Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) merayakan hari ulang tahun ke-46 diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia pada Kamis, (10/8/2023). Lantas, bagaimana perkembangan pasar modal dari sisi investor?
Analisis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang mengapresiasi HUT Pasar Modal ke-46. Ada sejumlah capaian positif yang dicatatkan pasar modal selama beberapa tahun terakhir.
Advertisement
Misalnya, jumlah investor meningkat signifikan. Merujuk data KSEI, terdapat 10,31 juta investor pasar modal pada 2022 atau meningkat 37,68 persen dibandingkan tahun 2021 lalu yang berjumlah 7,49 juta investor. Dari total investor pasar modal pada 2022, sekitar 58,71 persen di antaranya termasuk golongan investor muda yang berusia di bawah 30 tahun.
"Hal ini cukup menarik karena di usia muda, masyarakat mulai peduli dan paham dengan instrumen-instrumen investasi," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (10/8/2023).
Walau begitu, sudah menjadi rahasia umum masih ada sebagian investor, termasuk investor muda, yang belum mengetahui hal-hal mendasar dalam berinvestasi. Ini berkaitan dengan tujuan investasi, risiko investasi, dan pengelolaan dana investasi.
"Sangat penting untuk memahami saham apa yang investor transaksikan agar portofolio terkelola dengan baik dan bisa sustainable di pasar modal," ujar dia.
Banyaknya sumber berita di era digital tentu dapat mempengaruhi keputusan seorang investor dalam berinvestasi. Alhasil, investor tersebut mesti lihai memfiltrasi informasi yang dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhannya.
Di sinilah peran stakeholder pasar modal dibutuhkan. Mereka harus aktif melakukan edukasi investasi di berbagai media, baik offline maupun online, sehingga makin banyak masyarakat Indonesia yang tertarik berinvestasi dan tentu paham dengan apa yang diinvestasikan.
"Jika melihat data penduduk Indonesia sebanyak 278,69 juta jiwa, yang sudah menjadi investor masih sangat jauh di bawah 50 persen dari total penduduk tersebut. Alhasil, peluang pengembangan pasar modal masih terbuka lebar," ungkap dia.
Peningkatan Jumlah Investor Masih Kurang Menggembirakan
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menuturkan, dari data sampai dengan Mei 2023 jumlah investor saham mencapai 4,8 juta investor. Angka ini meningkat dari 4 juta investor pada 2022 dan secara persentase tahunan meningkat sekitar 20 persen.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya 278 juta jiwa, investor saham Indonesia hanya sekitar 1,7 persen dari seluruh jumlah penduduk.
"Kalau dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, angka Indonesia ini relatif kecil, Singapura sebesar 16,2 persen, Malaysia 8,7 persen, Thailand 5 persen, dan Vietnam 2,2 persen," kata Desmond.
Menurut ia, terdapat beberapa alasan yang membuat peningkatan jumlah investor saham di Indonesia yang walaupun naik tetap kurang menggembirakan. Misalnya, dari minat investor muda, lebih banyak tertarik pada kripto terutama karena kemudahannya. Jumlah investor kripto pada 2023 mencapai 17 juta orang, padahal tahun sebelumnya baru 13,73 juta orang.
Kemudahan membuka rekening kripto dibandingkan rekening saham. Pembukaan rekening saham harus memiliki rekening bank konvensional, sedangkan di kripto bisa dengan e-wallet. Hal ini mengakibatkan penetrasi investor kripto bisa luas, sampai ke daerah-daerah.
Advertisement
Ada Hambatan
Dia bilang, di bursa saham banyak hambatan yang terjadi. Misalnya berbagai aturan yang justru menjadi bumerang bagi minat investor muda, seperti bea meterai, penutupan kode broker, pelaporan pajak dividen.
"Semuanya dinilai membebani, tidak menarik dan merepotkan," kata dia.
Dengan demikian, ia menyebut, untuk lebih meningkatkan jumlah investor saham, otoritas bursa sebaiknya melakukan perubahan aturan supaya lebih sederhana dan tidak membebani investor saham.
Selain itu, perlu adanya peningkatan edukasi investasi saham sampai ke daerah-daerah. Ditambah lagi otoritas harus mengurangi IPO emiten tidak berkualitas supaya meningkatkan minat bagi investor.
"Saat ini memang investasi saham masih lesu. Walaupun jumlah investor meningkat, tetapi nilai transaksi cenderung turun. Hal ini dapat dimaklumi karena kondisi pasar saham memang sedang kurang kondusif. Relatif tidak bergerak dalam beberapa tahun terakhir," ujar dia.
Didominasi Generasi Milenial dan Z, Investor Pasar Modal Sentuh 11,4 juta
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor pasar modal mencapai 11,4 juta Single Investor Identification (SID) hingga 3 Agustus 2023.
Wakil Ketua OJK Mirza Adityaswara, mengatakan perkembangan pasar modal pada saat pandemi pertumbuhannya sangat pesat.
"Peningkatan secara pesat di 2020, 2021, 2022 saat itu sangat pesat pada saat pandemi meningkat 5 kali lipat. Per 3 Agustus jumlah investor di pasar modal mencapai 11,4 juta SID," kata Mirza Adityaswara dalam acara Fintech Policy Forum Seri II di Auditorium Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Pertumbuhan jumlah investor saham tersebut didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z, terutama yang berusia di bawah 30 tahun yang notabennya adalah cukup familiar dengan ekosistem digital.
Menurut Mirza, salah satu alasan perkembangan jumlah investor ritel belakangan dirasa cukup pesat adalah karena OJK mendorong transformasi digital di seluruh aspek baik mulai dari proses perizinan, laporan, pemasaran produk hingga kemudahan dalam berinvestasi dan bertransaksi di pasar modal.
"Kami menyadari bahwa peningkatan jumlah tersebut tidak lepas dari peran para stakeholder, yang terus konsisten berupaya untuk meningkatkan literasi dan edukasi," ujarnya.
OJK bersama Self-Regulatory Organization (SRO) juga terus bersinergi dan bekerja sama dalam mengeluarkan serangkaian kebijakan, yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses pasar modal sebagai tempat berinvestasi. "Sekarang kita kalau mau beli SBN ritel, Ya itu mudah sekali ya karena bantuan dari digitalisasi," pungkasnya.
Advertisement