Agar Bernilai Tambah, Kementan Dorong Pelaku Usaha Perkebunan

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) terus giatkan agar komoditas perkebunan tidak hanya dikerjakan pada aktivitas on farm saja, tetapi juga harus dikembangkan off farm, melalui hilirisasi produk perkebunan.

oleh stella maris diperbarui 11 Agu 2023, 10:07 WIB
Agar Bernilai Tambah, Kementan Dorong Pelaku Usaha Perkebunan/Istimewa.

Liputan6.com, Solok Agar memiliki nilai tambah, berdaya saing dengan produk mancanegara di pasar internasional, sehingga dapat meningkatkan daya tawar bagi pekebun Indonesia. Itulah arahan Presiden Jokowi untuk komoditas perkebunan Indonesia. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) terus giatkan agar komoditas perkebunan tidak hanya dikerjakan pada aktivitas on farm saja, tetapi juga harus dikembangkan off farm, melalui hilirisasi produk perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar hingga ekspor adalah kakao.

Minang Kakao, produk olahan kakao milik PT. Pengelola Aset Islami Indonesia bermitra dengan Kelompok Tani Saiyo, Selayo Kabupaten Solok Sumatera Barat, berhasil meraih omzet per tahun sebesar Rp1,1 milyar.

"Produk kami dibuat menggunakan bahan baku premium, selain organik (tersertifikasi) halal dan sudah BPOM, bahan baku biji kakao yang digunakan merupakan bahan baku terbaik. Biji kakao yang digunakan sudah difermentasi supaya rasa dan wangi cokelat yang dihasilkan lebih kuat dan strong. Biji kakao juga di sortir, dalam mengolah menjadi cokelat menggunakan bahan baku yang natural dan tidak menggunakan bahan kimia tambahan," ujar Arsil, selaku Co-Founder & General Manager Minang Kakao.

 

Agar Bernilai Tambah, Kementan Dorong Pelaku Usaha Perkebunan/Istimewa.

Arsil menceritakan kisahnya, sejak 2017 menekuni pengembangan kakao hingga kini berhasil mengeluarkan beragam produk olahan kakao. Dari luas kebun garapan sendiri seluas 120 Ha, memproduksi sebanyak 500 kg hingga 1 ton per ha. 

"Kami juga melakukan pelatihan kepada para pekebun di sekitar kebun sendiri," ujarnya.

Lebih lanjut Arsil mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil kakao, dan Sumatera Barat merupakan salah satu daerah potensial untuk dilakukan budidaya kakao karena kakao Sumatera Barat dikenal mempunyai cita rasa khas tersendiri. Bahan baku kakao berasal dari kebun sendiri dan penyerapan dari kelompok tani mitra. 

"Produk turunan yang kami hasilkan ada Cocoa Mass (Massa Kakao), Cocoa Nibs, Cocoa Butter, Cocoa Powder, cocoa liquor, hingga Aneka Varian Chocolate. Produk kami sudah terjual melalui online store, reseller, toko-toko organik, ranch market, freshmarket, dan foodhall. Prospek kakao ke depannya sangat menjanjikan, kami yakin kakao Indonesia bisa menjadi lebih besar paling tidak bisa setara kopi seperti sekarang, karena kopi Indonesia sudah mendunia dan terkenal dimana-mana sehingga pada akhirnya seluruh pemangku kepentingan dari kakao, mulai dari pekebun sampai produsen bisa mendapatkan manfaat yang bagus dari kakao," ujarnya.

 

Agar Bernilai Tambah, Kementan Dorong Pelaku Usaha Perkebunan/Istimewa.

Lebih lanjut Arsil mengatakan tentang perlunya mem-branding diversifikasi produk turunan sehingga menghasilkan kesan atau image positif terhadap produk hasil tanaman perkebunan. Manfaat kesehatan dari cokelat merupakan branding yang dilakukan dalam diversifikasi produk cokelat. Salah satu konsep utama dalam membuat produk di Minang Kakao adalah menghasilkan produk yang baik untuk kesehatan. 

"Kami berterima kasih banyak kepada Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Perkebunan, karena selama ini kami sangat di support, Ditjenbun membantu branding, dan pemasaran produk Minang Kakao, baik untuk pemasaran lokal melalui beraneka event baik lokal dan ekspor. Kami berharap semoga lebih banyak event-event lokal maupun internasional yang bisa kami ikut berpartisipasi, karena proses branding sangat penting untuk men scale up usaha kami," ujarnya. 

Berkaitan dengan potensi produk turunan, menurut Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, sangat besar di pasar global. Untuk itu perlunya membangun citra, keyakinan, jaminan kualitas dan prestise terhadap produk turunan perkebunan. Branding produk yang kuat akan membuat produk perkebunan di Tanah Air menjadi mudah diingat, dikenal dan pastinya akan melejit di pasaran.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya