Liputan6.com, Jakarta - Di awal pekan Senin (21/8/2023), langit pagi Indonesia beragam, namun sebagian besarnya diprediksi cerah, cerah berawan, dan berawan. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Senin (21/8/2023).
Cuaca kabut pada pagi hari ini diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ada di langit Jambi, lalu asap di wilayah Banjarmasin.
Advertisement
Hujan dengan intensitas diprakirakan guyur Ambon dan waspada hujan petir di Tanjung Pinang pada pagi hari ini, dilaporkan BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Lalu pada siang hari nanti, cuaca Indonesia diprediksi sebagiannya bakal cerah, cerah berawan, berawan, dan hujan ringan. Wilayah Samarinda, Tanjung Pinang, Ambon, Manokwari, Manado, dan Medan diprakirakan hujan berintensitas ringan pada siang nanti.
Untuk malam nanti, langit Indonesia lebih beragam lagi diprakirakan sebagiannya bakal cerah, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, dan hujan lebat.
Hujan dengan intensitas ringan diprediksi turun malam hari nanti di wilayah Samarinda, Ternate, dan Pekanbaru serta hujan sedang di Mamuju lalu hujan lebat di Medan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Banda Aceh | Cerah | Cerah Berawan | Cerah |
Denpasar | Cerah Berawan | Cerah | Cerah Berawan |
Serang | Cerah | Cerah Berawan | Berawan |
Bengkulu | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Yogyakarta | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Cerah Berawan | Cerah | Cerah |
Gorontalo | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jambi | Kabut | Cerah Berawan | Berawan |
Bandung | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Semarang | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Surabaya | Cerah | Cerah | Cerah |
Pontianak | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Banjarmasin | Asap | Cerah Berawan | Cerah |
Palangkaraya | Cerah Berawan | Berawan | Berawan |
Samarinda | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Tarakan | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Pangkal Pinang | Cerah | Cerah Berawan | Cerah |
Tanjung Pinang | Hujan Petir | Hujan Ringan | Berawan |
Bandar Lampung | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Ambon | Hujan Ringan | Hujan Ringan | Berawan Tebal |
Ternate | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Mataram | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Kupang | Cerah | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Kota Jayapura | Berawan | Berawan | Cerah Berawan |
Manokwari | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Pekanbaru | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Mamuju | Cerah Berawan | Berawan | Hujan Sedang |
Makassar | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Kendari | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Manado | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Padang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Palembang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Medan | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Hujan Lebat |
Tips Tetap Sehat di Tengah Cuaca Panas Musim Kemarau
Sebelumnya, Dokter spesialis gizi di RS Pelni dr Jovita Amelia, Sp.GK mengatakan orang-orang boleh minum air dingin kala cuaca panas dengan syarat tidak ada masalah pada tenggorokan dan kebutuhan cairannya terpenuhi.
"Jangan lupa cukup cairan terutama jika ada aktivitas tambahan di luar ruangan atau olahraga juga harus dicukupi kebutuhan cairan tambahannya," kata dia yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia itu melalui pesan elektroniknya kepada ANTARA.
Jovita lalu mengingatkan orang-orang menjaga asupan makanan seimbang antara lain mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehat. Untuk karbohidrat bisa dengan nasi, kemudian ditambahkan sayur dan buah yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tubuh.
Merujuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak fenomena El Nino di Indonesia terjadi pada Agustus hingga September 2023 dan hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan sebanyak 63 persen dari zona musim telah memasuki musim kemarau.
BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dari normalnya-dan juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya.
Advertisement
Dampak El Nino untuk Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan berbagai potensi dampak El Nino bagi kesehatan antara lain penularan penyakit melalui vektor misalnya parasit malaria, demam berdarah atau virus demam kuning) dan penyakit paru.
Selain itu, penyakit akibat kombinasi menurunnya higiene, penyakit yang berhubungan dengan air akibat keterbatasan ketersediaan air dan sanitasi serta saluran pernapasan serta penyakit akibat cuaca panas.
Menurut Kementerian Kesehatan, ada sejumlah cara untuk mengurangi dampak cuaca panas pada tubuh yakni dengan mencukupi kebutuhan air tubuh dan tidak menunggu rasa haus muncul, menghindari kontak matahari secara langsung dengan menggunakan topi atau payung.
Kemudian, menggunakan tabir surya atau minimal faktor perlindungan matahari (SPF) 30 pada kulit yang tidak tertutup pakaian untuk memberikan perlindungan ekstra kepada kulit.
Selain itu, bagi mereka yang ingin melakukan aktivitas fisik atau olahraga sebaiknya memilih di dalam ruangan untuk meminimalisir potensi heat stroke yakni kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas, ataupun dehidrasi.
BMKG Sebut Dampak Kekeringan di Indonesia Tak Separah Negara Lain
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, musim kemarau dan kekeringan di Indonesia tidak akan separah kondisi di Korea Selatan.
BMKG memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada minggu terakhir Agustus 2023 yang dipicu fenomena El Nino.
"Dasarnya kan dari penghitungan suhu muka air laut lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah, kalau di negara lain levelnya bisa lebih tinggi," kata Dwikorita dilansir dari Antara, Sabtu 12 Agustus 2023.
BMKG memprediksi, kondisi kemarau tahun ini, akan seperti kekeringan pada 2019, tetapi tidak separah 2015 lalu. Saat itu, kondisi kekeringan diperburuk dengan luasnya area kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Memang kalau kita lihat di lapangan sungai-sungai sudah mulai mengering ya. Tetapi kalau dilihat secara global intensitas atau level El Nino di Indonesia ini relatif rendah. Kita diuntungkan karena masih punya laut," ucap Dwikorita.
"Ini adalah fenomena global yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti India, Thailand, dan Vietnam. Karena kita levelnya paling rendah sehingga dampaknya tidak akan separah di negara lain," ujarnya.
Advertisement