Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, perhatian publik tersedot dalam kontroversi kritik Rocky Gerung kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebagian pihak menganggap ada kata-kata Rocky yang tak pantas diucapkan sebagai bentuk kritik.
Akan tetapi, sebagian masyarakat lainnya menilai kritik Rocky, meski dibumbui kata-kata kasar, masih wajar. Belakangan, Rocky dilaporkan kepada polisi.
Baca Juga
Advertisement
Terlepas dari fenomena ini, dalam Islam, ada kewajiban muslim untuk saling mengingatkan. Seseorang dibenarkan untuk meluruskan jika pemimpin dianggap menyimpang dari syariat.
Akan tetapi, dalam Islam juga diatur adab menyampaikan kritik. Mengutip laman MUI, dalam Al-Qur'an disampaikan etika mengkritik yang baik.
Pesan tersebut terdapat dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ashr ayat 3:
وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
Artinya: “Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Simak Video Pilihan Ini:
Adab Kritik Menurut Kiai Marsudi
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, menekankan pentingnya menyampaikan kritik dengan menggunakan adab yang benar.
“Saat ini sedang ramai tentang kritik, yang mana, mengkritiknya menggunkan kata-kata yang tidak pantas. Ingat, berbicara yang baik tidak harus dengan kata-kata yang kotor, sampaiakan kritik itu dengan baik,” kata dia, dikutip dari laman mui.or.id, Rabu (9/8/2023).
Lebih lanjut, dia juga menegaskan bahwa kritik boleh disampaikan kepada siapapun, karena kritik merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, kritik yang baik sangat diperlukan untuk mengevaluasi dan juga memperbaiki. “Siapa saja yang menjadi pemimpin harus berani membuka diri untuk dikritik,” ungkapnya.
“Perlu diketahui, bahwa kritik itu untuk memperbaiki, bukan untuk mencaci. Kritik boleh, kritik adalah vitamin, kritik adalah vaksin untuk memperbaiki, bukan untuk mencaci,” tegasnya menambahkan.
Advertisement
Khalifah Abu Bakar Justru Ingin Dikritik
Kiai Marsudi juga menceritakan kisah Sahabat Abu Bakar Shidiq yang membuka ruang untuk dikritik ketika beliau menjadi kholifah.Dalam pidatonya Abu Bakar Shidiq menyampaikan: “Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian, akan tetapi aku bukanlah manusia terbaik diantara kalian, maka bila aku membuat kebajikan, kebaikan atau sesuatu yang sesuai, maka dukunglah aku. Dan jika aku bersikap buruk, tidak baik, keluar dari aturan-aturan, maka luruskanlah aku, karena kejujuran adalah amanah dan dusta adalah pengkhianatan.”
Namun begitu, Kiai Marsudi juga berpesan agar menyampaikan kritik dengan cara yang tepat, dengan data yang sesuai dan tidak melupakan adab serta etika.
“Kritiklah, berilah wasiat-wasiat dengan kebenaran, jangan ada yang bohong, jangan ada yang salah, jangan menggunakan data-data yang tidak tepat (hoax),” kata dia memberikan contoh.
Dia juga berpesan agar mengkritik kebenaran harus disampaikan dengan cara yang benar, cara yang baik dan juga tepat. Mengkritik tidak cukup dengan yang benar saja. Menyampaikan sesuatu yang benar tidak cukup hanya karena faktanya benar, karena diatas kebenaran ada akhlak.
“Pilihlah kata-kata yang bijak, kata-kata yang baik dan data yang benar, maka itu semua akan menjadi hal yang tepat untuk memperbaiki bangsa kita,” ujar dia.
Tim Rembulan