Liputan6.com, Jakarta Inflasi Amerika Serikat menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada anggaran rumah tangga di negara itu.
Mengutip CNN Business, Senin (14/8/2023) Moody's Analytics mengungkapkan bahwa rata-rata rumah tangga di Amerika membelanjakan USD 709 atau Rp. 10,8 lebih banyak pada bulan Juli dibandingkan dua tahun lalu untuk membeli barang dan jasa yang sama.
Advertisement
Angka itu menggarisbawahi dampak kumulatif inflasi yang tinggi terhadap keuangan konsumen, bahkan ketika pertumbuhan harga telah menurun drastis dalam beberapa bulan terakhir.
"Inflasi tinggi selama 2+ tahun terakhir telah menyebabkan banyak kerusakan ekonomi," tulis Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics, dalam sebuah postingan di X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Zandi mengungkapkan, sebagian besar peningkatan pengeluaran didorong oleh biaya perumahan, yang telah melonjak.
Dia menambahkan bahwa keluarga di AS juga membelanjakan lebih banyak di toko bahan makanan; membeli, merawat dan mengasuransikan kendaraan dan layanan rekreasi seperti kabel.
Tentu saja, gaji juga meningkat selama dua tahun terakhir, meski tidak sebesar biaya hidup. Meskipun harga melonjak, pendapatan riil, yang disesuaikan dengan inflasi, tertahan di level akhir 2019.
"Penghasilan nyata tetap di bawah apa yang seharusnya jika bukan karena pandemi dan perang Rusia Ukraina, yang membebani jiwa kolektif," ungkap Zandi dalam sebuah pesan email.
Kabar baiknya adalah, upah di AS akhirnya mulai melampaui inflasi dan pertumbuhan harga konsumen telah menurun secara signifikan, sehingga banyak investor yakin bahwa Federal Reserve akan segera menghentikan kenaikan suku bunga.
Inflasi AS
Melihat tahun lalu saja, Zandi menghitung bahwa rumah tangga di AS pada umumnya membelanjakan USD 202 lebih banyak pada bulan Juli ini daripada tahun lalu untuk membeli barang dan jasa yang sama.
Itu memang kenaikan yang signifikan, tetapi masih di bawah puncak USD 536 untuk metrik tahun-ke-tahun ini — rekor mencapai Juni 2022, ketika harga gas melonjak di atas USD 5 per galon untuk pertama kalinya.
Seperti diketahui, inflasi AS menyentuh 3,2 persen pada bulan Juli, menurut laporan resmi pemerintah. Meskipun sedikit lebih tinggi dari tingkat inflasi tahunan di bulan Juni, sebagian besar dampaknya didorong oleh efek kalender.
"Singkatnya, laporan itu menggembirakan," tulis ekonom Bank of America dalam sebuah catatan kepada klien, menambahkan mereka "tidak akan terkejut melihat pembacaan inflasi yang lemah" di bulan Agustus.
Meskipun pembacaan inflasi dari bulan ke bulan "masih cenderung bergelombang," ekonom Bank of America mengatakan mereka "percaya bahwa disinflasi saat ini bukanlah 'kabar palsu'."
Advertisement
Inflasi Mulai Jinak, Warga AS Kian Optimis
Konsumen di Amerika Serikat kini merasa lebih optimis di musim panas karena inflasi terus melambat. Sentimen konsumen AS yang dilacak oleh University of Michigan naik 11 persen pada bulan Juli dari bulan sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2021, menurut pembacaan akhir data tersebut.
Ini menandai peningkatan besar dari Juni 2022, ketika sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam catatan dan inflasi mencapai tertinggi empat dekade sebesar 9,1 persen.
Ekspektasi masyarakat Amerika untuk tingkat inflasi di tahun depan naik tipis ke tingkat 3,4 persen, jauh di bawah prediksi 5,4 persen pada April 2022 tetapi di atas kisaran 2,3-3,0 persen yang terlihat dalam dua tahun sebelum pandemi.
"Secara keseluruhan, kenaikan tajam dalam sentimen sebagian besar disebabkan oleh berlanjutnya perlambatan inflasi, bersama dengan stabilitas di pasar tenaga kerja," kata Direktur Survei Universitas Michigan, Joanne Hsu melansir CNN Business, Senin (31/7/2023).
"Namun, sentimen untuk konsumen berpenghasilan rendah turun," ungkapnya.
Seperti diketahui, inflasi AS terus menunjukkan perlambatan. Inflasi AS dari indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi naik 3 persen pada bulan Juni dari tahun sebelumnya, laju yang lebih lambat dari kenaikan tahunan 3,8 persen di bulan sebelumnya.
Sementara itu, indeks inflasi inti naik 4,1 persen, turun dari kenaikan 4,6 persen. Survei sentimen lainnya juga mencerminkan optimisme yang meningkat, sebagian karena perlambatan inflasi baru-baru ini.
Indeks Keyakinan Konsumen bulanan Conference Board meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut di bulan Juli, mencapai 117 dari 110,1 bulan sebelumnya.
Sebuah survei ekonom dan analis yang dirilis oleh National Association for Business Economics pekan ini juga menunjukkan bahwa bisnis di AS tmenyambut kondisi ekonomi yang lebih baik, seperti peningkatan penjualan dan keuntungan yang dikombinasikan dengan penurunan biaya material.