Rasulullah Ungkap Golongan Manusia yang Bangkrut di Akhirat, Siapa Saja?

Riwayat ini memperingatkan manusia semua agar senantiasa mengoreksi diri, karena sering sekali manusia lalai. Seseorang begitu mudah mengoreksi dan mencari kesalahan serta dosa orang lain, tetapi tidak pernah mencari kekurangan pada diri sendiri.

oleh Putry Damayanty diperbarui 13 Agu 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi kiamat | via: theengsi.blogspot.com

Liputan6.com, Jakarta - Kebangkrutan tidak hanya dialami manusia ketika masih hidup di dunia, tetapi juga akan dihadapi saat mereka di akhirat. Riwayat tentang kebangkrutan manusia di akhirat dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersantai bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menyampaikan satu pertanyaan singkat pada mereka. Pertanyaan itu disampaikan dalam suasana kekeluargaan, sahabat satu dengan yang lain nampak bergaul akrab. Demikian juga dengan Nabi yang amat dicintainya.

Rasulullah SAW bertanya pada mereka:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ (رواه مسلم)

“Tahukah kalian, Siapakah orang yang mengalami bangkrut berat di antara kalian?” Para sahabat menjawab pertanyaan Nabi: “Mereka adalah orang yang tidak memiliki suatu harta apapun”. (HR. Muslim, No: 2581).

Para sahabat menjawab apa adanya terhadap pertanyaan Nabi, bahwa orang yang pailit (bangkrut berat) adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa, bahkan mereka yang memiliki uang karena usaha-usahanya terus-menerus rugi. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:


Beramal Tapi Sia-Sia

Selanjutnya beliau meluruskan pendapat mereka, bahwa bangkrut yang disebutkan di atas, baru tergolong bangkrut biasa bukan bangkrut berat. Nabi menjelaskan:

“Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicampakkannya orang itu ke dalam neraka." (HR. Muslim, No: 2581).

Beberapa rombongan orang-orang yang pernah dianiaya menuntut segala perbuatan yang tercela dari penderita bangkrut itu, maka diambilah pahala orang itu untuk menutup kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya dulu ketika hidup di dunia.

Demikian banyaknya kesalahan dan dosa yang ia lakukan terhadap orang lain. Sehingga balasan pahalanya habis sama sekali. Setelah balasan pahala itu habis, masih banyak berdatangan orang-orang menuntut kepadanya, akan tetapi karena kebaikan orang itu telah sirna, maka ia tidak dapat lagi menutupi kesalahan-kesalahannya.

Nasib penderita bangkrut berat itu amat celaka, orang-orang yang ia aniaya akhirnya menimpakan dosa perbuatan buruknya kepada orang itu. Dengan demikian pahala kebaikannya tidak tersisa sedikitpun, sedang keburukannya terus semakin bertumpuk, selain dosanya sendiri ditimpakan padanya juga, dosa orang lain yang pernah disakitinya dahulu. Orang itu akhirnya tercampakkan dalam kehidupan yang amat hina dan adzab yang menyakitkan di akhirat.

Manusia sering membanggakan demikian banyak ibadah dan amal yang kita lakukan, tanpa sadar mereka juga melakukan berbagai macam dosa dan kesalahan. Manusia sering tidak menyadari, bahwa perbuatan yang dilakukannya itu seperti menyakiti orang lain, menganiaya, menipu dan menyulitkan terhadap sesamanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya