Liputan6.com, Jakarta - Bakal Calon Presiden Koalisi Perubahan Anies Baswedan menyebut putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak Peninjauan Kembali (PK) kubu Moeldoko sebagai hadiah untuk Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Putusan PK Moeldoko ditolak itu hadir ketika hari ulang tahun AHY ke-45 yang jatuh hari ini.
"Allah punya rencana yang sempurna dan proses bekerjanya misterius. Kok ya keputusan MA itu dikeluarkan di hari ulang tahunnya Mas AHY," kata Anies saat peluncuran buku AHY di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Advertisement
"Jadi anggaplah itu sebagai hadiah ulang tahun dari sistem pengadilan kita untuk Mas AHY. Mudah-mudahan nanti terjaga terus ke depannya," lanjutnya.
Anies pun memuji AHY layaknya berlian. Ia mengatakan, berlian lahir dari tekanan tinggi dan proses penggemblengan yang lama.
"Apa yang menarik, batu bara dan berlian itu berasal dari bakteri yang sama, yang tidak pernah tekanan tinggi, yang tidak suhu bumi yang tinggi dia akan jadi batu bara. Tapi yang kena tekanan tinggi, yang kena suhu tinggi, kena gemblengan dia jadi berlian," ujarnya
Menurut Anies, AHY adalah orang yang menjadi berlian pada masa depan karena telah mengalami tekanan yang tinggi. Salah satu tekanan itu adalah upaya merebut kepemimpinan Demokrat oleh kubu Moeldoko. AHY dan Demokrat mengikuti 19 kali proses di pengadilan yang akhirnya semuanya dimenangkan.
"Jadi, bagi mereka-mereka yang hari-hari ini dan kemarin mengalami tekanan-tekanan tinggi sesungguhnya sedang menjadi berlian-berlian masa depan," katanya.
"Jadi, hari ini Mas AHY gemblengan dua setengah tahun itu, 19 kali proses pengadilan itu adalah gemblengan untuk menjadi negarawan, melampaui politisi. Itu sebuah tantangan yang tidak sederhana," pungkas Anies Baswedan.
Anies Mengaku dengan AHY
Bakal Calon Presiden Koalisi Perubahan Anies Baswedan memberikan testimoni dalam peluncuran buku Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertajuk tetralogi Transformasi AHY di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8).
Anies menceritakan awal mula kesannya bertemu dengan AHY. Pertemuan pertamanya itu di Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah. Anies mengatakan, saat itu AHY terkesan sebagai sosok yang cerdas, tapi kaku.
"Pada saat itu saya masih bertugas di kampus waktu itu berbicara di Taruna Nusantara dan kemudian Mas AHY sebagai alumninya hadir bersama di situ," kenang Anies.
"Jadi kita melihat dari dekat pada waktu itu, pertama kali kita ngobrol, kesannya mirip yang disampaikan dengan Pak Sekjen tadi, ini cerdas tapi kaku," lanjutnya.
Kata Anies, sekarang AHY semakin cerdas dan semakin gagah. Bahkan, mantan gubernur DKI Jakarta ini mengaku iri dengan AHY.
"Kesan yang pertama kali muncul adalah cerdas, dan masih sampai sekarang makin cerdas, makin gagah, dan saya selalu iri kalau salaman sama Mas AHY. Kenapa? Karena genggaman tangannya menunjukkan latihan yang rutin, saya latihannya nggak rutin," ujar Anies
"Jadi yang kuat dan besar bukan cuma ototnya, hari ini terbukti adalah pikiran-pikirannya yang kuat dan besar," tambahnya
Anies pun memuji tetralogi buku yang AHY tulis. Menurutnya, AHY tidak terjebak dengan menulis biografi karena hal tersebut merupakan khas orang tua. Anak muda memang harus menuliskan pikiran gagasan, bukan cerita masa lalu.
"Pada saat saya mendengar Mas AHY akan meluncurkan buku, saya sempat khawatir, 'mudah-mudahan bukan biografi', karena kalau biografi, dia bercerita tentang kemarin, yang berhak cerita tentang kemarin adalah yang lain, Pak SBY boleh bercerita tentang kemarin, tapi Mas AHY harus bercerita masa depan dan kecurigaan saya keliru, Mas AHY menuliskan gagasan untuk masa depan," ujar Anies.
"Ini keren, karena di sini ada aspek bagaimana kita mengubah perjalanan jadi pengalaman dan pengalaman jadi hikmah. Kita semua menjalani, banyak yang menjalani, tapi tidak semua yang kita jalani jadi pengalaman dan tidak semua pengalaman bisa ambil hikmahnya. Ini tetralogi, 4 bukunya," pungkasnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com
Advertisement