Untuk Menjaga Kesatuan dan Persatuan Bangsa, Prajurit TNI Harus Melek Digital  

Mak itu, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa di era digital ini, seluruh prajurit harus melek digital.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2023, 19:30 WIB
Prajurit Satkopaska TNI AL melakukan infiltrasi ke garis depan penyerbuan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Kegiatan tersebut untuk meningkatkan profesionalisme prajurit Satkopaska Koarmada I dalam menjaga NKRI. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan di ruang digital semakin meningkat. Hoaks, berita bohong, penipuan daring, perjudian online, eksploitasi seksual pada anak, prostitusi online, perudungan siber, ujaran kebencian, dan radikalisme berbasis digital adalah bentuk-bentuk ancaman nyata dalam masyarakat.

Mak itu, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa di era digital ini,  seluruh prajurit harus melek digital. Tidak ada lagi prajurit TNI yang buta digital, menyebarkan hoaks, membocorkan rahasia negara dan menyebarkan konten yang bertentangan dengan tugas tni sebagai pemersatu bangsa.

Dalam acara webinar “Literasi Digital Sektor Pemerintahan - Bijak dan Cakap di Ruang Digital” beberapa waktu lalu, untuk menjaga data keamanan pribadi, Konolen Laut, Masnal Samian, menyampaikan bahwa ada beberapa cara untuk dilakukan. Seperti check website url, manage social media settings, full-service internet security suite, use strong passwords, keep software updated dan strengthen home network.

“Hal-hal yang harus diwaspadai oleh rekan semua jangan asal klik link yang diberikan orang kalau kita tidak paham betul apa isinya. Silakan cari informasi melalui web resmi dari link tersebut,” katanya.

 


Jejak Digital

Riwayat aktivitas yang kita tinggalkan pada saat setelah kita menggunakan atau menjelajah internet akan terus tercatat. Hal ini dikenal sebagai jejak digital. Bahaya dari jejak kita ini adalah orang bisa mengakses secara ilegal data pribadi kita.

Tak hanya itu, doxing dan framing juga merupakan hal yang berbahaya dengan menyebarkan informasi pribadi atau organisasi kepada publik dan menimbulkan perspektif yang salah terhadap pemilik data.

Agar terhindar dari bahaya jejak digital, Masnal mengungkapkan, sebaiknya cek nama di Google dan hapus informasi sensitif. Selain itu hindari menghujat, meghina, melecehkan seseorang di social media dan hapus koemntar atau riwayat buruk di agar menghindari hal yang tak diinginkan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, mari asah kemampuan literasi digital kita, gunakan kecerdasan pola pikir kita melalui upaya nyata dengan tidak menyebarkan hoaks yang bertujuan memecah belah bangsa. 

(Raihan Alfriansyah/Universitas Padjadjaran)


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya