Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia telah melonjak sekitar 20 persen sejak akhir Juni 2023, dan diprediksi akan terus naik tahun ini jika negara anggota OPEC+ tetap berpegang pada kebijakannya untuk menahan produksi minyak mentah.
Hal itu diungkapkan oleh Badan Energi Internasional (IEA).
Advertisement
Melansir CNN Business, Senin (14/8/2023) IEA memprediksi persediaan minyak dunia dapat menyusut 2,2 juta barel per hari pada kuartal ketiga dan 1,2 juta barel pada kuartal keempat 2023, mendorong risiko kenaikan harga menjadi lebih tinggi.
IEA pun mengulangi perkiraan sebelumnya bahwa permintaan minyak global akan naik rata-rata 2,2 juta barel per hari tahun ini ke rekor 102,2 juta barel per hari.
Kenaikan harga minyak dunia telah menyebabkan lonjakan harga bensin di AS baru-baru ini, yang mencapai rata-rata USD 3,84 per galon.
Harga gas alam juga naik baru-baru ini, didorong oleh kekhawatiran bahwa pemogokan di Australia dapat mengurangi ekspor gas alam cair.
Namun, tekanan pada harga minyak dunia diprediksi bisa mereda tahun depan.
Mulai Melambat di 2024
IEA memperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak dunia akan melambat menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2024 karena pemulihan pasca-pandemi akan sebagian besar berjalan dengan sendirinya dan seiring dengan semakin cepatnya transisi energi.
Badan itu mengungkapkan, permintaan minyak dunia kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam beberapa tahun ke depan, di dorong oleh standar efisiensi bahan bakar yang lebih ketat, pertumbuhan pasar kendaraan listrik dan perubahan struktural pada ekonomi.
Harga Minyak Dunia Terbang, Menuju Kenaikan 7 Pekan Berturut-turut
Harga minyak naik pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) setelah Badan Energi Internasional memperkirakan rekor permintaan minyak global dan pengetatan pasokan. Hal ini mendorong harga minyak dunia menuju kenaikan dalam 7 minggu berturut-turut dan menjadi rekor terpanjang sejak 2022.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (12/8/2023), harga minyak mentah Brent berjangka naik 19 sen atau 0,22% menjadi USD 86,59 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 22 sen atau 0,27% menjadi USD 83,05. Secara mingguan, kedua patokan harga minyak dunia tersebut naik sekitar 0,5 persen.
IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak global mencapai rekor 103 juta barel per hari pada bulan Juni dan dapat mencapai puncak lainnya bulan ini.
Sementara itu, pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia memicu penurunan tajam dalam persediaan selama sisa tahun 2023, yang menurut IEA dapat mendorong harga minyak lebih tinggi lagi.
Pada hari Kamis, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,44 juta barel per hari tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Prospek pasar minyak terlihat sehat untuk paruh kedua tahun ini, kata OPEC.
Data ekonomi AS minggu ini juga mengangkat sentimen pasar, memicu spekulasi bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) mendekati akhir dari kenaikan suku bunga yang agresif.
Advertisement
Pasokan Minyak
Pemotongan pasokan minyak dan prospek ekonomi yang membaik telah menciptakan lebih banyak optimisme di kalangan investor minyak, kata analis OANDA Craig Erlam.
Namun, dia mencatat tanda-tanda momentum melemah setelah reli yang berkelanjutan. Pada hari Kamis, harga minyak Brent mencapai level tertinggi sejak Januari, sehari setelah WTI mencapai level tertinggi tahun ini.
Terakhir kali harga minyak Brent naik selama tujuh minggu berturut-turut adalah pada Januari-Februari 2022, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Jumlah Rig Minyak
Setelah jatuh selama delapan minggu berturut-turut, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS, indikator awal produksi masa depan, tetap stabil di 525 minggu ini, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Kepala Investasi Manajemen Aset Bank AS Eric Freedman mengatakan, jumlah rig minyak yang stabil menunjukkan produsen AS mempertahankan disiplin tentang pengeboran dan eksplorasi.
"Harga minyak terus naik tapi tidak banyak perusahaan keluar mencari minyak," katanya.
Data ekonomi campuran dari China membebani sentimen minggu ini. Sementara data bea cukai menunjukkan impor minyak mentah naik dari tahun ke tahun, keseluruhan ekspor China anjlok 14,5% pada Juli, dengan impor minyak mentah bulanan mundur dari rekor tertinggi bulan Juni ke level terendah sejak Januari.
Advertisement