Liputan6.com, Jakarta - Di tengah polusi udara di Jakarta yang memburuk, masyarakat mulai mengeluhkan sejumlah penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan gejala batuk-batuk juga sesak napas.
Seperti yang dikatakan Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta, Agus Dwi Susanto bahwa di rumah sakit tempatnya bekerja memang terjadi kenaikan jumlah pasien yang mengalami penyakit pernapasan, salah satunya ISPA.
Advertisement
Walau begitu, Agus belum dapat memastikan apakah pasien ISPA yang datang ke RSUP Persahabatan akibat terpengaruh polusi udara. Ini karena harus membutuhkan kajian yang lebih mendalam.
"Belum bisa dinilai terkait polusi, karena belum dikaji secara ilmiah dengan data-data polutan sekitar rumah sakit," kata Agus saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Minggu 20 Agustus 2023.
Asma dan PPOK dengan Polusi Udara
Berkaitan dengan polusi udara, Agus mengungkapkan bahwa sudah ada studi penelitian di RSUP Persahabatan Jakarta pada 2019. Sedangkan, untuk dampak polusi udara yang terjadi sekarang ini di tahun 2023, belum ada studinya.
"Kalau asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), saya ada kajian tahun 2019 di RS Persahabatan," katanya.
Tingkat Kadar Polusi Udara Menggila, IGD RS Persahabatan Penuh Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK
Berdasarkan studi tahun 2019, terjadi peningkatan pasien asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Persahabatan Jakarta.
Kondisi ini, kata Agus, terjadi ketika kadar polutan polusi udara PM10 meningkat.
Partikulat (PM10) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer).
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah Batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM10 = 150 µgram/m.
"Untuk PPOK, setiap terjadi peningkatan PM10 dan ozon, kunjungan serangan PPOK yang ke IGD RS Persahabatan meningkat," kata Agus Dwi Susanto yang juga Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI dan Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
"Asma juga begitu. Terkait PM10 yang meningkat, serangan asma yang masuk IGD RS Persahabatan meningkat," ujarnya.
Advertisement
Polusi Udara Terhadap Penyakit Kardiovaskular
Di Indonesia, sebuah penelitian di RSUP Persahabatan Jakarta dan RS Dharmais menunjukkan bahwa empat persen kasus kanker paru-paru terkait dengan polusi udara pada tahun 2013.
Studi ini berjudul, Air pollution and human health yang dipublikasikan di Medical Journal of Indonesia tahun 2020.
Polusi udara dilaporkan berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.
Risiko penyakit ini berhubungan dengan PM dengan ukuran kurang dari 10 dan 2,5 mikron (PM10 dan PM2.5).
PM dapat menembus saluran napas dan alveoli dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan gangguan kardiovaskular dan serebrovaskular.
Kematian Akibat Polusi Udara
Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara di seluruh dunia berkontribusi terhadap 24 persen dari semua kematian akibat stroke, 25 persen dari semua kematian dan penyakit akibat penyakit jantung iskemik.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara juga dikaitkan dengan penyakit jantung iskemik kronis dan gagal jantung, terutama pasien dengan riwayat penyakit arteri koroner.
Risiko yang lebih tinggi dari fibrilasi atrium ketika terpapar polusi udara seperti PM2.5 juga dilaporkan.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan adanya efek berbahaya dari polutan yang terhirup selama dekade terakhir pada sistem saraf pusat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan polutan PM, NO, dan CO berhubungan dengan peningkatan kunjungan ke rumah sakit dan peningkatan angka kematian akibat stroke.