Liputan6.com, Jakarta Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga pertengahan Juli 2023 di Indonesia dilaporkan mencapai 44.000 kasus. Angka ini berpotensi meningkat karena DBD merupakan penyakit endemis dan menjadi public concern setiap tahun lantaran berbagai daerah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta Pemerintah untuk menjadikan tingginya kasus DBD yang terjadi tiap tahunnya ini sebagai salah satu fokus utama di sektor kesehatan. Ini karena telah menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara ini selama bertahun-tahun.
Advertisement
"Oleh karenanya, perlu langkah konkret serta sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi kesehatan dalam mengatasi persoalan tingginya kasus DBD tiap tahunnya," kata Bamsoet, sapaan akrabnya melalui pernyataan resmi, Jumat (18/8/2023).
"Mulai dari upaya pencegahan, deteksi kasus, hingga pengobatan juga perawatan penyakit demam berdarah."
Langkah Pencegahan Demam Berdarah
Bamsoet juga meminta Pemerintah dan unsur terkait untuk juga fokus menggencarkan edukasi dan sosialisasi mengenai langkah-langkah pencegahan penyakit demam berdarah.
"Dari pentingnya upaya menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat penampungan air yang potensial menjadi sarang nyamuk, dan mengenali gejala awal demam berdarah," lanjutnya.
Harapan Kasus DBD dapat Ditekan
Adanya langkah pencegahan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) diharapkan memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat.
"Sehingga dengan pemahaman yang baik juga kesadaran bersama dari masyarakat, diharapkan kasus DBD ini dapat ditekan dan tidak terus terjadi lonjakan tiap tahunnya," Bambang Soesatyo menerangkan.
Monitor Kasus DBD
Bamsoet juga meminta komitmen pemerintah bersama Dinas Kesehatan untuk terus memonitor perkembangan kasus DBD dan memperbarui data sebaran kasus di seluruh daerah, selain terus berupaya memperkuat layanan kesehatan beserta SDM di seluruh wilayah.
"Utamanya, di wilayah yang rentan terjadinya kasus DBD. Sehingga diharapkan penanganan terhadap pasien suspek DBD dapat lebih baik juga angka kematian akibat DBD dapat ditekan," tutupnya.
Advertisement
DBD di Banyuwangi
Dinas Kesehatan Banyuwangi, Jawa Timur mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerahnya sejak Januari hingga Juli 2023 ini mencapai 220 kasus. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya meninggal dunia.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat mengatakan, sebaran masyarakat yang terjangkit demam berdarah merata di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Namun yang paling tinggi ada di Kota Banyuwangi.
Untuk itu kami meminta masyarakat lebih waspada terhadap penularan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini," ujar Amir, Selasa (25/7/2023), dikutip dari kanal Surabaya Liputan6.com.
Kasus DBD Bisa Bertambah
Berkaca pada tahun 2022, angka kasus DBD di Banyuwangi terbilang ekstrem. Angkanya mencapai 560 kasus dengan 12 kasus kematian. Dengan demikian, angka kasus DBD tahun 2023 hingga akhir tahun kemungkinan bisa bertambah, jika masyarakat abai terhadap penyakit DBD tersebut.
"Faktor cuaca memengaruhi, tapi sebenarnya terutama kasusnya ini banyak terjadi di perkotaan, jadi Banyuwangi itu tertinggi ini menunjukan bahwa memang ada yang perlu dihadapi serius perilaku masyarakat untuk melakukan 3M, jadi menguras, menutup, dan membersihkan tempat penampungan air," tambah Amir.
DBD di DKI Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, terdapat sebanyak 2.745 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ibu Kota pada periode Januari hingga Juni 2023.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama merinci, kasus DBD paling banyak terjadi pada Januari dengan 525 kasus. Di Februari sebanyak 434 kasus, Maret 494 kasus, dan April 499 kasus. Kemudian, Mei terdapar 480 kasus serta Juni 313 kasus.
"Melaporkan data DBD DKI Jakarta per tanggal 10 Juli 2023 total 2.745 kasus," kata Ngabila ketika dikonfirmasi, Senin (17/7/2023).
Jakarta Timur Tertinggi Kasus DBD
Ngabila menuturkan, Jakarta Timur menjadi daerah kasus tertinggi dengan 689 kasus. Disusul Jakarta Barat 669 kasus, Jakarta Selatan 577, Jakarta Utara 563 kasus, Jakarta Pusat 246 kasus dan Kepulauan Seribu 1 kasus.
"DBD penyakit endemis yang terus ada dan bertahan di Jakarta. Ini memiliki pola jumlah kasus yang sama di setiap tahunnya di mana akan mulai meningkat pada setiap Desember dan akan mengalami puncak di April, lalu akan menurun kembali," tuturnya.
Advertisement