Liputan6.com, Jakarta - Zaman begitu cepat berubah. Dahulu untuk mendapatkan ijazah sebuah amalan dari guru, kiai, atau tokoh spiritual harus menemuinya dan tidak instan.
Namun kini ijazah dari tokoh semacam itu bertebaran di media sosial sehingga mengaksesnya jauh lebih mudah. Modal smartphone dan kuota internet, mengaksesnya bisa sambil tiduran santai.
Tausiyah di media sosial pun kini seolah berserakan, tinggal ambil saja mau di platform YouTube, Facebook, WhatsApp, atau yang lainnya.
Lalu, bolehkah mengamalkan ijazah yang berasal dari media sosial?
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Tradisi Ahlussunnah Wal Jamaah Melestarikan Sanad
Pengasuh Pesantren Tegalrejo KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menyebut bahwa hal itu diperbolehkan selama ulama yang menyampaikan tersebut jelas silsilah keilmuannya.
Media sosial seperti Youtube, Facebook, WhatsApp, dan juga buku hanya merupakan media. Yang terpenting adalah isi yang bisa dipertanggungjawabkan.
“Anda boleh belajar lewat Youtube. Asal jelas (guru dan sanadnya),” tegasnya melalui kanal YouTube Gus Yusuf.
Gus Yusuf menjelaskan bahwa salah satu tradisi Ahlussunnah wal Jamaah adalah menjaga dan melestarikan sanad atau silsilah keilmuan antara murid dan guru.
Setiap individu harus memahami dari siapa ilmu itu didapat dan juga harus memperhatikan gurunya mendapatkan ilmu dari siapa yang silsilahnya menyambung sampai dengan Rasulullah saw sebagai sosok yang menjadi sumber ilmu agama Islam.
Mata rantai silsilah keilmuan inilah yang menurut Gus Yusuf merupakan sumber keberkahan.
Advertisement
Pentingnya Sanad Keilmuan
Bisa saja seseorang mendapatkan ilmu tanpa sanad namun dari sisi keberkahan patut dipertanyakan.
“Sanad secara bahasa adalah tempat kita berpijak. Pijakan-pijakan seperti anak tangga,” jelasnya.
“Sanad ini diperlukan untuk menentukan kevalidan sebuah ilmu, sebuah informasi, khususnya informasi tentang agama,” imbuhnya.
Pentingnya sanad keilmuan ini, lanjut Gus Yusuf, Syekh Ibnu Mubarak menegaskan bahwa sanad adalah bagian dari agama.
Andaikan tidak ada sanad keilmuan, maka niscaya orang akan mengatakan tentang agama semaunya sendiri tanpa pertanggung jawaban.
Sehingga Gus Yusuf mengingatkan masyarakat untuk membedakan antara ilmu dan informasi.
Ilmu hanya didapat melalui guru yang jelas sanad keilmuannya, sementara informasi bisa didapat kapan saja dan dari sumber siapa saja.
Jika ilmu bisa dipastikan kebenarannya, sedangkan informasi belum jelas kebenarannya. Wallahu A'lam.
Penulis: Nugroho Purbo