Liputan6.com, Jakarta Fobia atau ketakutan yang tak terkendali dan bertahan lama terhadap objek atau situasi tertentu sering dirasakan setiap orang. Salah satu fobia tersebut adalah trypophobia atau rasa takut akan pola lubang atau hal yang menonjol. Ini bisa terlihat seperti perasaan sangat jijik atau takut.
Bagi seseorang yang mengalami kondisi ini, trypophobia dapat menghalangi kenikmatan dan fungsi sehari-hari. Namun, secara ilmiah ada cara untuk mengatasi trypophobia ini.
Advertisement
Apa Itu Trypophobia?
“Trypophobia adalah keengganan yang berlebihan dan tidak rasional untuk melihat sekelompok lubang atau benjolan kecil,” jelas seorang psikolog di Advanced Behavioral Health di New York City yang berspesialisasi dalam gangguan kecemasan dan fobia Suzanne Feinstein. Seseorang dengan fobia ini dapat mengalami rasa jijik yang ekstrem ketika melihat benda-benda dengan lubang berkelompok atau benjolan yang menonjol, termasuk sarang lebah, bunga karang, bunga matahari, bunga teratai, karang laut, dan cokelat yang diangin-anginkan, jelasnya lebih lanjut.
Manual Diagnostik dan Statistik Penyakit Mental (DSM-5), yang merupakan manual American Psychiatric Association untuk mendiagnosis kondisi mental, tidak secara khusus mencantumkan trypophobia sebagai diagnosisnya sendiri. Namun, itu termasuk kriteria untuk mendiagnosis fobia yang terkait dengan sesuatu yang spesifik (dikenal sebagai fobia spesifik). Ini termasuk:
1. Mengalami ketakutan atau kecemasan langsung tentang objek atau situasi tertentu (dalam kasus trypophobia, sesuatu yang berlubang atau menonjol)
2. Ketakutan tidak sebanding dengan bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh objek atau situasi
3. Ketakutan atau kecemasan yang disebabkan oleh rangsangan (atau upaya untuk menghindarinya) menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan pada area fungsi yang penting
4. Ketakutan telah bertahan selama enam bulan atau lebih
Sementara itu, Devika Basu, seorang psikolog berlisensi dengan Anxiety Specialists of Atlanta yang berspesialisasi dalam gangguan kecemasan dan fobia, menjelaskan bahwa orang dengan trypophobia mungkin mengalami rasa jijik sekaligus takut, atau hanya rasa jijik itu sendiri.
"Merasa jijik dan belum tentu takut mungkin membuat individu merasa bahwa apa yang mereka alami bukanlah 'fobia' tradisional, tetapi reaksi jijik masih dapat menyebabkan tekanan dan gangguan yang signifikan dan lebih sulit untuk dipadamkan," tutur dia.
Penyebab Trypophobia
Alasan beberapa orang mengalami trypophobia tidak diketahui, tetapi ada beberapa teori. Beberapa dokter berteori bahwa itu bisa menjadi respons evolusioner di mana otak menafsirkan lubang sebagai sesuatu yang berbahaya, ujar Feinstein.
“Visual lubang atau tonjolan yang berkelompok dapat ditemukan pada berbagai hewan beracun termasuk ular, gurita, katak panah, ikan buntal, dan laba-laba,” katanya.
Ini juga meluas ke fobia lain, tambah Basu. “Seperti fobia lainnya, misalnya ular, laba-laba, atau ketinggian, trypophobia kemungkinan besar terprogram secara evolusioner,” katanya.
Artinya, sebagai manusia cenderung mengembangkan rasa takut sebagai respons terhadap rangsangan tertentu yang mungkin mewakili ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kelompok atau pola lubang kecil dan benjolan sering menyerupai atau hadir dalam organisme yang berpotensi berbahaya, seperti serangga dan laba-laba berbisa.
Meskipun penyebab pasti trypophobia tidak diketahui, dokter telah memperhatikan bahwa ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih mungkin mengalaminya.
Misalnya, orang dengan trypophobia sering memiliki gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan kecemasan umum atau fobia lainnya, catat Basu.
Sampai saat ini, sebuah studi tahun 2016 di BMC Psychiatry menyatakan bahwa orang yang memiliki fobia spesifik sering kali juga memiliki gangguan kecemasan atau suasana hati lainnya.
Advertisement
Wanita Lebih Mungkin Trypophobia
Selain itu, Feinstein menambahkan bahwa wanita lebih mungkin mengalami trypophobia daripada pria. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan trypophobia lebih cenderung berpendidikan dan bekerja.
Sejarah keluarga juga bisa berperan. Dalam satu studi ilmiah yang menampilkan survei kecil, 25 persen orang dengan trypophobia memiliki kerabat tingkat pertama dengan fobia yang sama.
Gejala Trypophobia
“Gejala dari trypophobia serupa dengan fobia spesifik lainnya, di mana individu dengan trypophobia mungkin mengalami gejala fisiologis terkait rasa jijik atau ketakutan yang signifikan ketika dihadapkan dengan gambar trypophobia,” jelas Basu.
Saat melihat sesuatu yang berlubang atau menonjol, seseorang dengan trypophobia mungkin mengalami gejala berikut, menurut Basu dan Feinstein:
TremorPalpitasi jantungBerkeringatHiperventilasiFlush dingin atau hot flashesPusingPerasaan takut, jijik atau muak“Orang dengan fobia juga biasanya menghindari rangsangan permusuhan atau pengalaman terkait,” tambah Basu.
"Misalnya, seseorang dengan trypophobia mungkin memalingkan muka atau menghindari situasi yang memicu rasa jijik atau ketakutan mereka di masa lalu."
Cara Mengatasi Trypophobia
Mengatasi fobia spesifik seperti trypophobia dapat memakan waktu, mulai dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, kata penelitian. Untuk mengatasinya, pertama penting untuk menahan rasa malu dengan fobia Anda, kata Feinstein.
“Penting untuk menghilangkan rasa malu yang mungkin melekat pada fobia,” katanya. “Memiliki fobia tidak harus dianggap sebagai kelemahan. Sebaliknya, menghadapi fobia secara langsung dianggap sebagai tindakan kekuatan. Penerimaan adalah langkah pertama yang penting dalam menemukan keberanian untuk menghadapi trypophobia.”
Selain itu, penting juga untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Anda tidak sendirian dalam fobia tersebut dan dapat mengatasinya, tambah Basu.