Bahaya, Hacker Bisa Bobol Password Dari Suara Keyboard dengan Bantuan AI

Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan/Artificial intelligence (AI) dapat disalahgunakan oleh orang tak bertanggung jawab. Bermodalkan suara keyboard, AI dapat analisis dan curi password yang diketik korban.

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 13 Jan 2024, 12:05 WIB
Ilustrasi laptop dan keyboard (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Liputan6.com, Jakarta - Karena kecanggihannya, tak dapat dipungkiri teknologi kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) dapat disalahgunakan oleh orang tak bertanggung jawab.

Studi menemukan, AI bisa mencuri kata sandi dengan akurasi 95 persen dengan 'mendengarkan' suara keyboard seseorang.

Dikutip dari New York Post, Jumat (18/08/2023), sekelompok ilmuwan komputer dari Inggris telah melatih model kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi suara yang dihasilkan oleh penekanan tombol keybpard pada MacBook Pro versi 2021 - yang dianggap mereka sebagai "laptop paling populer."

Sistem kerjanya adalah dengan mendekatkan smartphone telah diisi AI kepada laptop korban. Dengan akurasi hingga 95 persen, AI mampu menirukan kata sandi korban hanya dengan menentukan tombol apa yang ditekan korban.

Selain itu, AI ini juga mampu membaca ketukan keyboard melalui mikrofon laptop yang sedang menyala saat menggunakan aplikasi video konferensi populer Zoom. Kemampuan pencurian akun melewati Zoom ini memiliki akurasi hingga 93 persen.

Pakar menilai hal ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, sebagian besar orang tidak akan sadar ketika mereka sedang diawasi, terutamanya ketika menuliskan kata sandi mereka saat masuk ke akun browser mereka.

Meskipun sebagian besar orang akan menutup layar ketika menuliskan kata sandi, tetapi mereka cenderung abaikan caranya mengetik kata sandi karena menyepelekan kecanggihan teknologi ini.

Terlebih lagi, pakar telah menguji kehebatan AI ini dengan mengubah jari dan tekanan yang diberikan kepada keyboard saat mengetik. Hasilnya, AI masih dapat mendeteksi seluruh elemen penekanan keyboard meskipun diletakkan 17 sentimeter jauhnya. 

Penelitian ini dilakukan oleh Joshua Harrison dari Durham University, Ehsan Toreini dari University of Surrey, dan Maryam Mehrnezhad di Royal Holloway University of London.

Kemungkinan teknologi AI membantu kerja hacker hanyalah salah satu faktor risiko dari teknologi yang sedang berkembang.

Sejumlah ahli terkemuka, mulai dari pendiri OpenAI Sam Altman hingga miliarder Elon Musk dan yang lainnya, telah memperingatkan AI dapat menimbulkan bahaya signifikan bagi umat manusia tanpa adanya pengawasan tepat.


Elon Musk Ingatkan Bahaya AI, Bisa Kendalikan Manusia

Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). Pemegang saham menuduh Elon Musk memperkaya dirinya serta keluarganya dengan kesepakatan yang terjadi pada 2016 terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

CEO Tesla sekaligus pemilik Twitter, Elon Musk begitu vokal tetapi juga memperhatikan pengembangan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Dalam konferensi di London baru-baru ini, ahli bisnis ini mengingatkan risiko AI atau kecerdasan buatan.

Menurut Elon Musk, secara umum teknologi memiliki kemungkinan untuk mengontrol manusia. Oleh karenanya, manusia harus hati-hati mengenai seberapa jauh potensi pengembangan AI.

Mengutip Gizchina, Jumat (26/5/2023), secara khusus Elon Musk mengklaim bahwa AI mungkin bisa mengendalikan manusia di masa depan. Meski hal itu mungkin tidak akan menghancurkan dunia, tetapi merupakan sebuah kemungkinan dan dunia harusnya tidak mengabaikannya begitu saja.

Elon Musk juga mengklaim bahwa AI dapat mengambil alih, "semua keamanan manusia" sehingga menjadikan dirinya semacam "pengasuh super".

"Kecerdasan buatan tingkat lanjut berisiko menghilangkan atau membatasi perkembangan manusia. Superintelligence adalah 'pedang bermata dua'. Jika Anda memiliki jin yang dapat memberdayakan dengan apa saja, itu bahaya," kata Elon Musk.

Sekadar informasi, beberapa perusahaan Elon Musk saat ini tengah mengembangkan AI, namun ia mengaku selalu mewaspadai teknologi tersebut. Pada Maret lalu, ia menandatangani surat terbuka yang menyerukan moratorium pengembangan kecerdasan buatan tingkat lanjut.


Pakar Ungkap Kecerdasan Buatan AI Permudah Aksi Kejahatan Siber

Chatbot tiruan dengan fitur kriminal ini muncul di dark web dan dapat diakses dengan biaya bulanan dirasa masuk akal, termasuk pembayaran satu kali selayaknya ChatGPT.

Dikutip dari New York Post, Rabu (15/08/2023), perusahaan keamanan siber SlashNext menemukan berbagai chatbot dark web, termasuk DarkBERT, WormGPT, dan FraudGPT.

Chatbot itu disebut mampu membuat penipuan phishing dan pesan palsu melalui gambar sangat meyakinkan.

Dengan demikian, penjahat siber akan memanfaatkan chatbot mereka untuk membuat akun samaran hingga meminta bank memberikan informasi penting nasabahnya kepada mereka. 

Jenis penipuan ini bukan hal baru dalam dunia maya, tapi Lisa Palmer, seorang ahli strategi AI untuk perusahaan konsultan AI Leaders, memperingatkan penipuan ini sekarang lebih mudah dilakukan karena kecerdasan buatan.

"Ini adalah jenis kejahatan yang dapat disesuaikan dengan sejumlah besar target sekaligus. Para penipu dapat merancang kampanye massal dengan tingkat personalisasi yang tinggi, alih-alih membuatnya satu per satu," katanya. 

Menurut pakar keamanan siber, kemampuan meniru identitas merupakan masalah yang sedang jamak tersebut. Terlebih, dengan gambar dan suara palsu, jenis penipuan ini tidak hanya rentan bagi orang tua, tapi juga instansi besar. 

Menurut Palmer, penjahat dapat mengumpulkan data terkait bisnis tertentu yang memungkinkan mereka melakukan ancaman yang disertai dengan permintaan tebusan hingga perusakaan reputasi. 

Meskipun demikian, Palmer akui tak akan mudah untuk menuntut pihak chatbot AI ilegal ini ke lembaga hukum.

Selain itu, chatbot AI ilegal ini juga bisa memudahkan seseorang tanpa keterampilan teknologi tinggi melakukan tindakan ilegal dalam dunia siber. Berbeda dari chatbot resmi seperti ChatGPT yang bisa membatasi perintah ilegal dari penggunanya. 


Hati-Hati Kejahatan Pemerasan dengan Meretas Akun Instagram, Begini Modusnya

Logo baru Instagram (Sumber: The Guardian).

Polda Metro Jaya masih mengembangkan kasus dugaan pemerasan yang dilakukan sejumlah hacker. Dengan modus meretas akun instagram seseorang untuk melakukan tindak kejahatan.

Pengembangan kasus ini, menyusul keberhasilan Polda Metro Jaya menangkap dua pemuda, inisial A (19) dan MRP (21). Lantaran, meretas akun instagram mantan pejabat Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Teuku Arlan Perkasa Lukman.

"Masih terus kita kembangkan terhadap kemungkinan adanya jaringan lainnya atau keterlibatan pelaku lainnya," kata Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Ade Safri Simanjuntak saat dikonfirmasi, Senin (14/8).

Adanya kemungkinan korban lain akan didalami, mengingat dari hasil pemeriksaan dua tersangka yang ditangkap di Sulawesi Selatan. Tersangka A dan MRP telah melakukan aksinya kurang lebih satu tahun.

"Sudah kurang lebih setahun mereka melakukan aksinya," tuturnya.

Atas adanya kejahatan ini, masyarakat diimbau lebih hati-hati dalam mengakses dan memberikan data akun media sosial. Karena, hal itu merupakan metode penipuan phising untuk mencuri informasi dan data pribadi seseorang melalui email, telepon, pesan teks, atau tautan (link).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya