USD Menguat 11 Agustus 2023, Rupiah Bakal Terjun ke Rp 15.260 Senin Depan

Untuk perdagangan pada Senin depan, mata uang rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.200 - Rp 15.260

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Agu 2023, 19:30 WIB
Rupiah ditutup melemah 34 poin dalam penutupan pasar akhir pekan ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 45 point di level Rp 15.219 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.185. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan pada Jumat, 11 Agustus 2023. Penguatan dolar AS atau USD ini menekan rupiah. Sedangkan untuk perdagangan pada Senin depan, mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa USD diperdagangkan sebagian besar tidak berubah pada hari Jumat karena para pedagang mencerna pembacaan inflasi terbaru, dengan indeks harga konsumen AS tumbuh seperti yang diharapkan pada bulan Juli dari bulan sebelumnya.

"Sementara pembacaan memicu taruhan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada bulan September, itu juga melihat pasar memangkas ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga tahun ini, dengan suku bunga diperkirakan akan tetap di tertinggi 22 tahun," papar Ibrahim, dalam keterangan tertulis pada Jumat (11/8/2023).

"Ada lebih banyak data inflasi yang akan dirilis nanti di sesi ini, dalam bentuk harga produsen untuk bulan Juli, menambah lebih banyak umpan bagi pembuat kebijakan Fed menjelang pertemuan penting Fed bulan depan," lanjutnya.

Sentimen dari Eropa

Berlanjut di kawasan Eropa, ekonomi Inggris (PDB) tumbuh 0,2 persen pada kuartal kedua. Angka ini bertentangan dengan ekspektasi pembacaan datar, dibantu oleh pertumbuhan bulanan sebesar 0,5 persen pada Juni 2023.

Meskipun demikian, ekonomi Inggris masih menjadi satu-satunya ekonomi maju besar yang belum mendapatkan kembali level pra-COVID pada akhir 2019, dan dengan inflasi yang tetap tinggi, kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat menghambat pertumbuhan ini di masa mendatang.

Adapun bank Sentral Eropa yang diprediksi dapat menghentikan kampanye kenaikan suku bunga selama setahun pada bulan September mendatang, setelah arahan dari Presiden Christine Lagarde bulan lalu, tetapi kenaikan lebih lanjut pada akhir tahun masih akan terjadi dengan inflasi yang semakin panas.

Rupiah ditutup melemah 34 poin dalam penutupan pasar akhir pekan ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 45 poin di level Rp 15.219 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.185.

"Sedangkan untuk perdagangan pada senen depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.200 - Rp 15.260," ungkap Ibrahim.


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

Ibrahim pun menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus menjadi hedline di berbagai media baik media masa maupun media elektronik, pekan ini.

Berbagai ekonom terus memproyeksikan PDB (Produk Domestik Bruto) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjaga di angka 5,1 persen hingga akhir tahun 2023.

"Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan percepatan penyelesaian konstruksi proyek-proyek infrastruktur pada tahun 2024 atau menjelang pergantian Presiden RI," papar Ibrahim.

"Ini pernah terjadi juga waktu 2019, di mana sebelum terjadi pergantian pemerintahan banyak proyek-proyek yang dikebut. Bukan proyek-proyek baru, tapi proyek existing, ini momentumnya dikebut," katanya.

Dia menyebutkan, pada kuartal IV 2023 akan terjadi peningkatan belanja pemerintah maupun masyarakat dalam menyambut pemilu tahun depan, baik dari sisi belanja APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) maupun belanja partai politik.

 


Hilirisasi

Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, pihaknya melihat akan ada peningkatan ekspor pada komoditas di sektor hilirisasi, seperti nikel yang menjadi bahan vital pada kendaraan listrik (EV).

"Kemudian, tingkat ekspor tembaga juga diperkirakan akan meningkat. Seharusnya selama kuartal keempat 2023 juga tidak ada lonjakan inflasi. Kalau inflasi tetap rendah, diiringi dengan percepatan konstruksi dan belanja para pemilu, maka seharusnya daya beli masyarakat juga meningkat," bebernya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2023 berada pada level 5,17 persen secara tauhuan (yoy).

Sedangkan, secara kuartal ke kuartal (qtq) mengalami kenaikan sebesar 3,86 persen bila dibandingkan dengan kuartal I 2023.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya