Liputan6.com, Bangkalan - Tiba di gedung Satreskrim Polres Bangkalan, Jawa Timur, wajah Ikbal bengkak dan memar. Darah mengering di mana-mana. Dua orang penyidik menggiringnya masuk ke ruang pemeriksaan.
"Habis di-massa," kata Kepala Satreskrim Polres Bangkalan, AKP Bangkit Dananjaya, Selasa (8/8/2023).
Baca Juga
Advertisement
Nahas yang menimpa pemuda 22 tahun itu terjadi Senin malam, ketika dia hendak mencuri sepeda motor di sebuah pesantren di Desa Aeng Taber, Kecamatan Tanjung Bumi.
Belum sempat melaksanakan niat jahatnya, penghuni pondok yang telah menaruh curiga pada gelagat dan gerak-geriknya segera meneriakinya maling.
Ikbal yang panik, coba kabur dengan memanjat pagar pesantren, tetapi gagal. Dibantu warga sekitar pesantren, ia akhirnya ditangkap dan berakhir dipukuli beramai-ramai sampai babak belur.
Tak hanya dipukuli, massa yang marah pun sempat menyiramkan bensin ke tubuh pemuda warga Desa Palenggiran itu. Beruntung, polisi dari Polsek Tanjung Bumi datang tepat waktu dan berhasil mecegah warga berbuat kian anarkis padanya.
"Sudah sempat disiram bensin, tapi bisa dicegah anggota Polsek," ujar Bangkit.
Hidup Hedon
Sebelum ketiban apes, Ikbal yang lama bermukim di Surabaya, telah dua kali mencuri dan selalu berhasil. Pertama, dia mencuri sepeda motor milik pamannya. Kedua, dia mencuri emas dan uang di rumah seorang warga di Desa Sepuluh.
Untuk kasus pertama, tak dilaporkan ke polisi karena diselesaikan secara kekeluargaan. Untuk pencurian kedua, Ikbal tak terlalu beruntung karena emas yang diambil ternyata imitasi.
Kepada penyidik, Ikbal mengaku nekat mencuri untuk membiayai gaya hidup hedonisme alias hura-hura di Surabaya. Bila berhasil menggasak motor, motor itu akan digadai atau dijual di Surabaya. Hasilnya, untuk menginap di hotel dan sesekali bersenang-senang ke tempat hiburan malam.
"Hasilnya buat makan dan kebutuhan lain, sama bayar hotel, Pak," tutur Ikbal.
Advertisement