Kisah Pilu Penghuni Panti Sosial di Surakarta, Ada Penyandang Disabilitas dan Mantan PSK

Para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki kisah pilu masing-masing, kini mereka mulai dilatih untuk lebih berdaya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Agu 2023, 18:00 WIB
Para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki kisah pilu masing-masing, kini mereka mulai dilatih untuk lebih berdaya. Foto: Pemprov Jateng.

Liputan6.com, Jakarta Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta adalah panti sosial yang dihuni oleh orang dari beragam latar belakang sosial seperti penyandang disabilitas, mantan pekerja seks komersial (PSK), dan lain-lain.

Pada, Selasa 8 Agustus 2023, panti sosial ini mendapat kunjungan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Dalam kunjungan itu, Ganjar mendapatkan cerita dari beberapa penghuni termasuk mantan PSK yang ingin kehidupannya berubah lebih baik di masa depan.

“Jadi saya mendapatkan informasi ada banyak yang harus dilayani. Tadi ada yang, mohon maaf, ditemukannya di jalan, terus tadi saya tanya ada yang kerja di belakang terminal. Kerjanya apa, kupu-kupu malam bahasanya mereka,” kata Ganjar usai berkeliling menyapa para penghuni panti mengutip laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Rabu (9/8/2023).

Penghuni panti pertama yang ditemui Ganjar bercerita, sebelum dibawa ke panti ia bekerja sebagai PSK sejak usia 13 atau 14 tahun. Selama menjalani pekerjaan haram tersebut, dia sempat hamil dan terpaksa dijodohkan dengan seseorang yang bukan pilihannya.

Penghuni lainnya bercerita, pernah bekerja di daerah Kalibanteng, Kota Semarang. Kemudian dia dibawa oleh dinas sosial (Dinsos) ke panti tersebut, untuk diberikan penanganan dan pelatihan.

“Setelah diasesmen oleh kawan-kawan Dinsos, ternyata mereka itu punya beban keluarga yang berat. Ini perempuan semuanya. Perempuan menjadi korban, suaminya pergi, mohon maaf. Ia punya anak, anaknya nggak ada yang memelihara.”

“Ternyata setegar-tegar ia ketika bekerja yang disebut sebagai kupu-kupu malam, ketika ditanya punya anak tidak, pasti tersentuh dan menangis,” ujar Ganjar.


Diberi Rehabilitasi dan Pelatihan

Para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki kisah pilu masing-masing, kini mereka mulai dilatih untuk lebih berdaya. Foto: Pemprov Jateng.

Selama tinggal di panti sosial, para penghuni diberi rehabilitasi dan pelatihan. Ganjar berharap, dengan rehabilitasi dan pelatihan yang diberikan, para penghuni akan memiliki masa depan lebih baik.

Artinya, mereka tidak lagi kembali ke dunianya yang dulu. Maka dari itu, pendampingan terhadap mereka menjadi sangat penting.

“Ketika mereka kita rehab di sini, kita ajari, dengan suatu harapan mereka nanti akan kembali (hidup normal) dan kita bantu. Kita dampingi agar mereka punya usaha sendiri, agar tidak kembali pada pekerjaan semula.”

“Saya terima kasih kawan-kawan Dinsos mendampingi dengan baik,” katanya, didampingi Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.


Pelayanan Sosial pada Penyandang Disabilitas

Para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki kisah pilu masing-masing, kini mereka mulai dilatih untuk lebih berdaya. Foto: Pemprov Jateng.

Selain itu, imbuh Ganjar, Panti Pelayanan Sosial Wanodyatama juga memberikan pelayanan sosial kepada disabilitas.

Dia sempat bertemu dengan para tunanetra yang diajari membaca dan menulis dengan huruf braille. Para penyandang disabilitas penghuni panti sosial juga diberikan berbagai pelatihan untuk menunjang kemandirian, di antaranya keterampilan pijat.

“Tadi kita ketemu saudara-saudara kita yang penyandang tunanetra. Tadi ada yang diajari membaca dan menulis dengan braille, terus kemudian hari ini ada keterampilan yang diberikan, salah satunya massage,” beber Ganjar.


Dorong Pelatihan Keterampilan Lain

Para penghuni Panti Pelayanan Sosial Wanita Wanodyatama Surakarta memiliki kisah pilu masing-masing, kini mereka mulai dilatih untuk lebih berdaya. Foto: Freepik.

Ganjar ingin pelayanan dan perawatan di panti pelayanan sosial terus ditingkatkan. Salah satunya, dengan memberikan berbagai macam keterampilan. Tidak hanya pijat seperti yang sudah diberikan saat ini, tetapi juga keterampilan lain, seperti seni, usaha, dan lainnya.

“Mungkin nanti kalau punya talenta yang lain bisa juga. Dunia digital pun ternyata mereka mengerti. Ini yang Dinsos kita arahkan untuk meng-upgrade, mengasesmen mereka, sehingga treatment-nya kepada mereka benar. Kira-kira gitu,” katanya.

Di sela berkeliling itu, Ganjar juga melihat penghuni panti yang sedang berlomba, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-78 RI. Dia sempat merasakan keterampilan memijat dari salah seorang penghuni panti.

“Tadi senang kita lihat kemandiriannya. Yang massage saya coba enak, bagus, dengan tarif yang ala kadarnya gitu Rp50 ribu satu jam. Tapi ia juga praktik di rumahnya masing-masing. Intinya kita coba dorong mereka punya keterampilan dan mandiri, ini yang paling penting dari semuanya. Top, sampeyan harus mencoba di sini,” Pungkasnya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya