HEADLINE: Geger Penangkapan Karyawan BUMN Teroris di Bekasi, Jaringannya?

DE (27), pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI), tak berkutik ketika sejumlah polisi berpakaian preman menyergap.

oleh Nanda Perdana PutraMuhammad Radityo PriyasmoroBam SinulinggaAries SetiawanElza Hayarana Sahira diperbarui 16 Agu 2023, 08:31 WIB
Pedagang gorengan menunjukkan lokasi penangkapan tersangka teroris di depan minimarket yang berlokasi di Blok B20, RT 05, RW 27 Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi. (Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Jakarta DE (27), pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI), tak berkutik ketika sejumlah polisi berpakaian preman menyergap.

Drama penyergapan itu terjadi Senin, 14 Agustus 2023, sekira pukul 13.00 WIB di sebuah minimarket di Blok B20, RT 05, RW 27, Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi. Detik-detik penangkapan terduga teroris itu diungkapkan saksi mata.

Gugun, pedagang gorengan yang biasa mangkal di dekat pelataran minimarket menyaksikan langsung peristiwa itu. Kata Gugun, DE diamankan ketika hendak berbelanja. Saat penangkapan, menurut Gugun, tidak ada petugas yang berpakaian dinas. Semuanya berpakaian preman.

"(Tersangka) mau belanja, baru mau masuk, habis parkir motor, nah langsung petugas nangkap," ujar Gugun saat ditemui di lokasi penangkapan, Selasa (15/8/2023).

Menurut Gugun, belasan polisi itu sudah memantau sejak pagi di sekitaran minimarket yang berjarak kurang lebih 200 meter dari rumah tersangka. Gugun mengaku mengenal DE karena hampir setiap hari belanja di minimarket itu.

"Biasanya pagi atau sore belanja di situ. Makanya kata pegawai Alfa (ke petugas), tungguin aja, pak. Kebetulan jam 1 siang dia (tersangka) mau belanja, langsung ditangkap," kata Gugun.

Saat penangkapan itu Gugun mengaku kaget. Dia tak menyangka melihat langsung peristiwa penangkapan terduga teroris, yang biasanya hanya disaksikan di berita-berita layar kaca.

"Dari belakang (petugas) berlima, terus dari depan ada juga. Pas dia baru turun dari motor, (petugas) yang ini langsung lari ke belakang, langsung (petugas) dari depan nubruk. Enggak (melawan), diem aja dia, kaget kan. Langsung diborgol, dibawa ke mobil," Gugun menceritakan.

Iden, saksi mata lainnya menuturkan, polisi yang mengintai tersangka ada belasan orang. Mereka naik tiga mobil. Sejak pukul 06.00 WIB, mereka sudah berbaur dengan masyarakat untuk menghindari kecurigaan.

"(Polisi) banyak, ada sekitar dua belasan, pakaian biasa kayak anak-anak lagi nongkrong, jadi gak keliatan polisi gitu. Makanya saya juga kirain anak-anak lagi pada nongkrong gitu. Enggak tahu kalau itu (polisi)," ungkap Iden.

Dikenal Baik dan Ramah

Ariel (42), tetangga dekat rumah tersangka, mengaku tidak melihat proses penangkapan. Sebab saat itu sedang tidak berada di rumah. Dia baru tahu informasi tetangganya ditangkap polisi lewat sang istri.

"Saya dikasih tahu istri sekitar jam dua siang. Istri bilang, ini di rumah, polisi banyak banget," ujar Ariel.

Selama bertetangga, menurut Ariel, tidak ada yang aneh dari pribadi DE. Ariel mengenalnya sebagai sosok yang baik dan ramah.

Dalam beberapa kali kegiatan warga, DE juga terlihat ikut serta. Ariel dan keluarga tidak ada kecurigaan sedikit pun dengan tetangganya itu. Apalagi sampai berpikiran DE seorang teroris.

"Kita tiap malam main karambol dan tidak ada terlihat hal-hal mencurigakan. (Tersangka) baik, ramah, wajahnya enggak ada seram-seramnya. Ya warga tidak sangka aja kalau seperti itu. Orangnya juga suka ikut rapat, kerja bakti, suka nyumbang untuk kegiatan RT. Kalau berangkat kerja, ada orang di pos juga menyapa," ujar Ariel.

Keseharian DE bersama sang istri, diakui Ariel, juga tidak ada yang mencurigakan. Suami istri itu hanya keluar rumah bila ada keperluan, seperti mengikuti kegiatan RT atau membeli sesuatu ke warung.

"Kalau penting aja keluar rumah. Istrinya kan memakai cadar, jadi kalau enggak penting-penting banget, ya enggak keluar rumah. Seperti itu yang warga tahu. Kalau mertuanya sering di pos depan rumah, merokok, ngopi di pos," tuturnya.


Pendukung Aktif ISIS

Barang bukti senjata api dan bendera ISIS di lokasi penangkapan terduga teroris berinisial DE (27) di Jalan Raya Bulak Sentul RT 07 RW 27 Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin, 14 Agustus 2023. (Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Kepala Bagian Operasi Densus 88 Antiteror Polri, Komisaris Besar Polisi Aswin Siregar, menyatakan DE merupakan pendukung aktif organisasi teroris dunia, Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS). Aswin pun menjelaskan asal muasal keterlibatan DE dengan ISIS.

Awalnya, pada tahun 2010, DE pernah bergabung dengan jaringan Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan berinisial WM yang sudah pernah ditangkap.

"Namun jemaahnya bubar, jemaahnya menyebar, salah satunya adalah saudara DE ini yang kemudian dengan bahasa kita menjadi berselancar bebas memanfaatkan ruang sosial media," kata Aswin dalam keterangannya, Selasa, 15 Agustus 2023.

Kemudian, pada 2014 DE pertama sekali menyatakan baiat kepada Amir ISIS. Dari situ, kata Aswin, DE mulai melakukan aktivitas, pesiapan-persiapan dengan berlatih dan mengumpulkan peralatan yang dibutuhkan.

DE juga sangat aktif di media sosial. Bahkan sampai beberapa akun sebelumnya itu sudah di-report dan ditutup oleh Facebook maupun YouTube karena diduga melancarkan propaganda aksi terorisme.

"Namun yang bersangkutan seperti yang lainnya berganti akun lagi. Kemudian dia memposting lagi dan lebih privat belakangan ini," ujar Aswin.

Puncaknya, sekira tiga minggu terakhir. DE terlihat girahnya semakin tinggi dengan menyebarkan ajakan dan imbauan untuk amaliah dengan melakukan aksi terorisme.

Ajakan itu, kata Aswin, disebarkan secara private menggunakan timer message. Ketika sampai ke si penerima, dibuka, dan langsung hilang dari server atau dari jaringan.

"Ini sedang kita dalami postingan-postingannya atau private message itu dikirim ke siapa saja," kata Aswin.

Dari situ, Tim Densus 88 kemudian melakukan pemetaan dan pelacakan terhadap DE. Setelah beberapa waktu melakukan profiling, tim Densus 88 Antiteror akhirnya melakukan penangkapan.

Dalam pemeriksaan, DE mengaku memiliki girah karena setelah melihat pemberontakan teroris di Mako Brimob.

"Yang bersangkutan beberapa kali melakukan latihan-latihan dan memiliki rencana atau niatan melakukan aksi kembali ke Mako Brimob yang di Kelapa Dua dan Mako Brimob yang di Jawa Barat, dan markas tentara yang sudah dikenali atau ditandai, di-profiling oleh yang bersangkutan," jelasnya.

Siapa saja jaringan di lingkaran DE, kata Aswin, itu menjadi bahan penyidikan. Pihaknya akan mendalami keterkaitan DE dengan kelompok-kelompok teroris lain.

"Kita akan runut balik ke belakang, ke masa-masa awal rekrutmen yang bersangkutan sampai dengan pengembangan dia menjadi seperti ini. Akan banyak yang akan kita kembangkan lagi, tapi semua masih dalam konteks penyidikan dan penyelidikan," ujar Aswin.


Temukan Belasan Senjata Api dan Amunisi

Detasmen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengamankan sejumlah senjata hingga amunisi di rumah tersangka teroris inisial DE di kawasan Harapan Jaya, Bekasi Utara, Senin (14/8/2023). (Istimewa)

Dari hasil penggeledahan di kediaman DE, petugas menemukan belasan senjata api dengan berbagai jenis serta amunisinya.

"Ada 16 pucuk senjata, 11 laras pendek dan 5 laras panjang. Selain 16 pucuk senjata, ada beberapa magasin dan amunisinya," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan saat konferensi pers di Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023.

Selain mengamankan berbagai macam senjata api, petugas juga menyita satu unit komputer dan barang bukti lainnya, termasuk bendera ISIS.

Aswin Siregar mengatakan pihaknya akan menelusuri asal senjata api milik tersangka. Baik senjata pabrikan maupun yang telah dimodifikasi.

"Nah, ini yang harus kita menjadi pembelajaran baru juga untuk kami dan kita semua. Dengan adanya senjata ini mari kita lihat bahwa bukan cuma senjata pabrikan yang berbahaya, tapi modifikasi-modifikasi yang dari senjata air gun ataupun airsoft gun itu juga dapat ditingkatkan menjadi senjata api dengan kemampuan atau dengan keahlian seseorang, gitu," ujar Aswin.

"Dalam konteks ini mungkin kita perlu kerja sama nanti dengan beberapa Polda, termasuk Polda Metro Jaya di mana wilayah hukumnya ini, untuk mengungkap bagaimana ini bisa terlaksana perdagangan airsoft gun-nya, ke mana nanti menjualnya, dan sebagainya," Aswin menambahkan.

Dari penelusuran, polisi juga menemukan fakta DE memiliki akun di marketplace di salah satu akun penjualan online yang dikamuflasekan untuk penjualan mainan militer yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.

"Ada gear, ada baju taktis, ada baju-baju perlengkapan taktikal, termasuk senjata ini," kata Aswin.

Tim penyidik Polri masih mendalami hasil dari aktivitas DE di marketplace. Apakah untuk membeli perlengkapan dan bahan-bahan, kemudian keuntungan dari penjualan itu dia pakai untuk meng-upgrade senjata airsoft gun menjadi senjata api dengan biaya berapa besar.

"Kemudian yang bersangkutan juga menawarkan juga ke orang. Hasil dari marketplace ini masih didalami penyidik, termasuk transaksi-transaksinya, besaran uangnya, akun-akun yang melakukan interaksi dengan akun yang bersangkutan. Nah ini masih dalam proses penyelidikan dan penyidikan tim Densus 88," kata Aswin.

Untuk mengungkap ini, pihaknya sudah pasti akan bekerja sama dengan berbagai pihak berwenang.

"Karena kita tahu yang bersangkutan juga menggunakan akun fake juga untuk melakukan penjualan itu. Bukan dengan real nama ataupun nomor telepon yang bersangkutan. Akun itu fake kemudian dioperasikan oleh yang bersangkutan," kata Aswin.


Teroris Itu Pegawai BUMN

Kediaman terduga teroris yang juga karyawan BUMN oleh Densus 88 Polri di Jalan Raya Bulak Sentul Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi. (Liputan6.com/Bam Sinulingga)

DE, terduga teroris yang ditangkap di Bekasi itu adalah karyawan PT KAI, perusahaan milik negara. Aswin mengungkapkan DE sudah bergabung di PT Kereta Api Indonesia (KAI) sejak 2016. Sementara, DE sudah terpapar terorisme sejak 2010 atau saat usianya 19 tahun.

"Dari catatan tentang status karyawannya, dia itu bergabung 2016 sebagai karyawan PT KAI. Jadi setelah di awal tadi, pertama dia bergabung dengan MIB di Bandung menjadi jemaah si WM yang sudah ditangkap itu. Kemudian 2014 dia menyatakan baiat tunduk kepada Amir ISIS. Kemudian 2016 baru dia terdaftar sebagai karyawan PT KAI," kata Aswin.

"Tapi mungkin nanti penyidik punya dokumen-dokumen yang akan membuktikan itu semua," Aswin menambahkan.

Setelah kasus ini terungkap, Polri akan terus melakukan koordinasi kepada banyak pihak untuk upaya pencegahan-pencegahan atau deradikalisasi. Kata Aswin, Polri juga selama ini sebenarnya sudah melakukan kerja sama dengan Kementerian BUMN dalam upaya menangkal paham radikal di internal BUMN.

"Itu beberapa berita sebelumnya juga disampaikan, ada karyawan yang lain yang pernah terlibat kita lakukan kegiatan pencegahan di BUMN," kata Aswin.

"Siapa pun, ini tidak menyangkut masalah teman sesama karyawan, siapa pun terkait dengan jaringan kelompok yang dinyatakan sebagai kelompok terlarang teroris ini akan berhadapan dengan kita secara hukum. Jadi kita akan melakukan terus pengembangan kelompok jaringan dan aktivitasnya nanti," kata Aswin.

Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi meminta Menteri BUMN Erick Thohir harus mengambil langkah preventif dan pembinaan terhadap jajaran BUMN agar tidak ada lagi pegawai yang terpapar radikalisme. Meskipun, diakui Baidowi, siapa pun dan instansi mana pun bisa saja terpapar paham radikalisme.

"Bahwa aksi terorisme bisa memapar di lingkungan instansi milik pemerintah yang seharusnya menjadi terdepan dalam membantu memerangi terorisme. Program deradikalisasi di lingkungan BUMN tidak berjalan maksimal," ujar pria yang akrab disapa Awiek.

"Jangan sampai lingkungan BUMN dicap menjadi salah satu sarang tumbuhnya benih-benih terorisme. Jangan sampai ikut terlena dengan hiruk-pikuk politik menjelang 2024," kata Awiek.

Baca juga Karyawan KAI Teroris Ditangkap Densus 88, Said Aqil: Ini Peringatan Keras!

Sementara itu, pengamat terorisme, Harits Abu Ulya, menilai tidak hanya pegawai BUMN, siapa pun dan apa pun profesinya, bisa saja terjerat terorisme. Sebab, menurutnya, paham radikalisme bisa menjangkiti berbagai kalangan.

"Yang sebenarnya soal seseorang itu apakah pegawai BUMN atau PNS atau apa sajalah, sebenarnya kan enggak relevan ya dengan apa yang menjadi sikap dia. Dia di BUMN atau PNS kan soal kerjaan," kata Harits kepada Liputan6.com, Rabu, 15 Agustus 2023.

Dia menyatakan terkait dengan persoalan keyakinan atau paham dalam hidup ini atau lebih khusus berkaitan dengan pandangan keagamaan seseorang itu bukan wilayah BUMN lagi. Sehingga, dia menekankan, paham radikalisme ini tidak relevan lagi jika dikaitkan dengan pekerjaan.

"Pemikiran ekstrem atau pemikiran sesat itu bisa menjangkau siapa saja," kata Harits.


Rekrutmen Pegawai BUMN Harus Diperketat

Menteri BUMN Erick Thohir. (Dok Kementerian BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jadi sorotan lantaran penangkapan DE, karyawan PT KAI yang diduga teroris. DE diketahui pendukung aktif organisasi teroris dunia, ISIS.

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyoroti asesmen penilaian karyawan BUMN. Menurut Toto, setiap pegawai atau karyawan BUMN, punya kontrak kinerja yang diawasi oleh atasannya. Melalui itu, pejabat dalam hierarki tersebut memiliki sejumlah poin observasi untuk memahami perilaku anak buahnya.

"Bahkan laporan profil karyawan BUMN bisa dibuatkan analisis SWOT matrix," kata Toto kepada Liputan6.com, Selasa, 15 Agustus 2023.

Langkah itu, kata Toto, nantinya bisa menunjukkan kekuatan atau kelemahan dari karyawan tersebut. Termasuk juga potensi pengembangan atau aspek yang bisa menurunkan karier karyawan.

"Jadi peta profil SDM ini mestinya ada dalam inventory human capital di BUMN tersebut," ujar Toto.

"Kalau misal ada potensi pegawai BUMN menjadi teroris, maka proses asesmen yang ada terkait risk profile karyawan BUMM yang harus diperbaiki," tegasnya.

Kalau tidak mampu ditangani oleh internal BUMN terkait, menurut Toto, maka mereka bisa minta bantuan lembaga lain yang lebih kredibel melakukan asesmen tersebut.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo meminta PT KAI untuk memberikan sikap tegas terhadap karyawannya yang terbukti terlibat terorisme.

Politikus Partai Golkar yang akrab disapa Bamsoet itu juga meminta PT KAI untuk memastikan karyawannya itu tidak menyebarkan pemikiran dan aksi terorismenya ke pegawai lain.

"Dan kepada Kementerian BUMN untuk dapat menyeleksi pegawai yang bekerja di BUMN agar bebas dari teroris," Bamsoet menegaskan.

Tak hanya itu, untuk menangkal paham radikalisme di berbagai instansi, pemerintah harus melakukan langkah preventif. Caranya, dengan memperketat seleksi, menggelar program antiteroris secara berkala, menanamkan nilai-nilai Pancasila dan cinta Tanah Air.

 


Kriminal Biasa dan Kepemilikan Senjata, Bukan Terorisme

Detasmen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengamankan sejumlah senjata hingga amunisi di rumah tersangka teroris inisial DE di kawasan Harapan Jaya, Bekasi Utara, Senin (14/8/2023). (Istimewa)

Pengamat terorisme, Harits Abu Ulya, mengaku tidak habis pikir aksi yang dilakukan DE di media sosial. Karena menurutnya, jika melancarkan propaganda di saluran aplikasi media sosial, akan sangat mudah terendus. Sehingga gerakannya akan mudah terdeteksi.

"Ini anak dulu kan di Bandung, ada indikasi kuat kaitannya sama MIB, Mujahidin Indonesia Barat. Dan kemudian dia pindah ke Bekasi, itu ternyata ini termasuk orang-orang yang masih merawat impian versi mereka. Sementara ISIS sendiri sudah tidak populer," kata Harits.

Dia mengakui di Indonesia memang masih ada simpatisan ISIS, tapi hanya segelintir orang saja. DE ini salah satunya.

Namun di luar itu, dia menyoroti soal kepemilikan senjata DE. Senjata-senjata yang disita dari lokasi itu tidak murah. Bahkan ada senjata seperti buatan PT Pindad. Harist mempertanyakan bagaimana DE mendapatkan senjata-senjata itu.

"Itu harus dibuka oleh PPATK, dan itu kalau bisa di-tracking dari mana itu," katanya.

Begitu juga terkait senjata organik dan amunisi yang dimiliki DE, itu harus dicari sumbernya dari mana.

"Jadi karena jumlahnya cukup banyak dan termasuk yang enggak bisa dirakit itu kan amunisi. Enggak bisa (dirakit). Jadi orang bengkel-bengkel mesin bubut bisa bikin, tapi untuk amunisi belum bisa. Belum bisa di amunisi ya. Makanya harus dibuka betul," katanya.

Harits curiga DE ini dijebak oleh orang atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan intelijen gelap.

"Jadi dia main di sosial media, diprovokasi oleh orang yang ya mungkin kepentingan intelijen gelap ya," katanya.

Dia menilai kasus ini seharusnya bisa dianggap kriminal biasa, kasus kepemilikan senjata api oleh masyarakat sipil.

"Ini kalau kemudian orang nyimpen senjata kemudian langsung didekatkan dengan terorisme. Lagian ini anak mau bikin apa gitu loh. Misi politiknya apa juga, enggak ada," kata Harits.

Harits melihat kasus DE lebih tepatnya adalah kriminal. Atau berkaitan dengan penyimpanan senjata rakitan, senjata organik secara ilegal. Jika dikemas dengan narasi terorisme, lanjutnya, saat ini belum ada aksi.

"Iya, Iya. Sebagai cerita ini tetap ada, narasi tetap ada. Iya, berhasil-berhasil sih. Mungkin enggak sih ada-ada dugaan atau mungkin dari pengamatan ada ke arah sana? Iya ada. Ada kemunculannya itu kan agak aneh. Dan itu nanti jelang-jelang pilpres juga akan banyak cerita itu kelihatannya begitu," tuturnya.

Infografis Geger Penangkapan Karyawan BUMN Terduga Teroris di Bekasi. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya