Liputan6.com, Jakarta Ada banyak sterotip tentang Gen Z atau Generasi Z. Mereka yang lahir tahun 1995 hingga 2010 identik sosok yang manja, sukanya serba instan dan gampang menyerah. Terkait hal ini, psikolog klinis remaja Tara de Thouars mengatakan bahwa hal tersebut adalah miskonsepsi.
Prinsip hidup antara Gen Z dengan generasi sebelumnya berbeda sehingga muncul sterotip seperti itu.
Advertisement
Tara menerangkan kebanyakan Gen Z lahir dari orangtua Gen X yang lahir pada tahun 1965 - 1980. Bila mengacu pada The Deloitte Global 2023 Gen Z and Millennial Survey, ternyata dalam menjalankan hidup Gen X lebih memilih live to work. Sementara Gen Z itu lebih memilih work life balance atau pekerjaan dan kehidupan lain seimbang.
"Prinsip mereka menjadi ‘work smart instead of work hard’," kata Tara.
Tantangan yang Dihadapi Gen Z Beda
Tara juga mengatakan bahwa ada banyak tantangan yang dihadapi Gen Z. Tantangan yang dihadapi generasi tersebut sangat bertolak belakang dengan generasi sebelumnya. Mulai dari efek media sosial hingga biaya hidup meningkat.
"Lihat bagaimana beban mereka makin tinggi mulai dari dari inner circle maupun social media, biaya hidup meningkat, dan kondisi lingkungan yang kian mengkhawatirkan," kata Tara dalam diskusi bersama susu Greenfields Extra beberapa waktu lalu di Jakarta Selatan.
Beban tersebut bahkan membuat lebih dari separuh GenZ mengalami permasalahan kesehatan mental. Terbesar adalah di Asia sebesar 51 persen Gen Z alami bad mental health issue seperti mengutip Studi Tahunan AXA Mind Health and Wellbeing 2023.
Gen Z Ingin All Out Hadapi Tantangan
Meski dapat gempuran stigma negatif mereka yang lahir di tahun 1995 hingga 2010 tetap berusaha menunjukkan kemampuannya. Di sisi lain, mereka juga tetap ingin menikmati hidup.
"Para Gen-Z ini layak mendapatkan predikat ‘Generasi EXTRA’ karena meski digempur stigma negatif, mereka tetap mau serba all out menghadapi berbagai tantangan dan di sisi lain tetap menyeimbangkan antara produktivitas, leisure, dan kesehatan mental,” jelas Tara dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Salah satu sosok Gen Z yang dikenal publik adalah penyanyi Naura Ayu. Kelahiran Jakarta 18 Juni 2005, Naura juga kerap dinilai dari luar saja. Termasuk soal kemampuannya dalam bernyanyi yang sebagian orang menyebut dirinya aji mumpung lantaran sang ibu, Nola AB Three juga penyanyi.
Padahal, kata Naura, ia berjuang maksimal untuk bisa bernyanyi dengan baik. Bukan semata-mata karena nama besar sang ibu.
"Aku tuh dibilangin bisa seperti ini karena aji mumpung dari mama (Nola AB Three). Padahal menyanyi adalah ambisi yang aku perjuangkan habis-habisan karena awalnya mama ‘ngga ngebolehin aku jadi penyanyi," cerita Naura di kesempatan yang sama.
Advertisement
Naura Ayu Kembangkan Potensi Selain Bernyanyi
Ketika nama dan karyanya sudah dikenal sebagai penyanyi, Naura Ayu tak berpuas diri. Ia kemudian mengembangkan kariernya di bidang akting.
"Ketika cocok di dunia entertainment dan karir nyanyi sudah settled, aku tuh masih mau berkarya di kotak lain lagi. Aku kemudian try hard to unlock all of my potential, seperti berakting," cerita Naura.
Beberapa film yang dibintangi Naura diantaranya Naura & Genk Juara (2017) dan Doremi & You (2019).
Bukan cuma akting, Naura juga menulis buku. Bahkan sudah buku keenam yang ia tulis berjudulu "A Teen’s Guide to Self-Discovery" dirilis Juli 2022.
"Aku mewujudkanpassion aku bercerita dan menulis yang tidak terasa sudah sampai buku jilid ke-enam tahun lalu,” cerita Naura.
Nutrisi untuk Gen Z
Melihat bahwa generasi Z memiliki karakter berbeda dengan generasi sebelumnya, Greenfields Indonesia mencoba mendampingi generasi tersebut dengan asupan tambahan susu segar berkualitas dalam Greenfields Extra.
“Oleh karenanya, Greenfields Extra kami hadirkan sebagai support system dalam mendampingi Gen-Z yang dinamis dan rela go the extra mile untuk mewujudkan segala impian," kata Fiona Anjani Foebe, Chief Marketing Officer Greenfields Indonesia menjelaskan.
Greenfields meyakin bahwa Gen Z adalah game changers yang memiliki semangat dan pengaruh kuat serta menjadi kunci bonus demografi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
"Bayangkan saja saat ini terdapat sebanyak 62% Gen-trepreneur Z yang telah memulai atau ingin memulai bisnis," tutur Fiona.
Advertisement