Megawati Minta Peneliti BRIN Jangan Hanya Bangga Hasil Penelitian Terbit di Jurnal

Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri mengingatkan para peneliti lembaga tersebut untuk tak menjadikan penerbitan jurnal internasional sebagai target utama riset.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 07 Agu 2023, 17:18 WIB
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri dalam acara bertajuk “BRIN Mendengar” yang diadakan di Gedung Nayaka Loka, di lingkungan Kebun Raya Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali, Senin (7/8/2023).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri mengingatkan para peneliti lembaga tersebut untuk tak menjadikan penerbitan jurnal internasional sebagai target utama riset.

Hal itu diungkapkannya melakukan dialog dengan para periset yang hadir dalam acara bertajuk “BRIN Mendengar” yang diadakan di Gedung Nayaka Loka, di lingkungan Kebun Raya Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali, Senin (7/8/2023).

Total sebanyak 127 periset BRIN yang hadir dalam acara tersebut. Di mana Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakil Kepala BRIN Laksamana Madya (Laksdya) Amarulla Octavian turut mendampingi. Tak hanya itu, jajaran Dewan Pengarah BRIN hadir lengkap, seperti Sri Mulyani, Soeharso Monoarfa, Bambang Kesowo, hingga Emil Salim.

Pernyataan Megawati itu berawal dari pernyataan peneliti BRIN dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Subekti yang menyinggung hasil penelitian para peneliti bisa masuk jurnal ilmiah internasional, yang dipandangnya masih sulit.

“Biaya untuk publikasi. Saya menyampaikan apa yang dirasakan teman-teman juga, bahwa anggaran untuk itu mungkin belum bisa diberikan langsung atau cepat. Mungkin saya mengusulkan,” kata dia.

Saat diberi giliran menanggapi, Megawati mengingatkan, jangan hanya memikirkan bahwa hasil riset mereka hanya untuk diterbitkan di jurnal luar negeri semata.

Sebab target yang utama untuk para periset BRIN sebaiknya adalah, bagaimana riset dilakukan untuk memajukan Indonesia. Jangan menjadi kendor karena masalah jurnal. Dia menceritakan percakapannya dengan Presiden Jokowi.

“Saya bilang Pak Jokowi, Pak aku tuh dah jengkel loh pak, enggak ada lagi semangat tempurnya. Research-nya hanya mikir (bagaimana) nanti kalau bisa (hasil risetnya) masuk ke jurnal,“ ujar Megawati.

Selepas itu, peneliti dari Pusat Riset Perternakan BRIN Provinsi NTB, Panda Pandjaitan, yang menceritakan, bagaimana dirinya terus mengembangkan nutrisi atau sumber protein untuk sapi menggunakan lamtoro taramba. Dimana targetnya mendapatkan satu induk satu anak dalam setahun.

Dari hal tersebut 3.000 sampai 4.000 petani sudah mengembangkan hal tersebut. Namun, untuk mencari alternatif lain, maka akan dilakukan dengan memanfaatkan rumput laut, yang paling banyak di NTB.

Lalu Kepala Pusat Riset Bio Industri Laut dan Perairan Darat BRIN NTB, Fahrurrozi menjelaskan, pihaknya mengoleksi beberapa mikro dan makro algae di perairan Indonesia, kemudian melakukan hilirisasi dan industrialiasi rumput laut.

Selain itu, lanjut dia, menjadi percontohan untuk 100 hektar untuk budi daya rumput laut yang kemudian berkolaborasi dengan bagian di pertanian, peternakan, perairan, pangan, dan energi sedang berusaha penuh untuk menjalankan program tersebut. Namun, Fahrurrozi menyebut ada hambatan berupaya pembibitan.

“Harapan kami pusat riset yang di Lombok itu bisa dijadikan center (pusat) pembibitan rumput laut dan alga,” jelas dia.

Menanggapi hal tersebut, Megawati mengingatkan akan pentingnya hak cipta hasil riset segera diurus oleh para peneliti BRIN. Mematenkan riset itu jauh lebih penting dibanding hanya sekedar dipamerkan ke luar negeri.

Sebab jika paten tak diurus, dan hasil penelitian malah dibeli asing, produk yang dihasilkan akan menguntungkan pihak asing saja.

“Ini keputusan saya sebagai ketua dewan pengarah ketika rapat pertama, seluruh yang namanya researcher, kalau mendapatkan hasil, harus dipatenkan. Kalian tahu enggak sih kenapa orang asing itu nyari (hasil riset peneliti Indonesia)? Karena mereka akan jual. Kalau kalian hanya mau duitnya, (riset kalian akan) dibeli, hanya karena mau masuk ke jurnal, terus dia yang menggunakan. (Kalau sudah begitu) kalian tidak akan pernah (benar-benar) terkenal, kecuali di dalam negeri,” ungkap Presiden Kelima RI ini.

Wakil Presiden kedelapan RI ini juga menyinggung soal tanaman alga yang telah dipatenkan terlebih dahulu oleh Korea untuk mendongkrak perekonomian negara mereka.

“Saya tahu research algae itu sekarang diambil sama Korea,” kata Megawati.


Tanya soal Hak Patennya

Megawati pun menunjuk peneliti yang menyampaikan soal alga untuk menanyakan kepatenan akan penelitiannya tersebut.

“Kamu udah dipatenkan apa belum? Iya atau tidak,” tanya dia.

Periset asal NTB itu pun menjawab belum.

“Nah, nanti kamu rugi sendiri loh,” kata Megawati.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya