Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan berada di zona positif pada 7-11 Agustus 2023 seiring naik 0,40 persen ke posisi 6.880.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Sabtu (12/8/2023), IHSG melesat didorong sektor saham infrastruktur dan bahan dasar. Dua sektor saham ini masing-masing berkontribusi 1,5 persen dan 0,89 persen terhadap indeks saham.
Advertisement
“Pekan ini kami melihat indikator ekonomi makro utama dari ekonomi terbesar dari pasar berkembang muncul lebih kuat dari yang diperkirakan,” tulis Ashmore.
Di sisi lain, inflasi Amerika Serikat (AS) tetap berada di atas kisaran target bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) dan inflasi di Jerman tetap tinggi meski tren turun sejak Februari. Di sisi lain, China alami deflasi pertama kali sejak 2021, meski ini bukan hasil yang diharapkan.
Lalu bagaimana kondisi ekonomi China?
Setelah data inflasi yang konfirmasi ekspektasi pasar tentang deflasi di China, bahkan lebih banyak kekhawatiran telah tumbuh mengenai potensi pertumbuhan ekonomi China dan berbagai isu yang mengganjal menurunkan ekonominya. Di antaranya pengeluaran konsumen muda (16-24) yang rendah dan pengangguran mencapai tingkat tertinggi 21,3 persen.
Selain itu, sektor properti yang berkepanjangan telah meredam kepercayaan diri untuk membeli rumah dan barang-barang besar serta perang harga di antara produsen mobil China yang memicu tekanan deflasi.
Di global, tingkat harga yang lebih rendah di China bisa berarti impor dari China akan terbawa tekanan deflasi. Pada Juni 2023, ekspor China mencapai titik terendah sejak akhir 2009.
Pertahankan Prospek untuk Saham Indonesia
Pada Mei 2023, Indonesia impor barang dari China sekitar Rp 89,8 triliun. Realisasi ini di atas rata-rata lima tahun sebesar Rp 60,6 triliun. Ini berarti Indonesia lebih banyak impor barang China baru-baru ini.
“Dalam jangka pendek, harga rendah dapat menguntungkan produsen Indonesia yang bergantung pada impor China sebagai input pengurangan biaya,” tulis Ashmore.
Berdasarkan badan statistik China, penurunan consumer price index (CPI) akan terjadi sementara, dan inflasi akan meningkat bertahan sebagai dampak tahun lalu.
Pada 2023, pasar berharap inflasi di China ditutup di kisaran 0,9 persen dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil sekitar 5,2 persen.
“Kami pertahankan prospek positif untuk saham Indonesia karena mengantisipasi katalis pertumbuhan termasuk belanja kampanye pemilu dan repatriasi lebih kuat dari hasil ekspor,” tulis Ashmore.
Ashmore tetap rekomendasikan investasi di ASDN karena strategi dana investasi tinggi dan kemamouan bermanuver di antara sektor saham. Imbal hasil ashmore saham dinamis nusaran (ASDN) sudah capai 7,17 persen year to date (ytd) pada 10 Agustus 2023.
Advertisement
Data Inflasi AS dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Warnai Bursa Saham
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,69 persen pada 31 Juli-4 Agustus 2023 ke posisi 6.852,84.
Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 6.900,23. Koreksi IHSG didorong sektor saham teknologi dan transportasi dan logistic masing-masing minus 2,95 persen dan 2,5 persen ke indeks saham.
Di tengah tekanan IHSG itu, aksi beli investor asing mencapai USD 226 juta, demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (6/8/2023).
Pada pekan ini, ada sejumlah berita utama, salah satu dari Bank of Japan atau Bank Sentral Jepang yang mengumumkan tentang kontrol kurva imbal hasilnya yang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) di atas 4 persen.
“Kami juga melihat penurunan peringkat AS oleh Fitch, sementara agak tak terduga, tidak mendorong pergerakan hasil yang signifikan. Pasar tenaga kerja AS tampaknya mendingin seiring dengan inflasi melambat di kawasan Eropa,” demikian mengutip dari riset Ashmore.
Apa yang Diantisipasi pasar di AS?Ashmore menyebutkan, setelah kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed), pasar menunggu data pengangguran AS pada akhir pekan karena akan membantu penyesuaian prediksi arah ekonomi sebelumnya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada September.
Menanti Data Inflasi
Berdasarkan konsensus tingkat pengangguran AS tetap 3,6 persen dan terus menjadi faktor dalam menjaga inflasi tetap tinggi seiring mereka kemungkinan besar masih mendapatkan pekerjaan.
“Pekan depan, pasar berharap inflasi utama AS dan tingkat inflasi inti menjadi sedikit lebih rendah menjadi 2,8 persen dari 3 persen YoY dan 4,7 persen (dari 4,8 persen) YoY,” tulis Ashmore.
Sementara di pasar domestik, pasar menunggu data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 yang diperkirakan akan tumbuh sedikit melambat pada 4,93 persen YoY dari 5,03 persen pada kuartal I 2023 atau 3,72 persen kuartal per kuartal dari minus 0,92 persen pada kuartal I 2023.
“Cadangan devisa kami harapkan membaik dengan regulasi devisa hasil ekspor yang baru efektif bulan ini meningkatkan repatriasi hasil ekspor kembali ke Indonesia,” demikian mengutip dari laporan Ashmore.
Advertisement