Warga mengikuti lomba gebuk bantal di Katulampa, Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/8/2023). Lomba tersebut untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI) dan bertujuan untuk memupuk kebersamaam antarwarga. (merdeka.com/Arie Basuki)
Permainan gebuk bantal tampaknya bukanlah hal yang baru, khususnya bagi mereka yang kerap aktif pada acara lomba 17 Agustus. Gebuk bantal merupakan permainan khas yang kerap dilombakan pada peringatan kemerdekaan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Meski sederhana, permainan gebuk bantal sejatinya memiliki makna dan tujuan, khususnya pada masanya. (merdeka.com/Arie Basuki)
Lomba gebuk bantal biasanya berisikan dua orang peserta yang datang dari arah berlawanan. Sebagai penopangnya, lomba gebuk bantal biasanya menggunakan sebuah bambu maupun jambe. (merdeka.com/Arie Basuki)
Alat pemukul yang digunakan biasanya berupa bantal tidak terpakai yang berisikan kapuk maupun busa. Bisa juga menggunakan kain bekas tepung terigu yang dijejali baik busa maupun kain-kain bekas, asalkan bukan bahan berbahaya. (merdeka.com/Arie Basuki)
Selain itu, guna membuat permainan gebuk bantal ini lebih menarik, biasanya lomba ini ditempatkan di atas kolam yang berisikan air. (merdeka.com/Arie Basuki)
Untuk menenetapkan pemenangnya, yakni mereka yang mampu bertahan dari gempuran serangan yang diberikan lawan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Di balik keseruan permainan gebuk bantal ini ternyata terselip makna tersembunyi yang jarang diketahui orang. Konon, lomba gebuk bantal merupakan sebuah analogi pada masa Indonesia tengah diduduki penjajah. (merdeka.com/Arie Basuki)