Sri Mulyani Dukung Pengembangan Ekonomi Syariah Indonesia

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi keuangan syariah terbesar di dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Agu 2023, 19:17 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam sambutan pada Acara Anugerah Adinata Syariah 2023, Jumat (26/5/2023).

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi keuangan syariah terbesar di dunia. Bagaimana tidak, 237 juta jiwa penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim.

Untuk itu, kata dia, ekonomi syariah merupakan sebuah keuntungan komparatif yang dimiliki oleh Indonesia. Oleh karena itu pengembangan aktivitas ekonomi syariah merupakan manifestasi ajaran Islam dan kebutuhan pembangunan Indonesia. 

“Pemerintah ingin memposisikan Indonesia sebagai pelaku utama, sekaligus hak ekonomi syariah serta produsen pusat halal dunia,” kata Sri Mulyani seperti ditulis, Minggu (13/8/2023).

Di samping itu, Menkeu menyebut bahwa implementasi aktivitas ekonomi dan keuangan syariah telah memberikan dampak positif yang tercermin dari naiknya total aset keuangan syariah, dimana Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam hal ini sebagai salah satu motor penggerak utama keuangan syariah.

Namun, untuk merawat pencapaian ini dibutuhkan sinergi antar seluruh pelaku ekonomi, mulai dari stakeholder dan juga antara pemerintah pusat dan daerah.

“Ekonomi termasuk ekonomi syariah tidak akan mungkin bisa berkembang maju tanpa pendalaman ekonomi dan keuangan syariah. Oleh karena itu terus dilakukannya inovasi kreativitas dan pendalaman dari sisi likuiditas,” pungkas Sri Mulyani.

Pengembangan Perbankan Syariah

Dalam pendalaman ekonomi syariah, pengembangan perbankan syariah di Indonesia disebut perlu dilakukan. 

Peneliti Ekonomi Syariah Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Peneliti INDEF Fauziah Rizki Yuniarti  memandang perlu memperbankan jumlah bank syariah di Indonesia.

“Dari sisi supply, hal tersebut akan menciptakan persaingan sehat karena para pemain berusaha berkompetisi memberi yang terbaik untuk nasabah dari berbagai sisi, produk, dan jasa,” tutur Fauziah.

Fauziah menambahkan, adanya bank syariah besar yang setara Bank Syariah Indonesia (BSI)  juga akan berdampak dari sisi demand. Pasalnya, nasabah pun akan memiliki beragam pilihan sehingga bisa melakukan perbandingan dari berbagai sisi, mulai dari fasilitas, harga, aksesibilitas, dan sebagainya.

“Bank syariah besar tersebut harus bisa bersaing dan mendampingi BSI yang saat ini menjadi satu-satunya Bank Syariah di Top 10 bank terbesar nasional,” kata Fauziah.

Rekomendasi

Fauziah merekomendasikan 3 cara untuk industri perbankan syariah bisa memiliki bank bermodal kuat seperti BSI. Pertama, UUS melakukan spin-off menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Kemudian, BUS tersebut melakukan strategi penguatan modal sehingga bisa menjadi BUS Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 3.

Kedua, beberapa UUS konsolidasi dan menjadi 1 BUS dengan KBMI 3 atau KBMI 4.

Ketiga, beberapa BUS dengan KBMI 1 dan/atau KBMI 2 konsolidasi menjadi 1 BUS dengan KBMI 3 atau bahkan KBMI 4 yang bisa bersaing dengan BSI.

 


BSI Belum Rencana Ambil Alih BTN Syariah

Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bank Syariah Indonesia (BSI) belum mengambil sikap soal rencana akuisisi yang akan dilakukan Bank Tabungan Negara (BTN). Mengingat, disebut kalau BSI akan jadi bagian dalam rencana akuisisi tersebut.

Rencana akuisisi disampaikan Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. BTN berencana mengakuisisi salah satu bank menyusul rencana spin off dari Unit Usaha Syariah (UUS) BTN, Bank Syariah Indonesia disebut sebagai salah satu pemegang saham nantinya.

 Menanggapu itu, Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo mengungkapkan perseroan masih terus mengkaji dan belum mengambil keputusan apapun terkait rencana aksi korporasi BTN tersebut.

“Sehubungan dengan pemberitaan di media tentang aksi korporasi yang akan dilakukan terhadap UUS BTN yang melibatkan BSI, kami sampaikan bahwa hingga saat ini kami belum membuat keputusan apapun terkait hal tersebut,” kata Gunawan dalam keterangannya, Rabu (9/8/2023).

 


BSI Belum Terlibat

Nasabah saat menunggu layanan Bank BSI di Kantor Cabang BSI Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (10/5/2023). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Gunawan menerangkan, hingga saat ini, BSI belum terlibat dalam proses aksi korporasi manapun. Termasuk, rencana akuisisi untuk menjadikan BTN Syariah menjadi entitas tersendiri.

"Sebagai perusahaan terbuka, BSI senantiasa tunduk pada ketentuan Pasar Modal, dimana informasi material baru akan dipublikasikan jika telah ada kepastian, dalam rangka mendukung prinsip keterbukaan informasi bagi pemegang saham," bebernya.

Menurut Gunawan, saat ini BSI sedang fokus untuk memperkuat bisnis secara organik guna mendukung visi menjadikan BSI sebagai salah satu top ten global Islamic Bank. Seperti diketahui, pada triwulan I tahun 2023, BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 47,6 persen (YoY) menjadi Rp1,46 triliun.

Capaian laba bersih tersebut berasal dari pendapatan jual beli Rp 2,98 triliun, pendapatan dari bagi hasil Rp 1,39 triliun, pendapatan dari ijarah - bersih Rp 56,18 miliar, dan pendapatan usaha utama lainnya Rp 964,73 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya