Liputan6.com, Jakarta - Peringatan kemerdekaan yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus menjadi momen yang paling dinantikan. Seluruh masyarakat turut menggelar upacara dan aneka lomba untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-78.
Perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia tak semata-mata untuk bersenang-senang. Selain mengenang kembali jasa dan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, momen proklamasi juga wujud dari cinta tanah air.
Baca Juga
Advertisement
Ajaran Islam yang selama ini telah mengajarkan umatnya untuk cinta tanah air seperti sering diucapkan dalam kata bijak, Hubbul Wathan minal Iman yang artinya cinta tanah air sebagian dari iman. Jika ditelusuri lebih dalam, banyak hadis bahkan ayat Al-Qur'an yang dimaknai sejumlah ulama sebagai ajaran untuk cinta tanah air.
Mengutip dari laman dream.co, berikut adalah beberapa hadis dan ayat Al-Qur’an yang berisi ajaran untuk cinta tanah air.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hadis Rasulullah tentang Ajakan Cinta Tanah Air
Salah satu ucapan Rasulullah yang tertuang dalam hadis shahih tentang cinta tanah air itu pernah disabdakan saat beliau dan para sahabat hijrah ke Madinah. Dalam hadis tersebut, Rasulullah berdoa dan menunjukkan kecintaannya kepada Makkah dan Madinah:
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (رواه البخارى)
Artinya: “Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah” (HR. Al-Bukhari)
Advertisement
1. Surah Al-Qashash ayat 85
Salah satu ayat yang ditafsirkan mengajarkan tentang cinta tanah air terdapat dalam surah Al-Qashash ayat 85 yang berbunyi:
اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh pada) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah (Nabi Muhammad), Tuhanku paling mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”
Dalam tafsir Kementerian Agama ditegaskan bahwa maksud tempat kembali dalam ayat ini adalah kota Mekah. Allah SWT berjanji bahwa Nabi Muhammad SAW akan kembali ke Makkah sebagai orang yang menang. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriah, pada waktu Nabi SAW menaklukkan Makkah dan ini menjadi salah satu mukjizatnya.
Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi dalam kitab tafsir Ruhul Bayan juga mengatakan bahwa ayat ini merupakan petunjuk atau isyarat bahwa cinta tanah air sebagian dari iman.
Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah sering menyebut kata tanah air yang kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya dengan kembali ke Makkah. Sahabat Umar RA berkata:
“Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri”.
2. Surah An-Nisa ayat 66
Ayat kedua yang ditafsirkan berisi ajakan cinta tanah air terdapat dalam surah An-Nisa ayat 66.
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ
Artinya: “Seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik), 'Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,' niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Seandainya mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka, sungguh itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).”
Ulama bernama Syekh Wahbah Al-Zuhaily dalam Tafsir al-Wasith menjelaskan bahwa ayat ini menjadi isyarat yang jelas akan ketergantungan hati manusia dengan negaranya. Ayat ini juga sebuah isyarat bahwa cinta tanah air adalah hal yang melekat di hati dan berhubungan dengannya. Karena Allah SWT menjadikan keluar dari kampung halaman dan tanah air, setara dan sebanding dengan mengakhiri hidup sendiri yang keduanya merupakan hal yang sama beratnya.
Advertisement
3. Surah At-Taubah ayat 122
Terakhir adalah ayat Qur'an dalam surah At-Taubah ayat 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ
Artinya: “Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”
Ayat ini menurut Syekh Muhammad Mahmud al-Hijazi dalam Tafsir al-Wadlih menunjukkan bahwa belajar ilmu adalah suatu kewajiban bagi umat secara keseluruhan, kewajiban yang tidak mengurangi kewajiban jihad, dan mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban yang suci.
Pendapat sang ulama didasarkan bahwa tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang (senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi.