Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mempercepat impor beras di tengah ancaman El Nino hingga kemarau panjang. Pasalnya, beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, realisasi impor beras mencapai 1,33 juta ton sepanjang Januari sampai Juli 2023. Nilai impor ini mencapai USD 715,9 ton atau Rp10,98 triliun (kurs Rp15.338).
Advertisement
"Kalau kita lihat data tadi, total impor beras selama Januari-Juli 2023 tercatat sebesar 1.332,9 ribu ton atau nilainya USD715,9 juta," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/8).
Amalia mengungkap beras impor tersebut berasal dari sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara. Kemudian, disusul India.
"Ini negara asal utama impor beras kita selama periode Januari-Juli 2023 berasal dari Vietnam, Thailand, dan India," bebernya.
Ancaman Kekurangan Beras
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga menargetkan cadangan beras pemerintah (CBP) di atas 2,2 juta hingga akhir 2023. Hal ini merespon potensi ancaman kurangnya pasokan beras gara-gara gagal panen akibat El Nino.
"Terkait dengan El Nino kita sudah ratas dengan presiden (Jokowi), kita hendaki agar stok beras (CBP) jelang akhir tahun bisa di atas 2,2 juta ton," ujarnya dalama konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (7/8).
Untuk memenuhi target CBP tersebut, lanjut Airlangga, pemerintah kembali akan melakukan impor beras. Meski begitu, Airlangga enggan menyebutkan besaran volume impor beras yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut Airlangga, rencana impor beras berada di ranah Perum Bulog. Saat ini, data volume impor beras sudah dikantongi Bulog. "Karena kalau kita tahu kita masuk ke market dalam jumlah yang besar sama aja kita mau naikin harga. Jadi, kita tidak itu sedang dalam negosiasinya Bulog," ucap Airlangga.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 39 Bulan Berturut-turut, di Juli 2023 Capai USD 1,31 Miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia sukses mengantongi surplus neraca perdagangan barang per Juli 2023 senilai USD 1,31 miliar. Capaian tersebut melanjutkan tren positif surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020.
"Pada Juli 2023, neraca perdagangan barang kembali mencatatkan surplus sebesar USD 1,31 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 39 bulan berturut turut sejak Mei 2020," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa (15/8/2023).
Secara angka, surplus senilai USD 1,31 miliar itu didapat meskipun volume ekspor pada Juli 2023 melemah 18,03 persen secara tahunan (YoY). Adapun nilai ekspor Juli 2023 tercatat sebesar USD 20,88 miliar.
Namun, angka tersebut masih lebih besar dibanding nilai impor Juli 2023 senilai USD 19,57 miliar.
Kendati begitu, Amalia mengatakan, capaian surplus neraca dagang Juli 2023 secara total masih lebih rendah baik secara bulanan maupun tahunan. "Surplus Juli 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," imbuhnya.
Advertisement
Perdagangan Nonmigas
Perdagangan Non MigasAmalia menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 ini lebih ditopang pada surplus perdagangan non migas sebesar USD 3,22 miliar.
"Dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral terutama batu bara, juga lemak dan hewan nabati terutama CPO, serta barang besi dan baja," ungkapnya.
Sementara neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,91 miliar. Komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.
"Defisit neraca perdagangan migas Juli 2023 ini lebih besar daripada bulan lalu, namun lebih rendah dibanding bulan yang sama pada tahun lalu," pungkas Amalia.