Liputan6.com, Jakarta - Salah satu solusi untuk membangun lingkungan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah Kewirausahaan. Diplomat Success Challenge (DSC), sebuah ekosistem kewirausahaan yang terus konsisten sejak tahun 2010, mendorong anak muda selalu berinovasi dan mengedepankan kreativitas dalam menciptakan produk atau layanan yang dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Pembahasan mengenai kelestarian dan kepedulian lingkungan memang tengah menjadi tren di kalangan anak muda sekarang. Milenial dan Gen Z kini lebih peduli dan sensitif, bahkan mempertimbangkan proses produksinya apakah sesuai dengan prinsip etika lingkungan sebelum membeli produk.
Advertisement
Mengadopsi teknologi hijau dan pengelolaan limbah yang lebih efektif, tiga anak muda lulusan DSC yang kini tergabung dalam Diplomat Entrepreneur Network (DEN) membuktikan bahwa melalui bisnis yang mereka kembangkan dapat membangun solusi lingkungan yang berkelanjutan. Mereka adalah I Made Mei Jayana (Bala Indonesia), Rengkuh Banyu Mahandaru (Plépah), dan Dedhy Bharoto Trunoyudho (Lumbung Alum by Garda Pangan).
Bala Indonesia bergerak di bidang industri pakan dan pengolahan sampah organik dengan menggunakan metode biokonversi yang menghasilkan produk berupa maggot BSF sebagai pakan organik untuk ikan dan unggas serta pupuk organik. Mereka optimis dapat menyediakan produk berkualitas baik bagi para pembudidaya ikan, peternak, dan petani.
Maggot BSF (Black Soldier Fly) semakin populer sebagai solusi berkelanjutan, untuk pakan ternak dan pengelolaan limbah.“Dengan mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari operasi bisnis kami, harapannya kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” terang I Made Mei Jayana selaku CEO dan Co-Founder Bala Indonesia.
Startup Dengan Prinsip Sustainable BusinessPlépah dimulai dengan konsep berbasis komunitas di Sumatera Selatan dan Jambi, dengan produk akhir eco friendly food packaging dan foodware. Kehadiran Plépah merupakan salah satu solusi, dari permasalahan perilaku masyarakat yang masih membuang sampah kemasan sekali pakai ke laut. Rata-rata orang berkontribusi hingga 20 juta kemasan makanan bekas setiap harinya, yang umumnya membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
“Momentumnya pas untuk usaha yang berbicara tentang lingkungan dan manusia. Plépah lahir dari sebuah keresahan. Motivasi saya ingin berkontribusi, dan saya punya interest sendiri terhadap hal-hal yang sifatnya bisa memberikan kualitas yang baik,” ujar Rengkuh Banyu Mahandaru selaku Co-Founder & CEO Plépah.
Masalah Sampah Makanan
Tahun 2022, Plépah resmi memiliki pabrik di Cibinong. Jumlah produksi produk Plépah meningkat signifikan, dari yang hanya 1.000 kemasan per bulan menjadi 120.000 per bulan. Selain itu lingkup bisnis Plépah juga diperluas dan tengah mengembangkan di sektor renewable energy.
Pada April 2023, Plépah juga berhasil go global dengan mengikuti pameran teknologi industri tingkat dunia Hannover Messe 2023 di Jerman mewakili Indonesia. Plépah hadir sebagai perwakilan startup yang merepresentasikan inovasi maupun potensi investasi di sektor ramah lingkungan.
Ubah Ugly Produce Jadi Punya Nilai LebihFaktanya, 20-40% bahan makanan di seluruh dunia terbuang bahkan sebelum sampai di toko. Untuk Indonesia sendiri, tercatat membuang sekitar 300 kilogram sampah makanan per tahunnya. Hal tersebut, biasanya karena pasar punya standar tertentu tentang penampilan buah yang akan ditampilkan dalam display.
Melalui food rescue, Lumbung Alum by Garda Pangan berupaya menyelamatkan surplus makanan yang dihasilkan oleh industri f&b dari potensi terbuang. Makanan tersebut akan diperiksa kembali kualitasnya, dikemas ulang, lalu dibagikan kepada masyarakat pra-sejahtera di Surabaya.
“Untuk menjamin keamanan dari makanan tersebut, Lumbung Alum by Garda Pangan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat untuk memastikan makanan ditangani secara higienis dan disampaikan secara bermartabat. Ajang DSC menjadi kesempatan buat para entrepreneur muda untuk naik kelas dan belajar banyak lewat kompetisi ini,” ungkap Dedhy Bharoto Trunoyudho selaku founder Garda Pangan.
Advertisement
Solusi Lingkungan yang Berkelanjutan
Wismilak Foundation melalui program Diplomat Success Challenge (DSC) diharapkan dapat terus menjadi gerakan dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat.
“Kewirausahaan bisa menjadi motor penggerak dalam menciptakan solusi lingkungan yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi, para Greenpreneurs jebolan DSC ini dapat menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat bagi Masyarakat,” tutut Edric Chandra selaku Program Initiator DSC.
Bagi wirausahawan muda yang ingin mengembangkan usahanya, DSC Season 14 siap wujudkan visi bisnis untuk #BerkaryaUntukIndonesia. Hingga Agustus 2023, 25.000 ide bisnis anak bangsa telah masuk ke dalam tahap seleksi Diplomat Success Challenge (DSC) Season 14 dan masih ditunggu sampai 16 September 2023 mendatang.
Seluruh syarat dan ketentuan, detail dan alur kompetisi, sekaligus platform untuk mendaftarkan diri ke DSC 2023 sudah dapat diakses melalui situs www.diplomatsukses.com. Nantikan update tentang DSC 2023 di lini masa media sosial kami di Instagram @diplomatsukses, Facebook Wismilak Diplomat, Twitter @diplomat_sukses, dan situs https://www.diplomatsukses.com.