Taliban Kini Perang Lawan Peredaran Narkoba di Afghanistan

Otoritas de facto Taliban di Afghanistan mengesankan dalam perang melawan narkotika setelah pemimpin tertinggi mereka Hibatullah Akhundzada, melarang produksi narkoba.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2023, 09:04 WIB
Delegasi Taliban Shahabuddin Delawar (kiri), Mullah Abdul Ghani Baradar, dan Khairullah Khairkhwa (kanan) bertemu diplomat asing di Doha, Qatar, Selasa (12/10/2021). Taliban mencari pengakuan serta bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan usai kembali berkuasa di Afghanistan. (KARIM JAAFAR/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Otoritas de facto Taliban di Afghanistan menyajikan daftar pencapaian yang mengesankan dalam perang melawan narkotika sekitar setahun setelah pemimpin tertinggi mereka yang tertutup, Hibatullah Akhundzada, melarang produksi narkoba.

Untuk melaksanakan dekrit Akhundzada, pasukan Taliban telah melakukan 5.799 operasi kontra-narkotika, menangkap 6.781 pengedar narkoba, menyita 1.799 ton narkoba, dan membongkar 585 laboratorium produksi heroin, menurut pejabat Taliban.

Klaim rezim itu didukung oleh pengamat independen, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (12/8/2023).

“Seperti halnya pencapaian mereka selama 2000-2001, ketika mereka sebelumnya berkuasa, Taliban secara efektif telah melarang penanaman opium, mengakibatkan penurunan besar-besaran di bidang budidaya opium pada tahun 2023,” kata William Byrd, seorang peneliti senior di Institut Perdamaian Negara Amerika Serikat (AS), atau USIP, dalam jawaban tertulis kepada VOA.

Citra satelit yang digunakan oleh sebuah organisasi Inggris mengukuhkan pengurangan yang signifikan dalam budidaya opium di seluruh Afghanistan tahun ini.

Di Provinsi Helmand, di Afghanistan selatan yang menghasilkan separuh lebih produksi obat-obatan terlarang negara itu, penanaman opium turun dari 129 ribu hektar pada 2022, menjadi hanya 740 hektar pada 2023.


Taliban Bakar Alat Musik di Afghanistan, Dianggap Menyesatkan Kaum Muda

Taliban Kembali Melanggar Janji, Bunuh Penyanyi Afghanistan Karena Melarang Musik. (dok.Instagram @arthur_dammer/https://www.instagram.com/p/CTP1LPAMcKp/Henry)

Taliban membakar alat-alat musik di Afghanistan. Mereka mengklaim musik menyebabkan korupsi moral.

Peralatan musik senilai ribuan dolar dibakar pada Sabtu (29/7/2023) di Provinsi Herat Barat.

Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, Taliban telah memberlakukan banyak pembatasan, termasuk memainkan musik di muka umum.

Ahmad Sarmast, pendiri Institut Musik Nasional Afghanistan, menyamakan tindakan Taliban dengan genosida budaya dan vandalisme musik.

"Rakyat Afghanistan telah ditolak kebebasan artistiknya ... Pembakaran alat musik di Herat hanyalah contoh kecil dari genosida budaya yang terjadi di Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban," ungkap Sarmast, yang kini bermukim di Portugal, seperti dilansir BBC, Selasa (1/8).

Beberapa barang yang dibakar di Herat termasuk gitar, harmonium, tabla (sejenis drum), amplifier dan speaker. Banyak dari peralatan tersebut disita dari lokasi pernikahan.

Pejabat Taliban mengatakan bahwa bermain musik akan menyebabkan kaum muda tersesat. Pada 19 Juli, aksi pembakaran juga dilakukan Taliban, namun mereka tidak menyebutkan di mana persisnya itu terjadi.

Seluruh bentuk musik dilarang dari pertemuan sosial, acara TV, dan radio saat Taliban berkuasa di Afghanistan dari pertengahan 90-an hingga 2001. Kancah musik baru berkembang pesat dalam dua dekade berikutnya, namun kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan pada Agustus 2021 telah mendorong mundur negara itu, dengan banyak musisi memilih pergi.

Sementara itu, penyanyi dan musisi yang masih berada di Afghanistan dilaporkan telah mengalami pemukulan dan diskriminasi.


Interpretasi Ketat Hukum Islam

(ilustrasi) Tentara Afghanistan saat melaksanakan operasi militer melawan ISIS di Provinsi Nangarhar, Afghanistan pada 2016 (sumber: Sputnik News Agency)

Dalam dua tahun terakhir, Taliban telah memberlakukan pembatasan lainnya di bawah interpretasi yang ketat terhadap hukum Islam.

Perempuan disebut paling terdampak dari kebijakan keras tanpa kompromi tersebut. Taliban mengatur cara perempuan berpakaian, di mana hanya boleh memperlihatkan mata, dan juga wajib didampingi saudara laki-laki bila ingin bepergian lebih dari 72 km.

Remaja perempuan dan wanita dewasa juga dilarang memasuki ruang kelas sekolah dan universitas, pusat kebugaran, dan taman. Pekan lalu semua salon rambut dan kecantikan di seluruh negeri diperintahkan untuk ditutup karena dianggap tidak Islami.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya