Liputan6.com, Makassar - Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu tempat bersejarah di Makassar. Benteng yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda ini ternyata juga menyimpan sejumlah misteri.
Selain menjadi destinasi wisata sejarah, Benteng Fort Rotterdam juga sering menjadi pilihan wisatawan yang menyukai wisata horor atau mistis. Dahulu, benteng ini disebut sebagai Benteng Ujung Pandang.
Mengutip dari berbagai sumber, bangunan yang berada di pinggir pantai barat Kota Makassar ini dibangun oleh Raja Gowa IX pada 1545. Dari namanya, banyak yang mengira bangunan ini adalah peninggalan Belanda, padahal Benteng Fort Rotterdam adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Baca Juga
Advertisement
Bangunan ini juga menjadi saksi sejarah perjuangan warga Makassar ketika melawan penjajahan Belanda di Tanah Air. Kisah mistis yang melekat pada benteng ini pun konon disebabkan oleh pembantaian di masa lalu.
Saat masyarakat Gowa berusaha merebut benteng ini, ada banyak pembantaian yang terjadi. Banyak orang gugur karena perlawanan itu, sehingga tempat ini pun menjadi angker.
Konon, arwah orang-orang yang meregang nyawa di tempat ini lah yang membuat Fort Rotterdam penuh dengan nuansa mistis. Beberapa pengunjung pernah melihat sosok gaib di benteng ini atau hanya sekadar merasakan energi mistis.
Benteng Fort Rotterdam juga beberapa kali digunakan sebagai tempat aktivitas paranormal. Ada juga pengunjung yang mengaku pernah melihat sosok tentara Belanda dengan penampilan fisik berdarah-darah yang menyeramkan.
Selain itu, tersebar cerita menyedihkan yang konon menjadi penyebab angkernya benteng ini. Konon, pernah ada seorang wanita bernama Sumiati yang tewas gantung diri di benteng ini.
Sumiati frustasi karena telah menjadi korban pemerkosaan. Pelaku yang memperkosa Sumiati pada saat itu memakai baju warna merah. Dari kisah Sumiati ini, para perngunjung pun dilarang mengenakan pakaian berwarna merah.
Meski kental akan sejarah dan misterinya, Benteng Fort Rotterdam tetap menjadi destinasi wisata yang ikonik di Kota Makassar. Beberapa acara juga kerap dilaksanakan di sini, salah satunya Makassar International Writers Festival (MIWF).
Penulis: Resla Aknaita Chak