Sidang MPR 2023: Jokowi Ungkap International Trust Indonesia Tinggi

Presiden Jokowi ungkap tingginya kepercayaan internasional kepada Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Agu 2023, 14:30 WIB
Presiden Joko Widodo (Sumber:YouTube/Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Pada pidato kenegaraan di Sidang MPR 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa Indonesia memiliki kepercayaan internasional yang tinggi. Data itu berasal dari Lowy Institute di Australia.

Tingginya kepercayaan internasional itu disebut Presiden Jokowi bisa memudahkan negosiasi internasional yang dilakukan Indonesia. 

"Indonesia dengan Pancasila-nya, dengan harmoni keberagamannya, dengan prinsip demokrasinya mampu menghadirkan ruang dialog, mampu menjadi titik temu dan menjembatani perbedaan- perbedaan yang ada," ujar Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR 2023, Rabu (16/8/2023).

"Lembaga think tank Australia Lowy Institute menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia dengan diplomatic influence yang terus meningkat tajam dan Indonesia termasuk satu dari enam negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power," lanjut Jokowi. 

Namun, Presiden Jokowi berkata ada orang-orang yang merasa sini terhadap pencapaian tersebut karena reputasi internasional dianggap tak bisa dimakan. 

Jokowi berkata retorika seperti itu buang-buang waktu, meski ia sendiri merasa hal itu sah-sah saja dalam percakapan. 

"Ada yang bilang memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat kan makannya nasi, international trust enggak bisa dimakan. Ya memang enggak bisa. Sama seperti jalan tol enggak bisa dimakan. Ya memang. Nah ini, ini contoh menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif itu. Tapi enggak apa saya malah senang. Memang harus ada yang begini-begini, supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton dunia ini," kata Jokowi sambil tersenyum.


Jokowi: Pemimpin Harus Punya Public Trust

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyoroti peluang besar dari bonus demografi terhadap perekomonian di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa tantangan ke depan yang akan dihadapi seorang pemimpin tidaklah mudah. Sehingga, kata Jokowi, dibutuhkan keberanian untuk mengambil keputusan yang sulit dan tak populer.

"Tantangan ke depan tidaklah mudah. Pilihan kebijakan akan semakin sulit sehingga dibutuhkan keberanian, dibutuhkan kepercayaan. Untuk mengambil keputusan yang sulit dan keputusan yang tidak populer," kata Jokowi saat Pidato dalam Sidang Tahunan MPR di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Untuk itu, dia menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki public trust atau kepercayaan publik. Jokowi menilai hal ini menjadi salah satu penentu berjalannya kebijakan atau keputusan yang akan diambil.

"Oleh sebab itu menurut saya, pemimpin itu harus punya public trust karena kepercayaan adalah salah 1 faktor penentu," ujarnya.

"Bisa berjalan atau tidaknya suatu kebijakan, bisa diikuti atau tidaknya sebuah keputusan. Ini adalah modal politik dalam memimpin sebuah bangsa," sambung Jokowi.

Selain itu, dia menyampaikan bahwa pemimpin juga membutuhkan dukungan dan kerja sama seluruh masyarakat. Dengan begitu, kebijakan yang diambil bisa berjalan baik.

"Seorang pemimpin juga membutuhkan dukungan dan kerja sama dari seluruh komponen bangsa," ucap Jokowi.


Jadi Presiden Tak Senyaman yang Dipersepsikan

"Apapun bisa sampai ke Presiden. Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, ejekan, bahkan makian dan fitnahan. Bisa dengan mudah disampaikan," kata Jokowi dalam pidatonya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR 2023 ini, Jokowi juga menyinggung bahwa menjadi seorang kepala negara tidak senyaman yang dipersepsikan orang-orang.

"Bapak Ibu yang saya muliakan. Posisi Presiden itu, tidak senyaman yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, setiap permasalahan yang ada di negara pasti sampai ke telinganya. Bahkan, permasalahan di pesisir lautan juga bisa mengganggu tidurnya.

"Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan dan dengan adanya media sosial seperti sekarang ini. Apapun, apapun bisa sampai ke Presiden. Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, ejekan, bahkan makian dan fitnahan. Bisa dengan mudah disampaikan," kata Jokowi.

Jokowi memahami tak semua orang menyampaikan amarahnya dengan cacian dan hinaan. Meski begitu, Jokowi menyebut cacian dan hinaan malah membangkitkan nurani bangsa untuk tetap menjaga moral di ruang publik.

"Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut. Cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik. Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa," katanya.

"Menuju Indonesia Maju. Menuju Indonesia Emas 2045," ujar Presiden Jokowi menambahkan.

Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya