Liputan6.com, Jakarta Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, akhirnya menemukan titik kesekapakatan soal waktu pendeklarasian Prabowo Subianto sebagai Presiden 2024 oleh Partai Gelora. Menurut dia, hal itu akan disampaikan pada akhir bulan ini.
"Ya kami tadi bicara dengan Pak Mahfuz (Sekjen Partai Gelora) ada beberapa altenatif tanggal. Nanti kita akan cocokkan dengan waktu di sini dan waktunya Pak Prabowo. Tapi mungkin Insya Allah akhir Agustus," ujar Muzani di Kantor Media Center Partai Gelora, Jakarta, Sabtu (19/8/2023).
Advertisement
Muzani mengaku gembira, akhirnya pendeklarasian dari Partai Gelora kepada Prabowo kian dekat. Apalagi usai silaturahmi yang berlangsung hari ini, diketahui dukungan kepada Prabowo sudah ditandatangani oleh perwakilan Partai Gelora di tiap provinsi se-Indonesia.
"Tentu hal ini membuat kami menggembirakan, melegakan, dan kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada DPD, DPW, tentu saja kepada DPP Partai Gelora atas aspirasi, apresiasi, dan penghormatan yang begitu tinggi terhadap calon presiden kami Prabowo Subianto,” bangga Muzani.
"Inilah sebabnya Gelora di tingkat pusat akan segera mendeklarasikan keputusan ini," imbuh dia.
Sebagai informasi, kedatangan elite Partai Gerindra ke markas Partai Gelora adalah bagian dari silaturahmi. Bak calon besan, lanjut Muzani, Gerindra berharap Gelora dapat bersama mengiringi langkah Prabowo sebagai calon presiden 2024.
"Kunjungan ini seperti mau besanan, jadi meminta restu dukungan agar Partai Gelora dapat bersama Pak Prabowo," Muzani menandasi.
Gerindra dan Prabowo Masuk Kabinet, Bukti PDIP Bukan Partai Tertutup
Sementara itu, usai pertemuan Ketua Umum Gerindra yang juga notabenenya bakal calon presiden Prabowo Subianto bertemu Partai Solidaritas Indonesia (PSI), PDI Perjuangan (PDIP) kena sasaran dan dianggap partai tertutup.
Hal ini lantaran, PSI sudah menyatakan dukungan kepada bacapres PDIP Ganjar Pranowo sebelum nama Gubernur Jawa Tengah itu ditetapkan. Meski begitu, PSI tak kunjung bertemu secara resmi dengan PDIP di mana sudah ada partai PPP, Perindo, bahkan Hanura yang mendukung Ganjar.
Spekulasi kemudian bermunculan usai PSI dan Prabowo bertemu. Dianggap partai tersebut segera beralih dari Ganjar ke Prabowo akibat tak kunjungnya pintu PDIP terbuka.
Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad memandang hal berbeda. Dia melihat, justru PDIP sejak awal menjadi partai yang terbuka, salah satu contohnya memberikan Gerindra dan Prabowo berada di kabinet, di mana sebagai lawan di Pemilu 2014 dan 2019.
"Partai inilah yang sebenarnya merangkul Gerindra dan Prabowo masuk ke dalam koalisi pemerintahan padahal mereka sebelumnya berhadapan. PDI Perjuangan merangkul lawan politik setelah mereka menang pemilu," kata dia, Jumat (18/8/2023).
"Merangkul Gerindra dan Prabowo atau tidak, tidak akan membuat posisi PDI Perjuangan sebagai pemenang pemilu menjadi batal," sambung dia.
Menurut Saidiman, apa yang dilakukan Prabowo dengan menyampangi pihak manapun di masa tahun politik atau jelang pemilu adalah hal yang lumrah.
Advertisement