11 Agustus 2015: Jepang Operasikan Lagi Reaktor Nuklir, Perdana Sejak Tragedi Fukushima

Perusahaan utilitas Jepang mengumumkan pada Selasa, 11 Agustus 2015, bahwa mereka telah menghidupkan kembali sebuah reaktor nuklir.

oleh Erina Putri diperbarui 11 Agu 2023, 06:06 WIB
Ilustrasi perusahaan nuklir di Jepang. (Hiro Komae/AP)

Liputan6.com, Tokyo - Perusahaan utilitas Jepang mengumumkan pada Selasa, 11 Agustus 2015, bahwa mereka telah menghidupkan kembali sebuah reaktor nuklir. Ini merupakan langkah pertama sejak bencana meledaknya Reaktor Fukushima Daiichi pada tahun 2011.

"Dengan ini kami umumkan bahwa mulai hari ini, Unit Pembangkit Listrik Nuklir Sendai No.1 telah mengeluarkan batang kendali dari reaktor dan dihidupkan pada pukul 10:30 pagi," demikian pernyataan dari Kyushu Electric Power Co. "Kami melihat langkah penghidupan kembali ini sebagai salah satu langkah penting dalam proses restart reaktor nuklir."

Sejak bencana Fukushima Daiichi pada tahun 2011, Jepang telah berupaya untuk merombak sektor energinya dengan fokus pada efisiensi energi, konservasi, dan peningkatan penggunaan gas alam yang lebih bersih untuk mengendalikan emisi.

Melansir dari UPI, Greenpeace pada tahun 2014 mengungkapkan kekhawatirannya terhadap upaya Tokyo untuk memperkenalkan kembali tenaga nuklir ke sektor energi itu. Mereka juga mengatakan bahwa beberapa momentum energi terbarukan dan bersih tidak dapat dibalikkan. 

Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, mengatakan bahwa reintroduksi tenaga nuklir diperlukan karena alasan ekonomi.

Pada Februari 2015, Jepang, sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia, mengumumkan keluar dari dua kuartal resesi berturut-turut. 

Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal keempat tumbuh sebesar 2,2 persen, tetapi lajunya diperlambat oleh penurunan pengeluaran konsumen.

Agneta Rising, direktur jenderal World Nuclear Association, menyatakan dalam pernyataan via surel bahwa keputusan untuk memperkenalkan kembali tenaga nuklir ke jaringan listrik mengarahkan Jepang menuju pemulihan.

"Langkah ini sangat penting dan menempatkan negara ini dengan kuat di jalur pemulihan keseimbangan perdagangan serta mendapatkan kemandirian energi, sekaligus mengurangi emisi," kata Agneta Rising.

 


Jepang Tinjau Ulang Kombinasi Energi Mereka

Ilustrasi perusahaan nuklir di Jepang. (Hiro Komae/AP)

Setelah bencana tahun 2011, Jepang menghentikan operasi 50 reaktor, yang mendorong negara ini untuk meninjau ulang kombinasi energinya. 

Sebelum bencana Fukushima, nuklir telah menyediakan sekitar 30 persen listrik Jepang, sementara energi terbarukan hanya berkontribusi kurang dari 3 persen, tidak termasuk tenaga air. Setelah bencana, negara ini sangat bergantung pada impor gas alam cair.

Dalam pernyataannya, Kyushu mengatakan bahwa mereka "tidak akan pernah" mengizinkan terulangnya bencana tahun 2011.

"Kami akan terus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi pemeriksaan Otoritas Regulasi Nuklir, dan menjalankan sisa proses dengan hati-hati, dengan memberikan prioritas mutlak pada keselamatan, dengan rasa kewaspadaan yang lebih tinggi dari sebelumnya," demikian pernyataan mereka.

Gempa bumi bermagnitudo 9 dan tsunami yang dihasilkan pada tahun 2011 menyebabkan meledaknya fasilitas Fukushima, yang merupakan bencana nuklir terburuk sejak kejadian Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya