Liputan6.com, Jakarta - Dalam kalender Hijriyah, saat ini telah memasuki bulan Safar. Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, setelah Muharram.
Dalam Islam, Muharram adalah bulan mulia. Ini sudah jamak diketahui dan bahkan di beberapa kelompok dikeramatkan.
Baca Juga
Advertisement
Sebaliknya, nahas bagi Safar, bulan ini oleh sebagian kelompok, dianggap bulan sial.
Bahkan, di sebagian masyarakat Indonesia ada pula kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan nestapa, sedih dan penuh bala. Karena itu, muncul istilah 'saparen'.
Istilah saparen merujuk pada sebuah kondisi buruk, sakit misalnya. Saparen, berkaitan dengan bulan Safar.
Lantas, benarkah bulan Safar adalah bulan sial? Berikut ini adalah ulasan Safar dalam perspektif Islam.
Simak Video Pilihan Ini:
4 Peristiwa Penting di Bulan Syafar
Drs. H. Suhada Mokoagow, melansir sulut.kemenag.go.id, menjelaskan mitos bahwa bulan Safar sebagai bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.
Sesuai hadis dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda, tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).
Bahkan ada peristiwa-peristiwa penting bulan Safar yang wajib dikenang. Pertama, peristiwa pernikahan Rasulullah Saw dengan Khadijah binti Khuwailid.
Kedua, kemenangan kaum Muslimin atas pasukan Hiraklius dalam perang Khaibar. Ketiga, pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai panglima perang termuda berumur 20 tahun. Keempat, penaklukan negeri Persia di zaman khalifah Umar bin Khattab pada tahun 16 Hijriyah.
Karena itu, dia meminta agar umat Islam menghilangkan mitos sial bulan Safar. Bulan Safar adalah bulan bahagia dan bulan kemenangan.
Tim Rembulan
Advertisement