USD Perkasa Lagi, Rupiah Diramal Melemah ke 15.380

Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.300- Rp. 15.380.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Agu 2023, 18:00 WIB
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat memasuki awal pekan pada Senin, 14 Agustus 2023. 

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa USD dalam permintaan setelah rilis PPI AS Dolar telah diminati setelah harga produsen AS meningkat, lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli, data menunjukkan hari Jumat, menambah kenaikan harga konsumen hari sebelumnya.

"Angka-angka ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve masih dapat menaikkan suku bunga lebih lanjut ketika pertemuan berikutnya pada bulan September, bahkan jika pasar masih secara luas mengharapkan bank sentral AS untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya," jelas Ibrahim, dalam paparan tertulis pada Senin (14/8/2023).

Ibrahim menyoroti daftar data ekonomi sebagian besar kosong pada hari Senin, tetapi penjualan ritel Juli dijadwalkan pada hari Selasa, dan diperkirakan akan menunjukkan peningkatan permintaan pada awal kuartal ketiga setelah kenaikan yang lebih kecil dari perkiraan pada bulan Juni.

Di kawasan Eropa, Perekonomian Jerman telah terpukul oleh campuran dari perdagangan yang lemah dengan mitra utama China dan kemerosotan di sektor manufaktur dan konstruksi yang besar. 

Kondisi ini mengancam akan mendorong ekonomi zona euro ke dalam resesi, sebut Ibrahim.

Sementara itu, Rupiah ditutup melemah 96 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 115 point dilevel Rp. 15.315 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.219.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.300- Rp. 15.380," ungkap Ibrahim.


Pasar Pantau Situasi Politik Indonesia

Presiden Joko Widodo tertawa saat menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Dalam pertemuan tersebut mereka membahas permasalahan bangsa dan koalisi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ibrahim menyoroti pelaku pasar yang terus memantau kondisi perpolitikan di Indonesia, paska Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerinda) resmi memberikan dukungannya terhadap bakal calon presiden (Bacapres) Prabowo Subianto.

Hal deklarasi dukungan tersebut membuat Partai politik lainnya seperti koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kaget dan kedua partai pengusung Ganjar Pranowo harus membaca kembali peluang/ peta perpolitikan di Indonesia.

"Walaupun peluang indonesia tidak besar, tetapi dengan bonus demografi sasaran ini bisa dicapai. Dengan pemimpin yang tepat, haqqul yakin visi Indonesia 2024 menjadi negara maju bisa dicapai," kata Ibrahim.

"Apalagi dukungan capres ke Prabowo Subianto di dukung oleh dua partai yaitu PKB dan PAN yang memiliki massa besar yaitu Nahdlotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, sehingga kursi presiden di pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024, mandat dari rakyat 99 persen sudah ditangan Prabowo Subiyanto," lanjutnya.

 


Langkah BI Pada Pasar Spot dan NDF

Ilustrasi Bank Indonesia.

Disisi lain, organisasi/relawan pendukung Joko Widodo lebih condong ke kubu capres Prabowo Subianto bahkan partai-partai yang tidak memiliki kursi di parlemen seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Bulan Bintang (PBB) juga sudah merapat ke kubu Prabowo Subianto.

Di saat yang sama, Bank Indonesia (BI) mengintervensi pasar spot dan pasar domestic nondeliverable forward (NDF) untuk mencegah volatilitas tinggi pada mata uang rupiah.

"Langkah ini dilakukan setelah kurs rupiah menyentuh level terendah sejak akhir Maret 2023 yaitu Rp.15.335. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan keseimbangan yang baik antara supply dan demand," ujar Ibrahim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya