sih kaya negara maju. Sudah itu saja enggak muluk-muluk, saya enggak mau paru-paru saya hitam," lanjutnya.

Strategi Selesaikan Masalah Polusi Jakarta

Adapun Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pertama, Pemprov DKI akan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menanam pohon. Kemudian Heru mengimbau masyarakat untuk melakukan uji emisi pada kendaraannya.

"Pemda DKI akan berkenan menambah RTH, kita semua menanam pohon. Di sisi lain mengurangi emisi itu misalnya dengan uji emisi kendaraan," katanya.


Kabut Asap yang Tebal

Selain itu, pengurangan emisi juga bisa dilakukan dengan peralihan ke kendaraan listrik.

"Tentunya peralihan bahan bakar kendaraan alternatif juga diusahakan. Termasuk juga Trans jakarta untuk berkenan menggunakan bus listrik kira-kira seperti itu," ujar Heru Budi Hartono.

Dalam unggahan yang berbeda, akun Instagram @pandemictalks juga memperlihatkan pemandangan langit Jakarta yang menyedihkan dengan kabut asap yang tebal dan pekat.

Fenomena ini telah memicu kekhawatiran akan tingkat polusi udara yang mencapai titik kritis.

Terlalu sadis, sampai parahnya begini langit Jakarta literally bener-benar ketutup asap polusi.." tulis @pandemictalks.
Infografis Bagimana Ancaman Bahaya Polusi Udara?.(Tri Yasni/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya