Impor Nonmigas Indonesia dari China Melonjak 14%, Tembus Rp 84,3 Triliun per Juli 2023

BPS melaporkan, total nilai impor non migas Indonesia per Juli 2023 mencapai USD 16,436 miliar, atau setara Rp 249,83 triliun (kurs Rp 15.200 per dolar AS). China dalam hal ini masih menjadi pasar impor utama Indonesia.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 15 Agu 2023, 14:00 WIB
BPS melaporkan, total nilai impor non migas Indonesia per Juli 2023 mencapai USD 16,436 miliar, atau setara Rp 249,83 triliun (kurs Rp 15.200 per dolar AS). China dalam hal ini masih menjadi pasar impor utama Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, total nilai impor nonmigas Indonesia per Juli 2023 mencapai USD 16,436 miliar, atau setara Rp 249,83 triliun (kurs Rp 15.200 per dolar AS). China dalam hal ini masih menjadi negara asal impor Indonesia yang utama.

Dari total angka impor nonmigas tersebut, mayoritas berasal dari 13 negara yang mencapai USD 13,269 miliar. China jadi penyumbang terbesar di angka USD 5,548 miliar, atau sekitar Rp 84,341 triliun.

Mengutip laporan BPS, Selasa (15/8/2023), jumlah impor non migas dari China secara bulanan naik USD 696 juta atau 14,34 persen, dibanding Juni 2023 yang sebesar USD 4,852 miliar.

Selain China, impor non migas Juli 2023 juga disumbang oleh Jepang sebesar USD 1,419 miliar, Korea Selatan USD 909 juta, dan Amerika Serikat USD 885,7 juta.

Total Impor Nonmigas

Adapun total impor non migas selama periode Januari-Juli 2023 sebesar USD 108,524 miliar. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor dari 13 negara utama selama Januari-Juli 2023 turun 4,37 persen atau USD 3,938,3 miliar.

Penurunan nilai impor terutama berasal dari China USD 2,485 miliar (6,54 persen), Singapura USD 935,5 juta (17,40 persen), dan India USD 836,3 juta (18,42 persen).

Dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Januari-Juli 2023, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh China USD 35,533 miliar (32,74 persen). Diikuti oleh Jepang USD 9,648 miliar (8,89 persen), dan Thailand USD 6,158 miliar (5,68 persen). Kontribusi yang cukup tinggi juga berasal dari kelompok negara ASEAN senilai USD 17,892 miliar (16,49 persen) dan Uni Eropa USD 8,435 miliar (7,77 persen).


Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 39 Bulan Berturut-turut, di Juli 2023 Capai USD 1,31 Miliar

Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia sukses mengantongi surplus neraca perdagangan barang per Juli 2023 senilai USD 1,31 miliar. Capaian tersebut melanjutkan tren positif surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020.

"Pada Juli 2023, neraca perdagangan barang kembali mencatatkan surplus sebesar USD 1,31 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 39 bulan berturut turut sejak Mei 2020," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa (15/8/2023).

Secara angka, surplus senilai USD 1,31 miliar itu didapat meskipun volume ekspor pada Juli 2023 melemah 18,03 persen secara tahunan (YoY). Adapun nilai ekspor Juli 2023 tercatat sebesar USD 20,88 miliar.

Namun, angka tersebut masih lebih besar dibanding nilai impor Juli 2023 senilai USD 19,57 miliar.

Kendati begitu, Amalia mengatakan, capaian surplus neraca dagang Juli 2023 secara total masih lebih rendah baik secara bulanan maupun tahunan. "Surplus Juli 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," imbuhnya.

Perdagangan Non Migas

Amalia menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 ini lebih ditopang pada surplus perdagangan non migas sebesar USD 3,22 miliar.

"Dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral terutama batu bara, juga lemak dan hewan nabati terutama CPO, serta barang besi dan baja," ungkapnya.

Sementara neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,91 miliar. Komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

"Defisit neraca perdagangan migas Juli 2023 ini lebih besar daripada bulan lalu, namun lebih rendah dibanding bulan yang sama pada tahun lalu," pungkas Amalia.


Neraca Perdagangan April 2023

Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia (dok: SI)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kalau neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut. Lama waktunya ini setara dengan 3 tahun berturut.

Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengungkapkan, nilai surplus per April 2023 mencapai USD 3,94 miliar.

"Kita dapat analisia bahwa pada April 2023 neraca perdagangan barang kembali mencatay surplus sebesar USD 3,94 miliar. Neraca persganagan Indonesia sampai April 2023 ini mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar dia dalam konferensi pers, Senin (15/5/2023).

Imam menyebut angka yang dicatat per April 2023 ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Meskipun angkanya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan April 2022 lalu.

Komoditas Nonmigas

Dia menyebut kontribusi surplus terbesar dari komoditas nonmigas yang mencatat surplus USD 5,64 miliar.

"Dengan komoditss penyumbang surplus utama yaitu pertama bahan bakar mineral HS 27, kemudian lemak dan minyak hewan nabati HS 15 serta besi dan baja HS 72," terangnya.

Kendati begitu, neraca perdagangan komoditas migas tercatat mengalami defisit USD 1,70 miliar.

"Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit senilai USD 1,70 miliar dengan komoditas penyumbang defisit itu minyak mentah dan juga hasil minyak," jelas dia.

Infografis Indonesia Kirim Balik Sampah Impor (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya