Punya Istri Galak Tidak Usah Mengeluh, Jangan-jangan Anda Bakal Jadi Wali

Sudah jangan mengeluh kalau punya istri galak, jangan-jangan Anda mau naik level jadi wali

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Agu 2023, 14:30 WIB
Ilustrasi istri galak/copyright shutterstock.com/TnkImages

Liputan6.com, Jakarta - Mendapat istri cantik, lemah lembut dan salehan tentu menjadi dambaan tiap lelaki. Tapi, ada kalanya keinginan itu berkebalikan dengan kenyataan.

Ada sebagian lelaki yang mendapatkan istri galak. Memiliki istri yang galak bisa membuat suami merasa tidak nyaman atau cemas, bahkan tidak betah di rumah.

Galaknya pasangan bisa dari omongan maupun kekerasan fisik. Tetapi tahukah Anda, di balik istri galak ternyata ada sesuatu, bahkan bisa diangkat jadi wali.

Siapa sangka jika menghadapi istri galak menjadi pintu bagi hamba-hamba Allah SWT untuk mendapat kedudukan spiritual tinggi di sisi-Nya.

Hal ini bahkan dipraktikkan oleh para tokoh sufi terkemuka. Begini kisahnya.

Simak Video Pilihan Ini:


Ternyata Sejumlah Sufi Memilih Isteri Galak

ilustrasi kepribadian perempuan/Photo by Vino Li on Unsplash

Mengutip nu.or.id sejumlah tokoh sufi terkemuka sengaja memilih teman hidup yang galak. Hal itu dilakukan untuk menguji kesabaran. Setiap hari menerima omelan, bahkan kekerasan fisik. Kita yang orang awam mungkin menganggapnya aneh, tapi tidak bagi para sâlik yang sedang mencari ridha Allah.

Ka'ab al-Ahbar pernah menyampaikan:

من صبر على أذى امرأته أعطاه الله تعالى من الأجر ما أعطى أيوب عليه السلام. ومن صبرت على سوء خلق زوجها أعطاها الله من الأجر ما أعطى آسية بنت مزاحم رضي الله عنها

Artinya, "Suami yang sabar menghadapi istri galak, Allah akan memberinya ganjaran senilai pahala yang dianugerahkan kepada Nabi Ayub as; dan istri yang sabar atas perlakuan kasar suaminya, ia akan mendapat ganjaran senilai pahala yang telah diberikan kepada Asiyah binti Muzahim (istri Fir'aun)."

Senada, Imam al-Ghazali pernah mengatakan:

وَفِي الصَّبْرِ عَلَى ذَلِكَ رِيَاضَةُ النَّفْسِ وَكَسْرُ الغَضَبِ وَتَحْسِيْنُ الخُلُقِ. فَإِنَّ الـمُنْفَرِدَ بِنَفْسِهِ أَوِ الـمُشَارِكَ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ لَا تَتَرَشَّحُ مِنْهُ خَبَائِثُ النَّفْسِ البَاطِنَةِ وَلَا تَنْكَشِفُ بَوَاطِنُ عُيُوْبِهِ. فَحَقٌّ عَلَى سَالِكِ طَرِيْقِ الآخِرَةِ أَنْ يُجَرِّبَ نَفْسَهُ بِالتَّعَرُّضِ لِأَمْثَالِ هَذِهِ الـمُحَرَّكَاتِ وَاعْتِيَادِ الصَّبْرِ عَلَيْهَا، لِتَعْتَدِلَ أَخْلَاقُهُ وَتَرْتَاضَ نَفْسُهُ وَيَصْفُوْا عَنِ الصِّفَاتِ الذَّمِيْمَةِ بَاطِنَهُ

Artinya, "Bersabar menghadapi pasangan hidup mampu melatih pengendalian hawa nafsu, meredam amarah, dan mendidik moral. Sebab, orang yang hanya menyendiri atau selalu membersamai orang-orang saleh, sifat-sifat buruk dalam dirinya tidak akan terdidik, dan borok-borok akhlaknya tidak akan terbuka." Maka, orang yang menempuh jalan akhirat harus melatih dirinya dengan bersinggungan hal-hal demikian demi melatih kesabaran. Dengan begitu, ia akan memiliki moral luhur, hati yang selalu ridha, dan terbebas dari sifat-sifat hati yang tercela." (Yusuf Abjik as-Susi, Shafahatun min Akhbaril Ambiya wal ‘Ulama wal Auliya wal Hukama fish Shabri ‘alaz Zaujat wal Hilmi ‘Alaihim, 2019: halaman 22).

Pesan Ka'ab al-Ahbar dan Imam al-Ghazali bukan melegalkan KDRT, akan tetapi menegaskan bahwa rumah tangga sudah semestinya menjadi 'madrasah takwa' agar baik pihak laki-laki maupun perempuan menjadi pribadi yang lebih dewasa serta tangguh dalam menjalani hidup.

 


Syekh Ahmad ar-Rifa’i Saja Memiliki Istri Galak

Ilustrasi Perempuan Muslim Credit: freepik.com

Nama Syekh Ahmad ar-Rifa’i mungkin tidak asing lagi. Ia merupakan tokoh sufi terkemuka dan seorang wali quthub yang juga memiliki banyak santri dari kalangan para wali Allah. Namun siapa sangka jika di balik nama besarnya ada sosok istri galak yang terus mengomeli dan memukulinya. Bagaimana Syekh ar-Rifai menyikapi istri galaknya? Dikisahkan, sekali waktu santri kesayangan Syekh ar-Rifa’i bermimpi melihat gurunya berada di surga. Di hari berikutnya ia melihat mimpi serupa, dan terus berulang kali. Akan tetapi ia merahasiakannya, tidak ada satu orang pun yang ia beritahu, termasuk gurunya. Ternyata Syekh ar-Rifa’i memiliki istri yang galak. Setiap hari ia menerima perlakuan kasar darinya. Entah dalam bentuk kekerasan verbal atau non verbal.

Suatu hari santri yang pernah bermimpi melihat syekh di surga itu bertamu ke rumah dan melihat gurunya dipukul oleh istrinya menggunakan kayu pengorek tungku sampai noda hitamnya membekas di baju. Kendati demikian, Syekh Rifa'i hanya diam.

Melihat insiden ini, santri tadi resah dan melaporkan ke santri-santri yang lain. “Begini, kawan-kawan sekalian. Guru kita mendapat perlakuan kasar dari istrinya, sementara selama kita tidak berbuat apa-apa.” Kemudian terbesit dalam pikiran mereka agar guru menceraikan istrinya. Tapi masalahnya sang guru orang fakir, tidak akan mampu untuk memberi ganti mahar yang ditaksir senilai 500 dinar untuk menceraikan istri.

Mereka pun bersepakat untuk iuran. Setelah uang terkumpul, mereka menghampiri sang guru untuk menyerahkan uang tersebut. Melihat uang sebanyak itu, Syekh bertanya, “Uang untuk apa ini?” Para santri menjawab, “Ini sebagai ganti mahar untuk istri guru yang sudah berlaku kasar.” Syekh hanya tersenyum dan berkata, “Andaikan bukan karena kesabaran menghadapi omelan dan pukulan istri, kau tidak akan bermimpi melihatku di surga.” (As-Susi, Shafahatun min Akhbaril Ambiya, halaman 18-19).

Secara garis keturunan, nasab Syekh Ahmad ar-Rifa’i dari jalur bapak sampai kepada Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan nasabnya dari jalur ibu bersambung sampai sahabat Nabi bernama Abu Ayyud al-Anshari. Sebelum kelahirannya, ada sejumlah wali-wali agung yang sudah memprediksinya, yaitu Tajul ‘Arifin al-Wafa, Syekh Nashr al-Hamami, Syekh Ahmad bin Khamis Syekh Abun Najjari an-Anshari, dan banyak lagi. Sufi agung berkebangsaan Irak ini merupakan ulama terkemuka yang juga banyak mencetak ulama-ulama hebat. Di antara murid-muridnya adalah Syekh Abu Syuja’ (penulis Matan Taqrib), Syekh Umar Abul Faraj ‘Izzuddin al-Farutsi al-Wasithi (seorang ahli hadits), Syekh Abu Zakaria al-Atsqalani, Syekh Abul Fath al-Wasithi, Syekh Abul Mu’ali Badruddin al-‘Aquli, Syekh Hasan ar-Ra’i, Syekh Jamaluddin al-Khatib, dan masih banyak lagi.

Kredibilitas Syekh Ahmad ar-Rifa’i sebagai intelektual Muslim dan tokoh spiritual ternama banyak diakui sejumlah ulama. Sejarawan Ibnul Atsir (penulis Al-Kamil fit Tarikh) mengatakan, “Syekh Ahmad ar-Rifa’i merupakan orang saleh yang pengaruhnya besar dan memiliki murid tak terhitung.”

Syekh Abdus Sami’ al-Hasyimi al-Wasithi (seorang ahli hadits) pernah berkata, “Syekh Ahmad ar-Rifa’i merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah.”

Sejarawan Ibnul ‘Imad juga menuliskan dalam kitabnya, “Syekh Ahmad ar-Rifa’i merupakan ahli zuhud yang agung dan seorang waliyullah yang memiliki banyak karamah.” (Ali al-Wasithi, Khulashatul Iksir fi Nasabi Sayyidina al-Ghauts ar-Rifa’i al-Kabir, 2013: halaman 5-8). Wallahu a’lam.

Penulis: Nugroho Purbo

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya