Sri Mulyani Temui Sekjen OECD, Bahas Apa?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membagikan momen pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Mathias Hubert Paul Cormann

oleh Tira Santia diperbarui 11 Agu 2023, 11:00 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membagikan momen pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membagikan momen pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Mathias Hubert Paul Cormann, melalui akun instagram pribadinya @smindrawati.

Bendahara negara ini mengatakan, usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan dengan Sekjen OECD, Dia pun menyempatkan diri berbincang dengan Cormann.

"Sore ini (10/8), saya berbincang dengan Sekretaris Jenderal OECD, Mathias Cormann di kantor Kemenkeu setelah mendampingi Presiden @jokowi menerima beliau di Istana Negara," ujar Sri Mulyani, dikutip dari instagramnya, Jumat (11/8/2023).

Menkeu bercerita, dirinya berbincang santai mengenai beberapa topik. Salah satunya adalah dukungan Mathias Cormann terhadap komitmen Indonesia untuk menjadi anggota penuh OECD.

Hal ini sejalan dengan dukungan Presiden Jokowi untuk mengakselerasi perekonomian Indonesia menjadi ekonomi maju.

Anggota 38 Negara

OECD adalah forum 38 negara yang relatif maju/kaya yang berkolaborasi untuk mengembangkan dan membangun standar kebijakan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang sustainable.

Selain itu, OECD menjadi ajang saling tukar pengalaman dalam mengatasi masalah pembangunan ekonomi.

 


Peran Indonesia

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut Menkeu, Indonesia saat ini adalah Key Partner Country dari OECD telah bekerjasama dalam mendukung beberapa reformasi penting seperti kebijakan perpajakan global, pengembangan sektor keuangan dan masalah pembiayaan perubahan iklim.

Indonesia juga diajak untuk menjadi anggota OECD yang bertujuan untuk memperkuat fondasi dan kualitas kebijakan ekonomi.

"@the_oecd merupakan salah satu mitra penting @kemenkeuri dalam mengkaji beragam kebijakan fiskal," pungkasnya.


Indonesia Ngebet Jadi Anggota OECD, Apa Manfaatnya?

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, jika Indonesia berhasil menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi/Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), masyarakat Indonesia akan semakin sejahtera.

"OECD selalu menerapkan bahwa standar regulasi ataupun standar-standar yang dikembangkan itu seharusnya untuk kehidupan yang lebih baik. Jadi untuk masyarakat yang lebih baik dan tentu mendorong agar pendapatan per kapita masyarakat itu bisa meningkat," kata kata Airlangga saat ditemui di kantornya Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian, Jakarta (10/8/2023). 

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengatakan akan banyak manfaat yang akan dirasakan jika berhasil menjadi anggota OECD, salah satunya mendorong agar pendapatan perkapita masyarakat bisa meningkat. 

"Manfaat untuk masyarakat, karena memang OECD selalu menerapkan bahwa standar regulasi ataupun standar-standar yang dikembangkan itu seharusnya untuk kehidupan yang lebih baik. Jadi, untuk masyarakat yang lebih baik dan tentu mendorong agar pendapatan perkapita masyarakat itu bisa meningkat," jelasnya.

 


Pendapatan Perkapita

Warga mengenakan masker berjalan di pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Diketahui, rata-rata pendapatan perkapita negara OECD itu dikisaran USD 10.000. Sementara, saat ini produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia berada di angka USD 4.580.

Airlangga pun optimis ke depannya produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia bisa mencapai USD 5.500. 

"Karena anggota OECD itu rata-rata di atas USD 10.000 dan Indonesia tahun depan diharapkan bisa mencapai USD 5.500, sehingga standar-standar yang diberlakukan di OECD itu menjadi benchmark dan best practices," jelas Menko Airlangga.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya