Liputan6.com, Jakarta Bagi orangtua baru kadang masih bingung seberapa sering mengganti popok sekali pakai atau diaper pada bayi atau anak. Menurut dokter spesialis anak Partini Pudjiastuti saat orangtua atau pengasuh mendapati anak pipis atau buang air besar segera ganti popok.
"Prinsip penggunaan popok itu, orangtua atau pengasuh harus segera mengganti (ketika anak pipis), enggak bisa dipakai berjam-jam," kata Partini.
Advertisement
"Jadi, kalau pakai diaper waktu anak berkemih itu (segera ganti lalu) langsung dibuang," katanya lagi dalam IG Live bersama IDAI pada Jumat, 18 Agustus 2023.
Pada anak di bawah satu tahun, frekuensi buang air kecil bisa setiap jam. Sementara, pada anak di atas satu hingga lima tahun bisa setiap 2-3 jam sekali.
Penggantian popok setiap kali bayi atau anak pipis ini perlu dilakukan guna mencegah anak terkena infeksi saluran kemih (ISK).
"Kalau mengandung urine, tentu saja ada kuman, kuman berkesempatan untuk berkembangbiak di daerah yang menempel lalu bisa jalan masuk ke atas," kata wanita yang juga Tim Penulis Buku Infeksi Saluran Kemih pada Anak itu.
Sehingga, meski popok tidak sampai penuh dengan urine, setelah anak pipis segera ganti dengan yang bersih.
"Diaper itu kalau tidak diganti tidak jadi banjir kalau pipis, tapi segera ganti bila anak sudah buang air kecil," sarannya.
Bila Anak Sudah Pernah Kena ISK, Pakai Clodi
Maka dari itu, penting bagi orangtua atau pengasuh mendeteksi dini bila si Kecil sudah pipis. Jika merasa tidak tahu cepat anak sudah pipis atau belum, bisa menggunakan clodi atau cloth diaper.
"Oleh karena itu, lebih dianjurkan, apalagi yang pernah ISK, pakai clodi alias cloth diaper. Seperti namanya ini popok berbahan pakaian, yang kalau basah (tanda anak pipis) ketahuan. Jadi, bisa diganti," terang Partini.
Advertisement
Tentang ISK
Infeksi Saluran Kemih atau ISK adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan saluran kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi saluran napas atas dan diare.
ISK penyakit yang sering menyebabkan gagal ginjal pada anak yang mengakibatkan anak memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan cangkok ginjal (transplantasi ginjal) seperti mengutip laman resmi IDAI.
Selain itu, ISK dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan dan komplikasi, seperti demam, nyeri pinggang, nyeri ketika berkemih, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan infeksi di seluruh tubuh (sepsis) yang menyebabkan kematian.
ISK yang terjadi pada perempuan ketika masih anak-anak dapat menimbulkan komplikasi kelak pada saat mereka menjadi ibu hamil. Oleh karena itu, ISK pada anak memerlukan tata laksana yang optimal. ISK paling sering disebabkan kuman Escherichia coli (E. coli) yaitu sekitar 60-80 persen. Kuman ini berasal dari saluran cerna.
Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan kuman lain, seperti Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan berbagai kuman lainnya.