Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada periode 14-18 Agustus 2023. Sektor saham transportasi dan logistik serta industri menekan IHSG. Pada pekan ini, IHSG merosot 0,29 persen ke posisi 6.860. Investor asing melakukan aksi jual saham USD 223 juta.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Minggu (20/8/2023), koreksi sektor saham transportasi dan logistik serta industri masing-masing berkontribusi 1,8 persen dan 1,75 persen terhadap indeks saham.
Advertisement
Dalam riset Ashmore menyebutkan, pekan ini pasar saham Amerika Serikat (AS) tetap kuat seiring penjualan eceran yang lebih tinggi dari perkiraan. Penjualan eceran ini sering dilihat sebagai indikator utama.
Hal itu juga membuat pasar tetap prediksi suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) tetap berada di puncaknya. Suku bunga the Fed diprediksi akan mulai turun pada kuartal II 2024.
Di sisi lain, produksi industri China lebih rendah dari yang diharapkan sebagai aktivitas ekonomi yang lambat terus berlanjut. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia tetap positif pada bulan sebelumnya, meski ditutup lebih rendah dari yang diharapkan.
Apakah lebih banyak masalah di pasar China?
Pekan lalu secara global, pasar terganggu oleh deflasi yang terlihat di China. Akan tetapi, lebih banyak kekhawatiran tampaknya muncul pada pekan ini. Salah satu masalah tersebut termasuk apa yang dikenal sebagai krisis shadow bank di mana Zhongzhi Enterprise Group Co menjadi pusat perhatian.
Perseroan dan afiliasi perwaliannya menghentikan pembayaran ke ribuan pelanggan. Hal ini memicu protes publik dari individu yang terkena dampak.
Perusahaan berpotensi melihat penjualan aset dan menjalani proses restrukturisasi. “Masih belum jelas apakah Zhongzhi memiliki aset yang cukup untuk membayar kembali produk mereka yang telah default,” tulis Ashmore.
Dampak ke Indonesia
Selain itu, Perusahaan properti China Evergrande juga mengajukan bab 15 kebangkrutan di New York, AS. Ashmore melihat hal itu akan berdampak luas untuk sistem keuangan China serta bank dan pemilik properti di China seiring kewajiban Evergrande mencapai lebih dari USD 300 miliar.
“Selain itu, pasar China juga dibebani dengan pengembang properti terbesar di China, Country Garden Holdings Co kemungkinan karena gagal bayar untuk pertama kali sejak mencatatkan saham,” tulis Ashmore.
Apa dampaknya bagi Indonesia?
Secara keseluruhan tidak ada dampak langsung dari Evergrande dan Zhongzhi. Bagaimana pun sentimen di pasar negara berkembang akan lebih negatif seiring China telah menjadi bagian besar portofolio pasar negara berkembang,” tulis Ashmore.
Meski demikian, Ashmore masih melihat potensi kenaikan pasar saham Indonesia. Ashmore mengantisipasi katalis positif dari kekuatan ekonomi makro.
“Kami tetap rekomendasikan untuk tetap investasi di reksa dana yang terdiversifikasi dengan baik antara lain ADEN, ASDN, ADON dan ADOUN,” tulis Ashmore.
Advertisement
Meneropong Prospek Pretumbuhan Ekonomi China
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan berada di zona positif pada 7-11 Agustus 2023 seiring naik 0,40 persen ke posisi 6.880.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Sabtu (12/8/2023), IHSG melesat didorong sektor saham infrastruktur dan bahan dasar. Dua sektor saham ini masing-masing berkontribusi 1,5 persen dan 0,89 persen terhadap indeks saham.
“Pekan ini kami melihat indikator ekonomi makro utama dari ekonomi terbesar dari pasar berkembang muncul lebih kuat dari yang diperkirakan,” tulis Ashmore.
Di sisi lain, inflasi Amerika Serikat (AS) tetap berada di atas kisaran target bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) dan inflasi di Jerman tetap tinggi meski tren turun sejak Februari. Di sisi lain, China alami deflasi pertama kali sejak 2021, meski ini bukan hasil yang diharapkan.
Lalu bagaimana kondisi ekonomi China?
Setelah data inflasi yang konfirmasi ekspektasi pasar tentang deflasi di China, bahkan lebih banyak kekhawatiran telah tumbuh mengenai potensi pertumbuhan ekonomi China dan berbagai isu yang mengganjal menurunkan ekonominya. Di antaranya pengeluaran konsumen muda (16-24) yang rendah dan pengangguran mencapai tingkat tertinggi 21,3 persen.
Selain itu, sektor properti yang berkepanjangan telah meredam kepercayaan diri untuk membeli rumah dan barang-barang besar serta perang harga di antara produsen mobil China yang memicu tekanan deflasi.
Di global, tingkat harga yang lebih rendah di China bisa berarti impor dari China akan terbawa tekanan deflasi. Pada Juni 2023, ekspor China mencapai titik terendah sejak akhir 2009.
Pertahankan Prospek Positif untuk Saham Indonesia
Pada Mei 2023, Indonesia impor barang dari China sekitar Rp 89,8 triliun. Realisasi ini di atas rata-rata lima tahun sebesar Rp 60,6 triliun. Ini berarti Indonesia lebih banyak impor barang China baru-baru ini.
“Dalam jangka pendek, harga rendah dapat menguntungkan produsen Indonesia yang bergantung pada impor China sebagai input pengurangan biaya,” tulis Ashmore.
Berdasarkan badan statistik China, penurunan consumer price index (CPI) akan terjadi sementara, dan inflasi akan meningkat bertahan sebagai dampak tahun lalu.
Pada 2023, pasar berharap inflasi di China ditutup di kisaran 0,9 persen dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil sekitar 5,2 persen.
“Kami pertahankan prospek positif untuk saham Indonesia karena mengantisipasi katalis pertumbuhan termasuk belanja kampanye pemilu dan repatriasi lebih kuat dari hasil ekspor,” tulis Ashmore.
Ashmore tetap rekomendasikan investasi di ASDN karena strategi dana investasi tinggi dan kemamouan bermanuver di antara sektor saham. Imbal hasil ashmore saham dinamis nusaran (ASDN) sudah capai 7,17 persen year to date (ytd) pada 10 Agustus 2023.
Advertisement