Uang Rupiah Kertas Emisi 2016 Bakal Punah pada 2026, Ini Penampakannya

Bank Indonesia (BI) akan memusnahkan peredaran uang kertas emisi lama tahun 2016 dari peredaran pada awal 2026. Artinya, uang tersebut akan digantikan sepenuhnya oleh uang rupiah Tahun emisi 2022.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Agu 2023, 14:45 WIB
Bank Indonesia (BI) akan memusnahkan peredaran uang kertas emisi lama tahun 2016 dari peredaran pada awal 2026. Artinya, uang tersebut akan digantikan sepenuhnya oleh uang rupiah Tahun emisi 2022.(Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) akan memusnahkan peredaran uang rupiah emisi 2016 dari peredaran pada awal 2026. Artinya, uang tersebut akan digantikan sepenuhnya oleh uang rupiah Tahun emisi 2022.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim, menjelaskan uang rupiah baru tahun emisi 2022 diklaim memiliki masa edar lebih lama yakni 3 tahun, dibandingkan uang rupiah tahun emisi 2016 yang hanya 2 tahun, sehingga cepat lusuh dan tidak layak edar.

 

"Itungan kita 3 tahun ke depan, tahun 2016 akan kami musnahkan dan akan masuk uang baru. Karena masa edar Tahun emisi 2016 sebenarnya 2 tahun menjadi lusuh, kalau 2022 itu 3 tahun. Berarti 2026 awal sudah 100 persen Tahun emisi 2022," kata Marlison saat ditemui usai acara Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) di Istora GBK Senayan, Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Jika masyarakat sadari, sekarang peredaran uang rupiah tahun emisi 2016 sudah hampir habis, dan mulai tergantikan oleh uang rupiah baru. Alhasil, secara bertahap uang lama emisi 2016 yang lusuh akan menjadi uang yang tidak layak edar dan akan dimusnahkan oleh Bank Indonesia.

"(Rupiah) tahun edaran 2016 secara jumlah sudah hampir habis, sudah mulai tergantikan oleh Tahun emisi 2022. Sudah terasa kan Tahun emisi 2022 mulai banyak, dan 2016 secara alamiah akan masuk ke BI dan menjadi uang tidak layak edar, kami akan musnahkan," jelasnya.

Uang Rupiah Emisi 2016 Masih Berlaku

Untuk saat ini, uang rupiah tahun emisi 2016 masih berlaku untuk dijadikan alat pembayaran. Namun pengcualian jika uang itu lusuh, maka tidak layak edar dan dipastikan akan dimusnahkan.

"2016 tidak ditarik, 2016 masih berlaku tapi kalau dalam kondisi tidak layak edar, maka kami musnahkan. Sekarang masih bercampur dengan yang lain. Biasanya di akhir tahun kami sampaikan berapa jumlah uang yang kami musnahkan," katanya.

Lanjut Marlison, sejauh ini presentase peredaran uang rupiah tahun emisi 2022 baru mencapai 25 persen. Artinya, peredaran uang rupiah masih didominasi oleh uang rupiah tahun emisi 2016.

"Jumlahnya secara total sudah besar secara presentase agak susah karena dibandingkan jumlah total uang yang beredar, saya perkirakan sekitar 25 persen itu adalah Tahun emisi 2022," pungkasnya.

 

 

 

 

 


Bangga, Rupiah Jadi Mata Uang Terbaik di Dunia

Beberapa pecahan uang baru yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dapat ditukarkan di Blok M, Jakarta, Senin (19/12). Bank Indonesia (BI) hari ini meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan kepada generasi muda bahwa Uang Rupiah Tahun Emisi (TE) 2022 merupakan mata uang terbaik di dunia.

Uang Rupiah tersebut terdiri dari 7 pecahan yaitu rupiah pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp 5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 yang telah dinobatkan oleh International Association of Currency Affairs (IACA) sebagai best new banknote series pada Currency Award ke-17 tahun 2023 di Meksiko.

 

"Hari ini kita hadiahkan uang kertas, karena ini adalah uang kertas Indonesia The best in the world juara dunia. Tahun 2023 ini menjadi uang terbaik di seluruh dunia," kata Perry dalam acara Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) Istora GBK Senayan, Jakarta, Jumat (18/8/2023).Capaian pada posisi tertinggi dari uang Rupiah TE 2022 dalam penghargaan tingkat dunia tersebut merupakan salah satu bentuk afirmasi dunia internasional atas kualitas uang Rupiah Indonesia.

Lebih lanjut Perry menegaskan, sangat penting mengapresiasi rupiah. Dihadapan generasi muda, Perry menyampaikan terdapat tiga alat pembayaran di Indonesia.

Alat pembayaran pertama yaitu dalam bentuk uang rupiah kertas atau logam. Namun, alat pembayaran di Indonesia tidak hanya kertas dan logam saja.

Kedua, alat pembayaran selanjutnya adalah uang rupiah dalam bentuk kartu-kartu, baik debit maupun kredit atau e-money.

"Anak-anak sekarang zaman now itu ada tiga alat pembayaran di Indonesia, dengerin nih. Satu, adalah alat pembayaran uang kertas dan logam," ujarnya.

 


QRIS

Bank Indonesia (BI) meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Alat pembayaran yang ketiga adalah alat pembayaran digital, contohnya yaitu QRIS. QRIS merupakan QR code satu-satunya yang sah digunakan di Indonesia. Terbaru Bank Indonesia (BI) baru saja meluncurkan fitur baru QRIS untuk transaksi tarik tunai, transfer, dan setor tunai atau QRIS Tuntas.

"Punya QRIS Good, sehingga QR yang sah satu-satunya di Indonesia adalah QRIS. Kemarin kami menghadiahkan kepada NKRI hadiah uang digital QRIS Tuntas. Jadi, QRIS sekarang bisa digunakan untuk tarik tunai, transfer, dan setor tunai," jelasnya.

Biaya menggunakan QRIS Tuntas pun lebih murah dibandingkan biaya transaksi melalui kanal lain. Misalnya, biaya transaksi tarik tunai hanya Rp 6.500, biaya transfer hanya Rp 2.500, dan biaya setor tunai Rp 5.000.

"Biayanya juga murah, untuk tarik tunai cuman Rp 6.500 sementara yang biasanya Rp 10.000-20.000. Transfer itu Rp 2.500 sama dengan BI-Fast, bahkan kalau transaksinya sampai dengan Rp 100.000 itu biayanya Rp 2.000 murah, untuk setor (biayanya) Rp 5.000. Jauh lebih murah," pungkas Gubernur Bank Indonesia tersebut..

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya