Liputan6.com, Bogor - Relawan lingkungan bersama Karang Taruna dan mahasiswa di Kota Bogor, Jawa Barat memiliki cara tersendiri dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT ke-78 RI) yakni melakukan upacara di Sungai Ciliwung, Kamis (17/8/2023).
Pengibaran bendera merah putih berlangsung khidmat dengan iringan lagu Indonesia Raya. Upacara juga diisi dengan prosesi mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila, Proklamasi, dan UUD 1945, serta amanah inspektur upacara dan diakhiri dengan pembacaan doa.
Advertisement
Pengibaran bendera merah putih di Sungai Ciliwung ini sebagai aksi merefleksikan semangat perjuangan dengan menjaga dan merawat lingkungan.
"Indonesia sudah merdeka, tapi belum merdeka dari sampah. Sungai kita masih dijajah sampah, lingkungan kita masih banyak sampah," kata Suparno Jumar, Koordinator Satgas Naturalisasi Ciliwung, Kota Bogor.
Menurutnya, permasalahan sampah tak kunjung teratasi dengan baik hingga saat ini. Tata kelola sampah pun masih karut marut.
"Kita bisa lihat bagaimana tata kelola sampah yang akhirnya bisa mencemari tanah, sungai. Sampah yang dibakar mencemari udara," ucapnya.
Melalui upacara di tepi sungai ini, para relawan ingin menyampaikan betapa pentingnya menjaga lingkungan. Mereka juga berharap ada perhatian serius dari pemerintah untuk menjaga kelestarian alam serta ekosistemnya.
"Hari ini kita sama-sama merasakan tiga pekan terakhir bumi ini seperti mendidih, sangat panas. Penyebabnya banyak aspek, banyak pohon ditebang, pembangunan tak terkendali, polusi kendaraan bermotor, industri, limbah dan sampah masuk sungai. Sehingga hari ini kita seperti masuk era baru, era penjajahan lingkungan," terangnya.
Menjaga Lingkungan Tanggung Jawab Bersama
Namun demikian, menjaga kelestarian alam dan lingkungan tidak hanya berpangku kepada kebijakan pemerintah, perlu ada komitmen dari semua pihak utamanya masyarakat dan para pelaku usaha.
"Pemkot Bogor saat ini berkomitmen dengan membentuk Satgas Naturalisasi Sungai. Kemudian bagaimana juga mengajak peran perguruan tinggi, lembaga riset, dunia usaha, masyarakat, dan media untuk menjaga dan mengatasi hal ini," pungkasnya.
Advertisement