Hati-Hati! Aplikasi 2,5 Juta Unduhan Ini Mampu Kuras Kuota dan Baterai HP Android

43 aplikasi Android berbahaya telah dihapus dari Google Play store karena menampilkan iklan saat layar mati. Simak cara mengenali dan menghapus aplikasi adware ini dari HP Anda.

oleh Yuslianson diperbarui 08 Agu 2023, 12:00 WIB
Waspada, smartphone murah mengandung adware pre-instal yang membahayakan data pengguna (Foto: Kaspersky)

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda pernah mengunduh aplikasi streaming atau kurasi berita dari Google Play store baru-baru ini, ada baiknya untuk memeriksa daya baterai HP Android.

Ada kemungkinan, Anda bisa jadi salah satu dari 2,5 juta pengguna telah menginstal 43 aplikasi Android diam-diam menampilkan iklan saat layar ponsel mati.

Laporan ini diungkap oleh tim peneliti keamanan mobile McAfee, dan sudah memberitahu Google karena melanggar kebijakan Google Play Store.

Mendapatkan laporan tersebut, Google segera menghapus aplikasi-aplikasi ini dari toko resmi Android, tetapi mereka mungkin masih bersembunyi di perangkat Android.

Mengutip Bleeping Computer, Selasa (8/8/2023), ke-43 aplikasi ini menargetkan pengguna di Korea, tetapi mereka bisa dengan mudah menipu siapa saja suka menonton video atau membaca berita di ponsel mereka.

Disebutkan, pelaku menggunakan taktik-taktik memberikan ulasan palsu, deskripsi menyesatkan, dan ikon tersembunyi untuk memikat pengguna agar menginstal aplikasi mereka.

Tidak hanya mengganggu, aplikasi-aplikasi ini juga berbahaya. Mereka bisa mengumpulkan data pribadi Anda, menghabiskan kuota internet, dan menipu pengiklan dari uang mereka.

Aplikasi ini juga bisa merusak baterai ponsel Anda dengan menjalankan iklan di latar belakang tanpa sepengetahuan Anda.

Tim McAfee mengatakan, sebuah adware disembunyikan di aplikasi Google Play menyamar sebagai aplikasi TV/DMB Player, pengunduh musik, berita, dan kalender.

Setelah terpasang di perangkat, aplikasi adware itu menunggu beberapa minggu sebelum akhirnya aktif untuk menipu pengguna dan menghindari deteksi peninjau Google.

 


Bersembunyi di Google Play

Mazar, malware yang mampu hapus data smartphone lewat SMS (Foto: PhoneArena)

McAfee mengatakan konfigurasi adware dapat dimodifikasi dan diperbarui dari jarak jauh melalui Firebase Storage atau Messaging, sehingga pelaku dapat menyesuaikan periode dormansi dan parameter lainnya.

Informasi, Android menggunakan fitur power-saving membuat aplikasi ke mode siaga saat perangkat tidak digunakan, mencegahnya berjalan di latar belakang dan menggunakan CPU, memori, dan sumber daya jaringan.

Saat aplikasi adware berbahaya diinstal, pengguna akan diminta untuk menambahkannya sebagai pengecualian untuk sistem hemat daya Android, memungkinkan aplikasi berbahaya berjalan di latar belakang.

Pengecualian ini memungkinkan aplikasi adware mengambil dan memuat iklan ketika layar perangkat mati, dan menghasilkan pendapatan tanpa sepengetahuan pengguna apa yang sedang terjadi.

McAfee berkomentar, mungkin beberapa pengguna sempat selihat sekilas iklan dimuat saat mereka menyalakan layar perangkat sebelum ditutup secara otomatis.

Anda bisa cek daftar lengkap ke-43 aplikasi palsu tersebut di situs McAfee secara langsung di sini.


Aplikasi Chat Palsu di Android Curi Data WhatsApp, Telegram dan Signal

Android malware (ist.)

Baru-baru ini, peneliti keamanan siber mendapati beredarnya aplikasi Android palsu bernama 'SafeChat' berkemampuan mencuri log panggilan, teks, dan lokasi GPS dari HP Android.

Adapun spyware berkedok sebagai aplikasi Android palsu itu merupakan varian dari "Coverlm", mampu mencuri data dari aplikasi chat, seperti Signal, Telegram, WhatsApp, Viber, dan Facebook Messenger.

Peneliti CYFIRMA mengatakan, kelompok hacker APT India 'Bahamut' merupakan pelaku di balik kampanye penyebaran aplikasi Android palsu tersebut.

Dikutip dari Bleeping Computer, Selasa (1/8/2023), kelompok tersebut sebelumnya melancarkan serangan melalui pesan phishing di WhatsApp dengan mengirimkan chat berbahaya langsung ke korban.

Selain itu, analis CYFIRMA menyoroti beberapa kesamaan TTP dengan kelompok ancaman lain yang disponsori negara India, 'DoNot APT' (APT-C-35), yang sebelumnya telah menginfeksi Google Play dengan aplikasi obrolan palsu bertindak sebagai spyware.

Akhir tahun lalu, ESET melaporkan grup Bahamut menggunakan aplikasi VPN palsu di platform Android yang menyertakan fungsi spyware ekstensif.

Dalam serangan terbaru yang diamati oleh CYFIRMA, Bahamut menargetkan pengguna Android di Asia Selatan.

Meski CYFIRMA tidak memberikan informasi spesifik tentang spyware tersebut, korban biasanya dibujuk untuk memasang aplikasi chat dengan dalih mengalihkan obrolan ke platform lebih aman.

Tim keamanan melaporkan, tampilan SafeChat mampu mengelabui pengguna sehingga terlihat seperti aplikasi chatting resmi dan membawa korban ke proses pendaftaran "sah".

Dengan melalui proses ini, pengguna Android yang awam dan tidak berhati-hati pun dapat tertipu oleh hacker dengan hal ini.  


2 Aplikasi Android Ini Ketahuan Kirim Data Pengguna ke China Tanpa Izin

Logo baru Android yang diam-diam sudah dipajang Google di sejumlah kesempatan. (Dok: Google)

Apakah Anda sering menggunakan aplikasi Android di ponsel pintar Anda? Jika ya, maka Anda harus berhati-hati.

Pasalnya, peneliti keamanan siber mendapati ada dua aplikasi manajemen file berbahaya di Gooogle Play Store bertindak sebagai spyware atau mampu memata-matai kegiatan korban.

Informasi ini diungkap oleh tim keamanan siber Pradeo. Mengutip laporan mereka, Rabu (12/7/2023), total instalasi kedua aplikasi spyware tersebut mencapai 1,5 juta.

Adapun kedua spyware berkedok aplikasi itu bernama File Recovery and Data Recovery, dan File Manager. Masih dari laporan Pradeo, keduanya dibuat oleh pengembang sama.

"Aplikasi spyware itu dibuat oleh pengembang yang sama, dan bisa aktif tanpa harus berinteraksi dengan pengguna untuk mencuri data sensitif dan mengirimnya ke server di China," kata tim Pradeo.

Walau sudah dilaporkan ke Google, kedua aplikasi spyware tersebut masih tersedia di Google Play. Dijelaskan, File Recovery and Data Recovery mengidentifikasikan diri sebagai "com.spot.music.filedate."

Diketahui, spyware tersebut sudah terinstal di HP Android setidaknya mencapai angka 1 juta. Sedangkan untuk File Manager, peneliti melaporkan aplikasi itu sudah terinstal di 500 ribu perangkat. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya