Liputan6.com, Padang - Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, permainan tradisional di Sumatera Barat hampir punah pada generasi sekarang.
Hampir punahnya permainan tersebut tidak terlepas dari hadirnya permainan di telepon pintar di tengah-tengah kehidupan saat ini. Apa saja permainan tradisional minangkabau yang mulai hilang pada generasi sekarang? Berikut rangkumannya:
Advertisement
1. Mancik-mancik
Mancik-mancik atau cimancik merupakan permainan tradisional yang lazim dimainkan oleh anak-anak dengan anggota lima hingga sepuluh orang. Di dalam bahasa Indonesia, kata mancik ini diartikan juga dengan tikus. Mancik-mancik ini dimainkan baik anak-anak laki-laki maupun perempuan.
Memainkan permainan yang satu ini cukup mudah. Pertama-tama para pemain akan melajukan “Hom pim pah” untuk menentukan siapa yang menjaga. Penjaga akan menghitung 1 sampai 10 atau 20 sembari yang lainnya bersembunyi. Penjaga ini akan menutup matanya yang disandarkan ke dinding rumah, tiang listrik hingga batang kayu tanpa boleh mengintip sedikitput.
Apabila penjaga kedapatan temannya yang bersembunyi maka akan berloma lari menuju tempat penyenderan semula, siapa yang lebih dulu sampai akan menepuk objek tersebut. Jika yang bersembunyi lebih dulu, artinya si penjaga gagal.
2. Egrang
Permainan egrang atau juga disebut dengan kaki panjang merupakan permainan yang terbuat dari bambu ataupun kayu. Pada sepertiga bagian bawahnya, akan dipasang kayu tambahan untuk meletakkan kaki, yang dibuat dengan cara melobanggi bambu dan kemudian diikat dengan mengunakan tali.
Dalam memainkan egrang ini, para pemain dituntut untuk tidak hanya memiliki keberanian, tetapi juga keseimbangan badan agar tidak terjatuh. Panjang kayu yang digunakan dalam permainan ini biasanya kurang lebih 1,5 meter hingga 2 meter.
3. Sepak Tekong
Sepak tekong merupakan permainan khas dari Sumatera Barat, sepak berarti menendang dan tekong adalah kaleng. Peralatan yang lazim digunakan yakni kaleng yang sudah diisi batu-batu kecil kemudian diletakkan di tengah lingkaran. Apabila ditedang maka akan mengeluarkan bunyi.
Permainan ini kebanyakan dimainkan dengan jumlah lebih dari 5 orang, semakin banyak jumlah orang yang baik maka permainan ini akan semakin seru. Sebelum dimulai, para pemain terlebih dahulu akan bersuit untuk menentukan siapa yang akan menjaga tekong, sementara angota yang lainnya akan berseumbunyi disekitar lokasi permainan diadakan.
Apabila sipenjaga mendapatkan pemain lainnya, maka ia akan menjadi penjaga tekong berikutnya. Namun apabila yang dapat bisa menyipak tekong dengan jauh, maka ia akan memiliki waktu untuk kembali bersembunyi.
Advertisement
4. Badia Batuang atau Mariam Bambu
Badia batuang atau yang juga dikenal dengan mariam bambu pada dahulunya kerap sekali menjadi permainan anak nagari terutama pada saat bulan suci Ramadhan yang sering dimainkan di tengah malam.
Permainan ini terbuat dari batuang atau bambu berukuran besar yang sudah tua. Untuk menyalakannya, permainan tradisional ini harus dilengkapi dengan minyak tanah dan sumbu. Biasanya, bambu yang digunakan 2 ruas bambu atau kurang lebih sepanjang 1,5 meter.
Permainan ini akan menghasilkan bunyi yang sangat keras, dalam permainan tradional ini membutuhkan keahlian dan kehati-hatian, karena tidak jarang mampu yang digunakan terbelah akibat tidak kuat menahan dentuman yang keras.
5. Kuciang-kuciang
Permain kuciang-kuciang merupakan permainan anak Minangkabau yang sering dimainkan oleh anak perempuan paling sedikit dua orang.
Permainan kuciang-kuciang mengunakan enam anak buah biji congklak atau dengan mengunakan batu kecil dengan satu bola tenis. Cara pemainkan dengan melempar bola ke atas lalu mengambil biji congklak satu persatu dan digengam sembari mengambil semua biji tersebut. Jika biji congklak itu jatuh maka pemain gagal dalam memainkanya.
Jadi, itulah beberapa permainan tradisional anak Minangkabau yang dulu sempat populer pada masanya
Advertisement