Estimasi Kerugian Kebakaran Hawaii Capai Miliaran Dolar, Korban Tewas Diperkirakan Bertambah

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Hawaii.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Agu 2023, 09:25 WIB
Skala kerusakan menjadi sorotan, ketika tim pencari dengan anjing pelacak menyaring reruntuhan Lahaina, Maui, empat hari setelah kobaran api yang bergerak cepat meratakan kota resor bersejarah itu, melenyapkan bangunan dan melelehkan mobil. (AP Photo/Rick Bowmer)

Liputan6.com, Hawaii - Jumlah korban tewas akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Maui, Hawaii, bertambah hingga mencapai 93 orang pada Sabtu (12/8) waktu setempat dan kemungkinan terus bertambah karena tim SAR dibantu anjing pelacak masih menyisir puing-puing yang habis terbakar di Kota Lahaina untuk mencari korban.

Dilansir VOA Indonesia, Minggu (13/8/2023), karhutla di Maui menjadi kebakaran lahan paling mematikan dalam lebih dari satu abad.

Skala kerusakan mulai tampak jelas setelah empat hari kebakaran yang meratakan kota resor bersejarah, merusak gedung-gedung dan melelehkan mobil-mobil.

Badan Manajemen Darurat Federal (Federal Emergency Management Agency/FEMA) Amerika Serikat (AS) memperkirakan pembangunan kembali kota resor bersejarah itu akan menelan biaya sekitar USD 5,5 miliar atau setara Rp84,2 triliun. Api kebakaran yang menjalar dengan cepat meludeskan lebih dari 2.200 bangunan dan lebih dari 850 hektar lahan terbakar.

Para pejabat bertekad untuk memeriksa sistem notifikasi gawat darurat setelah sejumlah warga mempertanyakan apakah ada lebih banyak yang bisa dilakukan untuk memperingatkan orang-orang sebelum api melalap rumah mereka. Beberapa orang terpaksa mengarungi Samudera Pasifik untuk melarikan diri.

Sirene-sirene yang dipasang di sekitar pulau untuk memberi peringatan datangnya bencana alam tidak berbunyi saat kejadian. Pemadaman listrik dan jaringan ponsel yang meluas juga menghambat pengiriman tanda bahaya dalam bentuk lainnya.


Respons Tanggap Pemerintah

Jumlah korban tewas terbaru melebihi 85 orang yang tewas dalam kebakaran 2018 di kota Paradise, California, dan merupakan korban tertinggi dari kebakaran hutan sejak 1918, ketika kebakaran Cloquet di Minnesota dan Wisconsin merenggut 453 nyawa, demikian seperti dikutip dari AP, Minggu (13/8/2023). (AP Photo/Rick Bowmer)

Jaksa Agung negara bagian Hawaii, Anne Lopez, mengatakan dia memulai kajian terhadap pengambilan keputusan sebelum dan pada saat kebakaran berlangsung. Sementara, Gubernur Josh Green mengatakan kepada stasiun televisi CNN bahwa dia sudah memberi kewenangan untuk dilakukan kajian atas respons gawat darurat.

Para pejabat setempat menggambarkan gabungan sejumlah faktor mengerikan yang menyebabkan kebakaran, termasuk kegagalan jaringan komunikasi, hembusan angin kencang dari badai lepas pantai dan lusinan titik kebakaran yang saling terpisah jarak bermil-mil hingga menyulitkan koordinasi dengan sejumlah instansi gawat darurat. Instansi-instansi gawat darurat ini yang biasanya mengeluarkan peringatan dan perintah evakuasi.


Jumlah Korban Jiwa

Sirene yang ditempatkan di sekitar pulau - dimaksudkan untuk memperingatkan bencana alam yang akan datang - tidak pernah berbunyi, dan pemadaman listrik dan seluler yang meluas menghambat bentuk peringatan lainnya. Pejabat setempat telah menggarisbawah multi-faktor 'mimpi buruk' dari kebakaran di Maui. (Hawaii Department of Land and Natural Resources via AP)

Korban jiwa akibat kebakaran, yang mulai pada Selasa (8/8), melebihi jumlah korban tewas akibat tsunami pada 1961 yang menewaskan 61 orang, satu tahun setelah Hawaii resmi menjadi negara bagian Amerika Serikat (AS). Karhutla itu adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Hawaii.

Pihak berwenang mulai mengizinkan warga untuk kembali ke Maui bagian barat pada Jumat (11/8), tetapi zona api di Lahaina tetap diblokir. Para pejabat memperingatkan kemungkinan ada asap beracun dari wilayah-wilayah yang masih membara dan operasi pencarian korban masih berlanjut.

Ratusan orang masih dinyatakan hilang, tapi jumlah pastinya masih belum jelas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya