Apa Saja Penyebab Memburuknya Tingkat Polusi Udara di Jakarta?

Angga Putra Fidrian membahas sejumlah alasan yang menurutnya berkontribusi pada memburuknya kualitas udara di ibu kota.

oleh Farel Gerald diperbarui 11 Agu 2023, 16:49 WIB
Penampakan perbedaan kualitas udara Jakarta saat pandemi Januari 2022 dengan Agustus 2023 setelah pandemi yang sangat berbeda. (dok. X @AnggaPutraF/https://twitter.com/AnggaPutraF/status/1688728094260203520?t=ut4k94s2roAMB-93XwBRLQ&s=19/Farel Gerald)

Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara di Jakarta jadi topik panas yang sedang banyak dibahas di media sosial. Begitu pula dengan Angga Putra Fidrian, pembawa acara Podcast 'Cerita Orang Dalam', yang mengeluarkan unek-uneknya melalui unggahan di akun X-nya, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, pada Selasa, 8 Agustus 2023.

Ia membahas sejumlah alasan yang menurutnya berkontribusi pada memburuknya kualitas udara di ibu kota. Faktor yang ia sebutkan meliputi aktivitas sehari-hari masyarakat, beberapa operasi dalam industri dan sektor energi, serta sektor transportasi, yang semuanya berperan dalam peningkatan tingkat polusi udara.

"Banyak punggawa media sosial dan artis yang beberapa hari ini ramai tentang polusi udara. Terus di grup kantor, ada yang share foto ini," tulis akun @AnggaPutraF memulai utasnya.

Angga juga mengunggah foto yang menunjukkan perbandingan kondisi sekitar Tugu Monas pada masa pandemi sekitar Januari 2022 dan setelah masa pandemi pada Agustus 2023. Ia berpendapat bahwa ada berbagai permasalahan dan faktor yang berkontribusi pada memburuknya polusi udara di Jakarta.

Ia merujuk pada pernyataan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, yang menyatakan bahwa sektor industri merupakan sumber utama polutan SO2 (Sulfur Dioksida) di Jakarta, dengan kontribusi sekitar 61 persen. Angga juga menyebutkan bahwa sektor transportasi adalah sumber polusi udara lainnya yang berkontribusi besar pada polusi udara di Jakarta.

Mengutip pernyataan dari organisasi lingkungan Greenpeace, faktor terbesar penyumbang polusi udara di Jakarta lainnya adalah keberadaan delapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara yang beroperasi di Ibu Kota.


Kendaraan Luar Jabodetabek Ikut Sumbang Polusi Udara

Pemadangan saat polusi menyelimuti langit Monumen Nasional (Monas) dan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (20/6/2022). Berdasarkan data IQAir indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 193-196 Air Quality Index (AQI) US. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kemudian, Angga menekankan tentang jumlah pergerakan kendaraan di Jabodetabek, yang mencapai sekitar 22 juta pergerakan. Ini dihitung berdasarkan dua perjalanan, yakni saat seseorang pergi dan kembali melalui kawasan Jabodetabek.

"Ini belum menghitung perjalanan yang melintasi Jakarta. Masuk dari cikampek, lalu langsung bergerak ke bogor atau ke banten. Karena menyumbang emisi juga," bubuh Angga.

Di sisi lain, Angga menulis bahwa, menurut pendapatnya, inefisiensi tata ruang kota merupakan salah satu faktor yang memperburuk polusi udara di Jakarta. "Hal lain yang jarang dibahas oleh banyak orang adalah tentang tidak efisiennya ruang kota. Belum lagi tidak terhubungnya akses transportasi antar kota dengan baik," tulis Angga.

Menurutnya, Jakarta tidak hanya melayani kebutuhan penduduk lokal tetapi juga orang-orang dari daerah sekitarnya. Ia menekankan bahwa hal ini terbukti dari jutaan orang yang beredar di Jakarta setiap hari, baik yang menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi.

"Jakarta tidak melayani penduduk Jakarta saja, ada jutaan commuter yang masuk setiap harinya dengan menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Perlu ada sinkronisasi kebijakan pembangunan antar-kota," imbuhnya.

Pembangunan jalan tol yang seharusnya memudahkan mobilisasi penduduk di pinggiran Jakarta justru meningkatkan jumlah kendaraan yang beroperasi di ibu kota. Akibatnya, Angga berpendapat bahwa kualitas udara di Jakarta tambah memburuk dan tidak menunjukkan perbaikan.


Para Pesohor Ikut Keluhkan Polusi Udara

Kualitas udara Jakarta berada di angka 168 yang menunjukkan kategori tidak sehat, lalu disusul Kota Lahore, Pakistan dengan angka 154. (merdeka.com/Arie Basuki)

Suara kekhawatiran atas polusi udara Jakarta seperti hanya didengar telinga sebelah kiri, lalu keluar lagi dari telinga kanan. Para pesohor pun ikut angkat bicara terkait isu ini. Addie MS, misalnya, yang menyuarakan kekhawatiran melalui kicauan di akun X-nya, dulunya Twitter, Senin, 7 Agustus 2023. Pria berusia 63 tahun ini bahkan menandai akun media sosial Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Pak @jokowi ... Tolong, Pak ... Polusi udara Jakarta parah sekali. Sudah bertahun-tahun seperti ini. Bahaya sekali. Ini kondisi pukul 3.30 pagi tadi yang terlihat di app AirVisual & Nafas," katanya, menyertakan tangkapan layar aplikasi penunjuk kualitas udara yang didominasi "titik merah."

Di hari yang sama, chef Renatta Moeloek juga mengungkap kekhawatiran serupa. Di akun X-nya, ia menulis, "Polusi Jakarta yang bertahun-tahun punya AQI rata-rata di atas 170 dan berstatus 'berbahaya untuk kesehatan,' tapi tetap tidak ada yang bahas/gerak."

"Di beberapa negara, capai AQI 150 itu sudah jadi headline berita dengan warning heboh jangan keluar rumah, tutup jendela, pakai masker, dan pasang purifier," imbuhnya. Narasi ini pun menuai beragam tanggapan warganet.

Salah satu pengguna menyindir, "Warga Jakarta sudah kebal kayanya, chef. Nanti jika jakarta tenggelam juga bisa beradaptasi bernapas dalam air."


Respons Presiden Joko Widodo

Presiden Joko Widodo alias Jokowi ditanyai ihwal kritik yang dilayangakan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal subsidi mobil listrik untuk mengatasi polusi udara. (Foto:Liputan6/Winda Nelfira)

Mengutip kanal News Liputan6.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa polusi udara di Jakarta sudah terjadi selama bertahun-tahun. Hal ini dikatakan Jokowi untuk merespons keluhan masyarakat mengenai polusi udara di Jakarta yang kian memburuk.

"Ya polusi itu tidak hanya hari ini. Sudah bertahun-tahun kita alami di Ibu kota DKI Jakarta ini, bertahun-tahun kita alami," kata Jokowi di Indonesia Arena, kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada Senin, 7 Agustus 2023.

Untuk mengurangi polusi udara Jakarta ini, kata Jokowi maka ibu kota dipindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. "Salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta sehingga sebagian nanti digeser ke Ibu Kota Nusantara," kata dia.

Selain memindahkan Ibu Kota, kata Jokowi, moda transportasi massal seperti MRT, LRT dan kereta cepat harus segera diselesaikan di semua rute. "Itu moda-moda transportasi yang mengurangi, akan mengurangi polusi termasuk nantinya pemakaian mobil listrik, kenapa kita berikan dorongan karena itu," tandas Jokowi.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono juga tak menampik buruknya kualitas udara di Ibu Kota. Menurut dia, kendati kegiatan perindustrian telah bergeser ke luar kota, Jakarta tetap tak bisa mengatasi polusi udara secara mandiri.

"Sebenarnya Jakarta itu kan terkait industri sudah bergeser ke luar kota Jakarta. Tapi masih ada yang menyebabkan pencemaran udara dari kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat," kata Heru dalam diskusi daring Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada Selasa, 8 Agustus 2023.

Infografis Bagimana Ancaman Bahaya Polusi Udara?.(Tri Yasni/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya