USD Berlanjut Perkasa, Rupiah Diramal Melemah ke Posisi 15.315 Hari Ini

Rupiah kembali ditutup melemah 26 point pada penutupan pasar Selasa kemarin, di mana sebelumnya sempat melemah 40 point dilevel Rp. 15.341 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.315.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Agu 2023, 10:20 WIB
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Selasa, 15 Agutus 2023. Keperkasaan Dolar AS dibantu data ekonomi China yang mengecewakan.

"Dolar telah menguat setelah rilis sejumlah indikator ekonomi china yang mengecewakan sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan global, mendorong permintaan untuk safe-haven greenback," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis, dikutip Rabu (16/8/2023).

Sebelum rilis data Tiongkok, Bank Rakyat Tiongkok terkejut dengan keputusan memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya dalam tiga bulan bulan untuk menopang ekonomi negara yang lamban.

Menurut Ibrahim, kekhawatiran ini dapat dimengerti karena hasil industri China pada Juli  2023 tumbuh 3,7 persen dari tahun sebelumnya, melambat dari laju 4,4 persen yang terlihat di Juni 2023.

Selain itu, penjualan ritel China tumbuh 2,5 persen, namun turun dari kenaikan 3,1 persen di bulan sebelumnya. Hal ini menambah kekhawatiran tentang goyahnya pemulihan pasca-pandemi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia.

Sementara di AS, masih ada kekhawatiran bahwa inflasi yang kaku akan mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan para pedagang sebelumnya.

"Data penjualan ritel AS terbaru akan dirilis Selasa malam dan dapat menambah perdebatan. Sejauh ini konsumen AS telah bertahan bahkan dalam menghadapi kenaikan suku bunga, dan lebih banyak kekuatan dapat semakin mendorong dolar," papar Ibrahim.

Rupiah kembali ditutup melemah 26 point pada penutupan pasar Selasa kemarin, di mana sebelumnya sempat melemah 40 point dilevel Rp. 15.341 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.315.

Sedangkan untuk perdagangan hari ini, Rupiah diprediksi fluktuatif namun masih ditutup melemah direntang Rp. 15.320- Rp. 15.390.


Pemerintah Soroti Kondisi Ekonomi Global yang Tak Kunjung Pulih

Gedung perkantoran saat cuaca cerah di Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Pemerintah menegaskan bahwa kondisi ekonomi global masih menunjukkan pelemahan.

Hal ini tercermin dari PMI (purchasing managers index) Manufaktur global yang masih dalam posisi kontraktif yaitu dibawah 50. Terutama dari negara-negara seperti Eropa dan Tiongkok yang merupakan dua negara besar yang PMI nya lemah.

Di sisi lain, PMI Manufaktur Indonesia masih berada di zona ekpansif dang menguat yaitu berada di level 53,3 pada Juli 2023. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti ekonomi Eropa sangat turun di level 42,7. Kemudian Tiongkok masih berada di 49,2, Amerika Serikat (AS) 49,0, dan Jepang juga negatif di level 49,0.

Ibrahim menyoroti Indonesia dan India menjadi dua negara yang memiliki ekonomi kuat dan mengalami pertumbuhan yang tinggi. 

 


Negara ASEAN Bertahan

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun negara-negara di ASEAN maupun Asia yang selama ini cukup kuat, namun dalam posisi tertindas oleh ekonomi global yang melemah.

Salah satunya adalah Vietnam, yang selama pandemi menunjukan kinerja yang kuat sekarang mengalami pelemahan di 48,7, dan Malaysia 47,8.

"Di lihat dari total negara yang di survei, sebanyak 72,7 persen berada dalam aktifitas PMI manufaktur yang kontaktif. Artinya perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara dengan kondisi kegiatan manufakturnya melambat," beber Ibrahim.

"Selanjutnya, PMI yang diatas 50 hanya sebesar 9,1 persen. Artinya menunjukan ekspansi namun dalam tren melambat. Serta, sebanyak 18,2 persen PMI nya menunjukan ekspansi dan akseleratif, ini termasuk negara Indonesia, India, Filipina, dan Meksiko," tambahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya