Liputan6.com, Jakarta - Jepang mencatat lonjakan turis asing. Jumlah turis asing mencapai lebih dari dua juta pada Juli 2023 sehingga catat lonjakan dua bulan berturut-turut.
Dikutip dari times of india, ditulis Minggu (20/8/2023), Japan’s National Tourism Organization mencatat pertumbuhan besar-besaran di sektor pariwisata Jepang. Hal ini ditunjukkan dari pemulihan pariwisata Jepang yang mencapai sekitar 78 persen sebelum pra pandemi COVID-19.
Advertisement
Berdasarkan data resmi, setelah pandemi COVID-19, pada Juli 2023, Jepang mencatat 2,3 juta pengungjung. Jumlah pengunjung ini masih lebih rendah dibandingkan Juli 2019 sebelum pandemi COVID-19 yang mencapai 2,8 juta pengunjung.
Selain itu, pengeluaran oleh pengunjung selama periode sama juga pulih menjadi 95,1 persen dari periode sama pada 2019. Di sisi lain, China juga telah akhiri larangan grup wisata ke Jepang pada Agustus 2023. Dengan demikian pengeluaran turis yang masuk ke Jepang diprediksi tetap menjadi faktor pendukung ekonomi Jepang ke dalam beberapa bulan mendatang. Pada Juli 2023, 313.300 warga China mengunjungi Jepang, turun 70 persen dibandingkan empat tahun lalu.
Sementara itu, jumlah pengunjung dari Amerika Serikat (AS) dan Australia juga telah melampaui posisi pada 2019. Sesuai Daiwa Institute of Research, grup wisata rombongan China akan bantu meningkatkan pengeluaran yang masuk sekitar 200 miliar yen menjadi sekitar 4,1 triliun yen atau USD 28,2 miliar pada 2023.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga menargetkan pengeluaran masuk untuk mencapai 5 triliunan yen secara tahunan.
Adapun Jepang menjadi salah satu tujuan wisata di Asia seiring keindahan alam, desa yang indah, dan makanan lezat yang mendunia, ditambah warisan budaya yang kaya. Dari istana dan kuil, pegunungan, hingga Pantai melengkapi wisata Jepang.
Selain itu, Jepang dikenal sebagai salah satu negara teraman di Asia dan dunia. Masyarakat di Jepang juga sangat sopan dan ramah meski ada kendala bahasa. Masyarakat Jepang membuat turis asing nyaman di negara mereka.
Ekonomi Jepang Tumbuh 6 Persen pada Kuartal II 2023 Berkat Ekspor hingga Pariwisata
Sebelumnya, ekonomi Jepang tumbuh jauh lebih cepat dari yang diperkirakan dalam tiga bulan terakhir hingga akhir Juni 2023. Pertumbuhan ekonomi Jepang didorong yen melemah sehingga genjot ekspor.
Dikutip dari BBC, Selasa (15/8/2023), ekonomi terbesar ketiga di dunia mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 6 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi Jepang ini lebih tinggi dari ekonomi Indonesia sebesar 5,17 persen pada kuartal II 2023.
Pertumbuhan ekonomi Jepang menunjukkan kenaikan terbesar dalam hampir tiga tahun. Jatuhnya nilai yen membantu eksportir karena barang-barang Jepang menjadi lebih murah bagi konsumen di seluruh dunia.
Mata uang Jepang yen turun tajam terhadapi mata uang utama dalam beberapa bulan terakhir dan turun lebih dari 10 persen dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS) pada 2023.
“Yen yang melemah berada di balik angka PDB yang positif,” ujar Ekonom Fujitsu, Martin Schulz.
Dikutip dari CNBC International, ekonomi Jepang melebihi harapan ekonom yang disurvei oleh Reuters. Ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh 3,1 persen pada April-Juni 2023. Seiring pertumbuhan ekonomi Jepang tersebut, indeks Nikkei 225 memperpanjang kenaikan dengan naik hampir 1 persen.
Adapun PDB salah satu alat paling penting untuk melihat seberapa baik, buruk ekonomi berjalan. Ini membantu bisnis menilai kapan harus memperluas dan mempekerjakan lebih banyak pekerja. Selain itu memungkinkan pemerintah menentukan berapa banyak pajak dan pengeluaran.
Adapun kinerja laba dari produsen mobil termasuk Toyota, Honda dan Nissan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena permintaan ekspor meningkat.
Ekspor naik 3,2 persen dari kuartal sebelumnya, sebagian besar didorong oleh lonjakan ekspor mobil, sedangkan impor anjlok 4,3 persen pada periode tersebut.
Advertisement
Sektor Pariwisata
Perekonomian Jepang juga terbantu oleh peningkatan jumlah wisatawan setelah pemerintah mencabut perbatasan pembatasan COVID-19 pada akhir April.
Per Juni, jumlah turis asing ke Jepang telah pulih lebih dari 70 persen dari tingkat sebelum pandemi COVID-19, berdasarkan otoritas pariwisata nasional Jepang.
Pengeluaran oleh wisatawan juga akan memberikan dorongan ekonomi Jepang lebih besar mulai bulan ini setelah China mencabut larangan perjalanan kelompok.
Sebelum pandemi COVID-19, turis China menyumbang lebih dari sepertiga pengeluaran turis di Jepang. Hal itu membantu mengimbangi dampak melambatnya pemulihan konsumsi di dalam negeri sendiri setelah pandemi COVID-19.
“Kesulitan utama pada semester II 2023 Jepang adalah bagaimanapun ekonomi domestic sedang mendingin,” ujar Schulz.
Sementara itu, menurut Marcel Thieliant dari Capital Economics, detil data tidak semenarik tajuk utama.
Ia menyoroti sejumlah masalah termasuk penurunan konsumsi swasta yang merupakan lebih dari setengah ekonomi Jepang.
Selain itu, karyawan Jepang juga telah melihat gaji mereka naik pada tingkat tercepat dalam 28 tahun terakhir tetapi dengan inflasi yang dekati level tertinggi dalam empat dekade. Sisi lain upah telah turun secara riil selama lebih dari setahun.
Namun, penurunan mengejutkan tahunan sebesar 0,5 persen dalam belanja konsumsi swasta, bersama dengan belanja modal yang diredam menunjukkan permintaan domestic yang tidak terdengar meskipun kompensasi karyawan pertama meningkat berurutan dalam tujuh kuartal.