Liputan6.com, London - Pada 10 Agustus 2003, Inggris mencatat suhu pertamanya yang melebihi 100 derajat Fahrenheit atau sekitar 37,7 derajat Celcius.
Sepanjang bulan itu, gelombang panas yang intens melanda benua Eropa, merenggut lebih dari 35.000 nyawa.
Advertisement
Melansir dari History.com, Agustus 2003 menjadi Agustus terpanas yang pernah tercatat di belahan utara bumi dan memecahkan semua rekor sebelumnya untuk kematian terkait gelombang panas.
Prancis menjadi yang paling parah, dengan hampir 15.000 korban, diikuti oleh Jerman, di mana sekitar 7.000 orang meninggal dunia.
Ribuan orang lainnya juga meninggal di Spanyol dan Italia. Sebagian besar korban adalah orang tua, sangat muda, atau sakit kronis.
Ketika seseorang mengalami panas ekstrem, tubuh mereka dapat berjuang untuk mendinginkan diri sendiri, hal ini dapat menjadi sangat berbahaya terutama pada orang yang sangat tua, sangat muda, atau yang sudah sakit.
Jika suhu tubuh internal seseorang mencapai 104 derajat Fahrenheit (40 derajat Celcius), organ-organ tubuh dapat mulai ‘gagal’, orang tersebut pun pada akhirnya bisa meninggal.
Earth Policy Institute yang berbasis di Washington, D.C. memperkirakan bahwa ada lebih banyak orang yang meninggal setiap tahunnya akibat panas dibandingkan banjir, tornado, ataupun badai topan yang digabungkan.
Selain menyebabkan kematian secara langsung, panas ekstrem juga menyebabkan kebakaran besar. Di Portugal, 10 persen hutan negara tersebut hancur dan 18 orang tewas dalam kebakaran tersebut. Panas ini juga menyebabkan lelehan glasier, banjir kilat, dan longsor salju di Swiss.
Pada Juli 2022, suhu di Inggris melampaui 104 derajat Fahrenheit (40 derajat Celcius), memecahkan semua rekor yang pernah ada sebelumnya di Inggris.
Juli 2023 Bulan Terpanas
Secara global pun, Juli 2023 menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat.
Para ilmuwan memproyeksikan bahwa karena pemanasan global, suhu rata-rata bumi akan terus meningkat, mencapai 42,44 derajat Fahrenheit (5,8 derajat Celcius) pada akhir abad ini.
Satu-satunya cara untuk menghentikan kenaikan suhu global dan bencana cuaca ekstrem adalah dengan mengurangi tingkat emisi karbon dioksida yang berkontribusi terhadap pemanasan global.
Advertisement